Minggu, 23 April 2017

Matinya Singa Tanpa Tabayyun

Alkisah tentang seorang petani yang menemukan anak singa yang ditinggal mati induknya. Lantaran iba, petani itu memungut dan merawatnya sepenuh hati. Layaknya anak sendiri. Tidak dapat dilukiskan ikatan kedua makhluk Allah itu. Jiwa mereka seakan bersatu. Sang singa pun telah menganggap petani itu sebagai orang tuanya.

Waktu merangkak cepat. Anak singa itu pun telah dewasa. Di waktu bersamaan, sang petani mendapat karunia besar. Istrinya melahirkan seorang bayi lelaki mungil dan lucu.

Seluruh anggota keluarga begitu bahagia. Tak terkecuali sang singa. Gerak-gerik dan pancaran sinar matanya menyiratkan kebahagiaan luar biasa. Maka mulai saat itu, sang singa mendapat tugas baru. Menjaga “adik”nya kala sang petani dan istrinya berangkat ke ladang.

Suatu hari, saat petani miskin itu bekerja didalam ladang dan istrinya mencari kayu bakar di hutan, tiba-tiba terdengar jeritan bayi mereka dari dalam pondok. Sang petani terlonjak kaget. Firasatnya memburuk. Secepat kitat ia menyambar goloknya lalu bergegas menuju sumber jeritan tadi. “Apa yang terjadi? Dimana singa itu?”, batin sang petani.

Setibanya di halaman pondok, ia tidak mendegar suara apapun. Senyap. Hanya suara nafasnya menderu saling memburu. Hatinya galau. Ketakutan mulai merayapi pembuluh darahnya. Dan pada saat yang sama sang singa keluar dari pondok. Mulut, taring, dan cakarnya belepotan darah.

Seperti biasa, setiap sang petani pulang singa itu segera mendekat. Menggerak-gerakkan ekornya lalu mengelus manja di kaki “ayah”nya. “Jangan-jangan…, ia telah memangsa bayiku..!!”, jerit batin sang petani.

Menyaksikan hal ini, sang petani kalap. Darahnya seakan berkumpul di ubun-ubun. Sambil berteriak ia mengayunkan goloknya ke arah sang singa. “Makhluk terkutuk, tidak tahu balas budi kau…”.

Singa itu tidak berusaha menghindar. Apalagi lari menjauh. Bahkan tatapannya memelas memohon agar “ayah”nya tidak melakukan hal bodoh itu. Namun seluruhnya sudah terlambat. Dalam sekejap singa itu roboh berlumuran darah. Kepalanya sobek akibat sabetan golok sang petani. Menggelepar. Lalu mati seketika.

Sang petani segera menghambur diri menuju pondok miliknya. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu. Samar-samar ia menangkap celoteh dan tawa bayinya. Hatinya mulai ragu. Ia menengok ke belakang. Di sana sang singa telah terkapar mati.
Gemetar ia mendorong pintu. Sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan. Sekujur tubuhnya dingin. Lututnya goyah.

Pandangan matanya kabur. Ternyata, bayinya masih hidup. Di samping pembaringan bayi itu tergeletak bangkai seekor ular besar.
“Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan??!! celaka diriku, celaka dirikuu…”. Ia berbalik dan lari ke arah singa yang telah kaku itu. Dipeluknya tubuh sang singa. Menangis dan meratap sembari mengutuki dirinya.

Hingga istrinya kembali dari hutan, sang petani masih duduk memeluk jasad singa malang itu. Air matanya telah kering meninggalkan perih di kelopak mata. Penyesalan meruangi hatinya. Namun apa mau dikata. Ibarat nasi telah menjadi bubur. Semua sudah terlambat.

Saudaraku, begitu pentingnya tabayyun itu. Keputusan tanpa proses tabayyun –klarifikasi- dipastikan melahirkan penyesalan. Yah, penyesalan abadi sepanjang hidup. Karenanya kita menimpakan keburukan atas diri orang lain. Padahal mungkin saja mereka berlepas diri darinya.

Makanya, Allah Ta’ala tegas menyuruh agar selalu mengedepankan tabayyun. Dan hikmahnya jelas, “…agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat : 6).

Menulis ulang cerita ini emosi saya kembali teraduk-aduk. Bagaimana jika petani itu adalah diriku. Bagaimana menjalani sisa-sisa hidup di bawah bayang-bayang rasa bersalah yang menghimpit. Terlebih pada orang yang telah berjasa dalam hidupku.

Sungguh, andai ada satu permintaan, sudah tentu sang petani akan memohon supaya waktu memutar kembali. Namun begitulah. Penyesalan itu, selamanya pasti datang terlambat.

