Selasa, 20 September 2016

Perjalanan Menuju Puncak

(Gunung Merbabu, 24/6/13)

12.00 WIB –Beberapa anggota tim ekspedisi sudah berkumpul dengan membawa tas ransel yang sarat dengan muatan logistik. Rombongan melakukan briefing serta cek & ricek logistik individu maupun kelompok yang akan dibawa dalam ekspedisi. Setelah lengkap, tim yang beranggotakan 12 orang tersebut memutuskan untuk berangkat ke Selo, Boyolali dengan menggunakan sepeda motor. Tim saling beriringan menyusuri jalan Solo – Boyolali – Selo yang ditempuh selama kira-kira 2 jam.


15.30 WIB –Alhamdulillah, tim sudah sampai di base camp pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu, Selo yang dikelola oleh Pak Parman. Di tempat tersebut beberapa anggota tim menyempatkan diri untuk menyandarkan raga, meregangkan otot-otot, melengkapi perbekalan dan yang jelas mengisi perut sebelum pendakian. Menjelang senja, tim melakukan briefing yang dipandu oleh pemimpin rombongan dan dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh salah satu ustadz. Setelah InsyaAllah siap jasmani dan ruhani, tim memulai pendakian.



17.05 WIB –Di perjalanan awal ekpediasi tim disambut dengan tulisan “SELAMAT DATANG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU”. Tim menyusuri jalan setapak ditengah rimbunnya hutan. Tak lama berselang malam hari sudah datang. Seluruh anggota tim mengeluarkan senter untuk menuntun langkah di gelapnya hutan. Kewaspadaanpun harus senantiasa dipegang, pasalnya jalan terjal, licin dan jurang di kanan kiri siap menjerembabkan kaki. Kaki terus berayun beriring-iringan menyusuri jalan yang lama-lama menjadi lebih terjal. And finally, tim sudah tiba di Pos pertama.




18.30 WIB –Tim tiba di sebuah tanah yang lumayan lapang untuk mengistirahatkan badan dengan papan tiang bertuliskan POS 1 atau yang lebih dikenal Dok Malang. Hal itu sedikit melegakan usaha yang telah ditempuh tim. Setelah sejenak menikmati sedikit bekal berupa makan-makanan ringan, tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Pos berikutnya. Medan perjalanan ke pos berikutnya tidak begitu berbeda dengan pos 1. Tim masih bergulat dengan hutan lebat dan jurang di kanan-kiri. Yang beda adalah tim disambut hujan yang memaksa angota tim untuk berhenti dan mengenakan jas hujan masing-masing. Automatically, the tract is more difficult than before. Karena hujan cukup membasahi tanah sehingga track menjadi lebih licin dari sebelumnya. Seluruh anggota tim harus senatiasa waspada dengan acamanterpeleset sampai tergeludung. Hanya dengan insiden-insiden kecil yang dialami tim, akhirnya tim berhasil mencapai Pos 2, atau yang dikenal sebagai Kali Mati.



20.10 WIBTim sudah menginjak Pos 2 (Kali Mati). Di pos ini tim memutuskan untuk istirahat sekaligus makan malam. Bekal keperluan memasak sudah ready. Satu tungku dan panci di kerumuni oleh 4 sampai 5 anggota tim yang mendadak beracting seperti chef professional dengan menu hidangan istimewa “mie godog tanpa kuah”. Setelah masakan ‘disepakati’ sudah matang dan ready to serve seluruh anggota tim menyerbu sajian tanpa ampun. Sambil meraba-raba perut yang sudah kenyang, tim memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.



09.20 WIB –Udara semakin menggigit serta jalan semakin terjal. Tapi beratnya medan terbayar dengan keadaan cuaca yang SubhanAllah terang benderang. Setelah sekian jam ditemani hujan, akhirnya tim bisa berjalan sambil kepala mendongak ke atas menatap bulan sempurna dan bintang berkilauan yang membentuk rasinya masing-masing. Cakrawala kami semakin luas setelah kita dibawa keluar hutan menuju hamparan sabana yang menyelimuti bukit-bukit. Terlihat dengan jelas pemandangan kota-kota di sekitar gunung yang hanya menyisakan pandangan ribuan lampu-lampu kota yang bertebaran. Malam nampaknya semakin larut. Beberapa anggota tim ada yang terlihat letih dan mengantuk. Dan akhirnya tibalah tim di POS 3.




12.30 WIB– POS 3 yang didominasi ilalang dan pohon-pohon kecil menjadi pilihan utama bagi tim untuk mengistirahatkan badan dan mata yang nampaknya tidak bisa dipaksakan. Seluruh anggota tim dengan refleknya masing-masing langsung menggeletakkan badan dan menutup mata sambil menahan dinginnya terpaan angin yang semakin lama semakin berhembus kencang. Di bawah pepohonan edelweiss tim beristirahat sampai jam tiga. Angin semakin kencang dan malam sudah mencapai titik dinginnya.


03.00 WIB– Seluruh anggota tim bangun dan mau tidak mau harus melanjutkan the noble journey to the top of the mountain. Walaupun beberapa anggota tim sudah terlihat letih dan payau tapi the show must go on. Tim melanjutkan perjalanan dengan menyusuri gunung-gunung yang diselimuti oleh hamparan sabana. Tibalah tim di salah satu landmark yang bernama Batu Tulis. Prasasti yang hanya berdiameter kira-kira ½ x ½ meter tersebut menjadi salah satu tanda bahwa tim tinggal menyisakan 2 sabana dan 2 gunung lagi untuk sampai ke puncak.