*Berpikir Jernih*
*Berhati Bersih*

Sabtu, 22 April 2017

Remaja dan Potensi Penyimpangannya

‌Nar
koba, pornografi dan kekerasan sangat rentan terjadi di kalangan remaja. Hal itu karena mereka punya sifat penasaran, suka berkelompok (geng), dan otak yang baru berkembang atau belum matang. Rasa penasaran pada hal-hal baru jika tidak diarahkan akan menjerumuskan mereka dalam hal-hal negatif. Begitupun tipologi suka berkelompok. Mereka kebanyakan berkelompok karena faktor kesamaan minat kesenangan sehingga mereka akan mencoba hal-hal baru yang mungkin saja bisa menjerumuskan mereka dalam perbuatan yang sia-sia bahkan merugikan. Otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan, terutama otak tengah, membuat mereka belum bisa membuat belum bisa mengendalikan emosi, menilai sesuatu dengan baik,  memutuskan dengan tepat, mempertimbangkan dengan matang tingkat kewaspadaan masih rendah. Sehingga, apa yang dianggapnya kesenangan hari ini tidak dipikirkan resiko yang akan timbul di kemudian hari. Apalagi, pesatnya perkembangan teknologi informasi semakin mempermudah akses remaja terhadap segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan. Oleh karenanya, masa remaja adalah masa penting yang harus senantiasa diperhatikan. Orang tua,  sekolah dan masyarakat harus memahami krusialnya masa remaja dan sinergi dalam mendampingi tumbuh kembang mereka menjadi generasi yang baik, produktif serta terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan narkoba.

Selasa, 18 April 2017

Kunjungan dan Apresiasi dari IKSM Solo

Senin, 17 Januari 2017, SMP Islam Al Abidin kedatangan tamu dari Ikatan Kepala Sekolah Muhammadiyah (IKSM) Kota Surakarta. Rombongan yang dipimpin oleh Bapak Drs. Ahmad Sukidi, M.Pd sekaligus Kepala SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tersebut ingin berbagi pengalaman dalam pelaksanaan kurikulum di SMP Islam Al Abidin.
Dalam sambutan awal, beliau menyampaikan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta yang belum ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana Kurikulum 2013 akan melaksanakannya secara mandiri, dan kebetulan SMP Islam Al Abidin salah satu sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 secara mandiri sejak tahun 2014. di akhir sambutan awal, beliau meminta kami selaku Kepala SMP Islam Al Abidin untuk menjelaskan latar belakang dan pengalaman terbaik sekolah dalam melaksanakan K13 secara mandiri.
Dalam kesempatan tersebut kami paparkan latar belakang, suka-duka dan kondisi secara umum dari pelaksanaan K13 di sekolah kami. Dan kami paparkan pula profil dan best practice pengelolaan sekolah secara umum.
Di tahun 2013, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, mengeluarkan kebijakan baru terkait kurikulum. Kurikulum 2006 akan digantikan dengan Kurikulum baru yaitu, Kurikulum 2013. Di tahun pertama pelaksanaan, K13 dicobakan untuk beberapa sekolah saja untuk mengukur berbagai indikator dalam penerapan kurikulum baru. Dan di tahun pelajaran berikutnya, Mendikbud saat itu, Muhammad Nuh atas arahan dari Presiden waktu itu memutuskan melaksanakan K13 di semua sekolah di Indonesia. Di tahun pelajaran 2014/2015 dimulai kurikulum 2013 secara serentak bebarengan dengan pelaksanaan pelatihan bagi guru. setelah beberapa bulan dilaksanakan dan guru sudah mengikuti pelatihan yang cukup banyak memakan waktu. Di akhir tahun pelajaran yang sama, Mendikbud yang baru, Anies Rasyid Baswedan, mengumumkan akan mengevaluasi K13 dan mengintruksikan kepada sekolah-sekolah yang bukan pilot untuk kembali ke Kurikulum 2016 termasuk sekolah kami. Sejak saat itulah, kami menyelenggarakan workshop guru untuk menyikapi kebijakan pemerintah tersebut. Hasil dari workshop guru tersebut, kami memutuskan untuk tetap menggunakan K13 karena ada beberapa pertimbangan sebagai berikut;
1. Kurikulum 2013 mengedepankan kompetensi religious dan tidak memisahkan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan.
2. Kurikulum 2013 memfasilitasi perkembangan karakter dan sikap kirtis siswa.
3. Kurikulum 2013 menggunakan pendektaan scientific, mulai dari mengobservasi, menanya, mengasosiasikan, mencoba, dan mengkomunikasikan dan mencipta. Sehingga pendekatan itu bisa mengakomodasi metode belajar Students Active Learning (SAL).
4. Dalam pembelajaran dan evaluasinya, K13 memberikan porsi yang lebih pada analisa dan problem solving. Sehingga kedepan siswa terbiasa dan bisa mengerjakan soal-soal dengan high order thinking skills (HOTS).
Pada intinya, sekolah sebagai tingkat satuan pendidikan memiliki otonomi dalam menyelenggarakan pendidikan, utamanya dalam menerapkan kurikulum. Dan ketika diyakini K13 lebih baik dari kurikulum sebelumnya, cara yang paling baik adalah diimplementasikan sambil terus berusaha untuk menjadikannya sebuah kurikulum yang ideal.