04.15 WIB– Sabana 2 dan 3 sudah terlewati, kini giliran tim berhadapan mata dengan terjalnya Gunung Kenong. Dengan ekspektasi tinggi, seluruh anggota tim melawan dingin dengan terus berjalan dan memanjat setiap jengkal tanah yang semakin menerjal. Beberapa anggota tim bahkan tepeleset sampai tergelincir beberapa langkah ke belakang. Barisan mulai memudar tatkala ada beberapa anggota tim yang harus sering menghentikan langkah untuk menghimpun lagi sisa-sisa tenaga.  Beberapa ada yang terus melangkah sembari membakar semangat anggota tim yang lainnya untuk bisa menyusul langkahnya. Dan gema adzan shubuh sayup-sayup terdengar menyambut gunung berikutnya, gunung terakhir menuju puncak.


05.14 WIB– Semburat merah kekuningan mulai menggoda mata setiap anggota tim. Tim memutuskan untuk berhenti sejenak sekedar menikmati indahnya anak fajar. Gugus terjal di hadapan mata sejenak terabaikan oleh anggota tim. Kesempatan langka bisa bertemu dengan natural view idaman para pendaki, yaitu sunrise. Yang dinanti tak kunjung menampakkan dirinya, tim memtuskan untuk menggedong kembali ransel-ransel yang sejenak terlepas dari punggung. Gunung Kukusan menjadi gunung yang mengakhiri fatamorgana puncak. Setiap anggota tim sibuk dengan langkahnya masing-masing sehingga baris yang sudah merapat terpaksa pudar lebih jauh lagi. Lagi-lagi beberapa anggota tim tertinggal lebih jauh dan beberapa yang lain terus berjalan untuk membuktikan rasa penasaran menggapai puncak. Dengan teriakan-teriakan yang berapi-api anggota tim yang ada didepan terus saja berteriak menghibur, “puncak sudah dekat”, kepada anggota tim yang lain. Langkah-langkah gontai yang sedikit dipaksakan tersebut tidak berujung pada kesia-siaan. Gunung terakhir menuju puncak, Gunung Kukusan, berhasil ditaklukkan. Dan selangkah lagi tim menggapai puncak Gunung Merbabu. 


 


06.12Waktu yang tepat untuk menikmati bekal sebelum beberapa langkah menuju puncak. Langkah tim tertahan untuk sekedar menikmati bekal makan dan minum sambil mengawasi surya fajar menyingsing pelan. Beberapa anggota tim mengeluarkan bekal dan yang lain menunggu santunan. Rasa penasaran kembali mengusik setiap anggota tim. Untuk mempercepat dan memperingan perjalanan, beberapa anggota tim memutuskan untuk meninggalkan tas dan peralatan lain di tempat itu. Setelah berdiskusi ringan, tim memutuskan untuk memulai langkah menuju puncak. Dengan tambahan energy dan motivasi setiap anggota tim menjadi trengginas dalam menapaki setiap gundukan terjal berbatu. Salah satu anggota tim berhasil meraih pole position dan berteriak “Allahu Akbar, Sampai Puncak” dan disusul satu demi satu anggota tim. Mission is accomplished___We are the real climbers__ Puncak Kenteng Songo, Gunung Merbabu.



07.32 –Eh, ternyata belum selesai. Selain ingin berpredikat sebagai the real climbers, setiap anggota tim berhajat mengabadikan capainnya melalui lensa camdig. Disana kami bisa menampilkan beberapa pilihan gaya dan beberapa natural background seperti Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung ungaran, Gunung Slamet, Dataran Tinggi Dieng sampai Gunung Kembar Sindoro-Sumbing. Dengan menikmati panorama yang menakjubkan di sekeliling puncak segala rasa yang campur aduk selama di perjalanan menjadi sedikit terobati. Sesi pemotretan terus berlanjut baik secara individu maupun kelompok sampai diputuskan untuk mengakhiri euphoria di puncak Kenteng Songo. Keputusan untuk turun gurun ternyata belum bisa dicapai oleh tim secara aklamasi. Masih ada beberapa anggota yang berat melepas eksotisme puncak. Tapi, tim harus segera bergegas turun sebelum matahari semakin menyengat.





07.15 WIB –Walaupun jauh lebih cepat dari perjalanan naik, turun gunung memerlukan kewaspadaan tingkat tinggi. Bagaimana tidak, jalan curam nan licin yang dilalui lebih berpotensi mencelakakan tim jika tidak hati-hati. Tim mulai berbaris rapi menuruni setiap lekukan tanah. Belum melangkah jauh beberapa sudah ada yang terpeleset, terperosok atau bahkan tergelundung. Dengan jalur yang relatif sama dengan jalur naik, gunung demi gunung dilewati, sabana demi sabana dilalui, hutan demi hutan dilintasi. Dan finally, tim berhasil mencapai base camp pendakian di waktu matahari tepat di atas ubun-ubun kepala.



11. 30 WIB –Tubuh lunglai dan gontai menjadi pemandangan lumrah sesampainya tim di basecamp. Beberapa anggota tim ada yang langsung memasrahkan badan pada tikar yang ditata rapi. sebagian yang lain memilih untuk menyerbu kamar mandi untuk membersihkan wajah lusuh dan badan kotor yang menempel sejak diperjalanan berangkat kemarin. Setelah selesai dengan kegiatan masing-masing, seluruh anggota tim berkumpul, bercengkrama kemudian menyantap makan siang dan dilanjutkan packing.


14. 30 WIB– Perjalanan menuju Solo______