Value Seorang Guru

Sebotol air mineral dengan merek yang sama dihargai berbeda di tempat yang berbeda. Di toko kelontong mungkin hanya 2.000,- tapi di stadion atau terminal bisa dijual 4.000,- oleh pengasong. Terlebih kalau dijual di hotel bintang lima, bisa berlipat-lipat harganya. Begitupun kopi yang dijual di angkringan harganya jauh di bawah kopi yang dijual di kedai Starbuck.

Analogi ini menunjukkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi nilai diri seseorang. Jika seorang tinggal di lingkungan yang memiliki value tinggi, secara otomatis nilai dirinya ikut terangkat, begitupun sebaliknya.

Sekolah adalah tempat yang memiliki 'value' tinggi karena dari sanalah ditanam tunas-tunas masa depan peradaban. Dengan sebutan mulia tersebut,  diharapkan di sana ada dan akan lahir sosok-sosok yang bernilai diri tinggi. Guru, seperti apapun kondisinya, tetap mendapatkan nilai diri yang baik. Oleh karenanya,  guru itu satu profesi yang dituntut memiliki 4 kompetensi sekaligus dalam menjalankan tugasnya. Maka, guru harus terus belajar dan memperbaiki kesalahan.

#dailyteachersbriefing

Selasa, 11 April 2017

Ping Pong

Di tahun 1971, kejuaraan tenis meja dunia digelar di Jepang. Dua dari beberapa peserta yang datang pada waktu itu adalah dari US dan RRC yang mana ada sentimen perang dingin di antara mereka. Dan sentimen tersebut mereka tunjukkan dengan cara-cara yang negatif.
Salah satu pemain asal US, Glen Cowan tidak nyaman dengan situasi tersebut. Kemudian dia menyengaja mengundang salah satu pemain RRC untuk bertanding sparing, namanya Zhuang Zedong. Beberapa saat setelah bermain bersama, kekaraban keduanya terjalin.
Di kesempatan yang lain, Cowan melihat Zedong yang sedang menaiki bus melambaikan tangan dengan gestur mengajak naik bus yang dia tumpangi. Tanpa berfikir panjang Cowan menaiki bus yang ditumpangi mayoritas pemain RRC tersebut. Saat mereka berdua dengan akrabnya bercakap-cakap, tampak rekan-rekan Zedong tidak suka dan tidak nyaman dengan pemandangan tersebut. Bahkan,  ada seorang yang menarik tangan Zedong sambil menunjukkan gestur ketidaksetujuannya dengan situasi dan perilaku temannya yang akrab dengan pemain US. Setelah Zedong berhasil menjelaskan kepada rekan-rekannya situasi mulai kondusif dan nyaman. Kemudian Zedong mulai mengeluarkan sebuah syal dan memberikannya ke Cowan sebagai tanda persahabatan. Sebagai gantinya, Cowan mengajak Zedong ke hotelnya dan memberikan sebuah kaos bertuliskan 'PEACE'. Sesaat mereka keluar dari lobi hotel, puluhan wartawan tidak melewatkan kejadian langka ini,  seorang warga Negara US berjalan bersama seorang warga Negara RRC dan beberapa mewawancarai dan mengambil foto kebersamaan mereka.
Setelah viral di pemberitaan dunia,  di tahun yang sama tim tenis meja US mendapatkan undangan untuk bermain di RRC dan President US saat itu,  Richard Nixon, melakukan kunjungan bersejarah ke RRC yang juga menandai hubungan baik kedua negara tersebut saat perang dingin.

Dari kisah ini bisa kita simpulkan bahwa olahraga adalah sesuatu yang universal. Dia tidak bisa dimonopoli oleh beberapa negara atau ras saja apalagi kepentingan yang akan mencederai hakikat kita sebagai manusia yang harus saling mengenal dan berinteraksi.

Sabtu, 01 April 2017

Trusted

Rasul Muhammad S.A.W sebelum masuk masa kenabian dijuluki Al Amin, orang yang terpercaya. Bahkan orang-orang di sekitar beliau lebih mempercayakan urusan perniagaan, penggembalaan dan penitipan barang kepada beliau dibanding kepada keluarga mereka sendiri. Bahkan beliau sejak kanak-kanak dikenal sebagai pribadi yang tanpa cacat dalam mengemban tugas dan amanah (zero defect).

Salah satu ikhtiar untuk meneladani hidup Rasulullah adalah dengan mengajarkan anak-anak kita berdagang dengan kejujuran. Orientasinya tidak sekedar untung rugi tapi juga ada nilai 'trusted' dalam diri mereka. Jadi, bukan hanya karena pertimbangan 'product' dan 'brand' saja orang memutuskan membeli, tapi karena 'track record' penjulanya yang terpercaya.

#entreprenueurship
Smpi Al Abidin