Senin, 31 Desember 2018

Jangkrik dan Semut

Di malam tahun baru ini izinkan saya ngepost dua mahluk Allah ini, semut dan jangkrik. Struktur tubuhnya hampir sama, yaitu terdiri dari beberapa bagian. Tujuan hidupnya pun hampir serupa, mencari makan hari ini tanpa berfikir besok akan makan apa. Jangkrik bergerak dengan melompat, sedangkan semut merayap. Mereka sama-sama bergerak agar tetap hidup. 

Apa yang ada dipikiran mereka tidak bisa kita terka. Jangkrik yang hanya diam apakah sudah hampir meregang nyawa kita tidak tahu. Sementara semut yang hanya melangkah kecil kiri kanan apakah sedang mengintai jangkrik sebagai makan malam dia dan kawanannya sebelum tidur entahlah.

Stop. Jangan berburuk sangka terlebih dahulu. Siapa tahu mereka sedang bercengkrama. Ngomongin kita, manusia. Mulutnya yang komat-kamit bisa jadi menertawakan, perihatin atau empati dengan kita yang katanya paling sempurna  tapi masih saja seenaknya. Gerakan semut  ke kiri kanan mungkin memperagakan tingkah polah kita yang tak jelas arahnya. Atau bahkan diamnya jangkrik "mengejek" sikap apatis kita terhadap masa depan manusia itu sendiri. 

Kalaupun akhir cerita jangkrik itu pasrah tubuhnya habis digerogoti kawanan semut setidaknya matinya bermanfaat. Tentu kita tidak 'sudi' belajar dari mereka yang tidak berakal. Tapi ketetapan Allah-lah yang menentukan perilaku mereka. Maka kita berfikir karena punya akal. 

#merenungkan

Lawu Semakin Ramai

Dulu adalah sebuah kemewahan bagi saya bisa berpiknik. Meski tak jauh-jauh, di Grojogan Sewu, Tawangmangu. Membawa uang secukupnya karena memang cuma itu yang kami punya waktu itu. Uang yang cukup untuk naik bus PP, bayar tiket masuk dan beberapa jajanan ringan tidak bersisa setibanya di rumah. Tapi sekarang beda. Lebih banyak pilihan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tapi memang sebanding dengan biaya yang harus kita keluarkan. 

Perkembangan sektor pariwisata saat ini memang luar biasa pesat dimana-mana. Kalo dulu kita berplesir ke Gunung Lawu destinasinya kalo nggak Air Terjun Grojogan Sewu ya Telaga Sarangan saja. Keduanya murni wisata alam yang dilengkapi beberapa fasilitas tambahan di dalamnya. Sekarang banyak sekali objek wisata alam yang dulunya biasa, setelah dimodifikasi dengan beraneka hiburan dan spot foto menjadi magnet wisatawan yang luar biasa. Bahkan, di musim liburan ini sekedar cari tempat parkir saja susahnya bukan main. Bermacam kendaraan roda empat berplat nomor luar kota membanjiri dan mebuat sesak jalan-jalan sepanjang Tawangmangu - Sarangan. 

Saya kira kepuasan kita saat ini bukan hanya menikmati keindahan alam atau bermain-main dengan berbagai macam wahana, tapi juga mengabadikan dan mengupload setiap moment liburan di media sosial. Oleh karena itu, pengelola objek wisata harus pandai merespon gejala seperti ini dengan menyedikan tempat-tempat yang 'ramah selfie',  instagramable dan eye-catching. Ditambah lagi kegandrungan masyarakat kita dalam hal kuliner harus menjadi bagian dari pengembangan objek wisata saat ini. 

Kemarin saat berkunjung ke rumah mbah di Karanganyar, kami berniat mengajak anak-anak menikmati beberapa wahana di Tawangmangu. Belum sampai pasar tw sudah banyak antrian kendaraan menuju ke atas. Memutuskan menuju Bukit Sekipan ternyata bukan pilihan yang tepat. Jalan menuju ke lokasi cukup sempit dan padat. Itupun setiba di lokasi kami kesulitan cari tempat parkir. Setelah berhasil membujuk si sulung akhirnya kami putuskan putar balik turun gunung. Sebagai pengobat kecewa kami mampir ke Taman Balekambang, masih di sekitar Tawanmangu. Hujan membuat kami tidak berlama-lama di sana. Molen Tawangmangu menjadi teman perjalanan kami menuruni gunung lalu menuju Solo. 

Semakin ramai tentunya semakin mengurangi keasrian daerah pegunungan. Meski begitu edukasi tentang pentingnya menjaga alam tetap asri adalah tanggung jawab kita bersama. 

#liburanakhirtahun #karanganyarhits #kabupatenkaranganyar#wisatakarangayar

Minggu, 23 Desember 2018

Plastik Mengancam Kita

Rasanya sulit kita lepas dari plastik. Setiap hari mustahil tangan ini tanpa bersentuhan dengan plastik. Dan saat ini banyak dinyatakan bahwa penggunaan plastik sudah dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Setelah viral Ikan Paus di wakatobi yang menelan 5.9 kg sampah plastik dalam perutnya membuat penggunaan plastik menjadi dilema di masyarakat. Sebuah lembaga konservasi lingkungan terkemuka merilis sebuah prediksi bahwa pada 2050 jumlah sampah plastik yang terbuang ke laut akan lebih banyak jumlahnya daripada populasi ikan. Meski saya pribadi ragu dengan prediksi hitungan itu tapi gejalanya sudah mulai tampak. 

Sungai dan pantai menjadi sasaran masyarakat untuk membuang sampah yang mayoritas berbahan plastik. Sampah-sampah itu sebagian mengendap di pinggir dan dasar sungai, sementara sebagian yang lain mengalir sampai jauh hingga lautan.

Beberapa daerah sudah mengeluarkan larangan penggunaan plastik dalam transaksi yang sifatnya retail. Tinggal menunggu diseminasinya ke daerah-daerah lain di Indonesia yang merupakan pengguna plastik terbesar kedua di dunia. 

#plasticpollution #saveourseafromplastic #saveourearth

Minggu, 16 Desember 2018

Bersama Mas Zaky

Coba saat orang awam lihat dia, Ahamd Zaky, sedang wedangan di pinggir jalan. Pasti banyak yang mengira profesi dia hanya mahasiswa atau karyawan biasa. Penampakannya sangat biasa, tutur bahasanya sederhana dan orang-orang di sekitarnyapun demikian. Begitu low profilenya pendiri sekaligus CEO Bukalapak.com ini sehinga banyak orang tak menyangka bahwa dia adalah pengusaha sukses dengan 2.500 karyawan dengan nilai aset belas Triliun Rupiah. 

Usianya masih sangat muda yakni 32 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di Masaran, Sragen oleh orang tua yang menjadi sosok dibalik kesuksesannya saat ini. Seminar kemarin sangat istimewa baginya karena dibersamai oleh sosok yang melahirkan, membesarkan dan mendidiknya sejak kecil, Ibunya. 

Zaky kecil tidak jauh beda dengan kita. Main bola, mandi di sungai, mengaji di mushola menjadi keseharian dia hingga beranjak dewasa. Dari cerita masa kecilnya kemarin, nampak orang tuanya sangat memahami ilmu parenting yang baik. Zaky tidak dikekang di rumah, bahkan orang tua membiarkannya bergaul dengan siapa saja di lingkungannya. Orang tuanya percaya bahwa dia punya 'imune' atau iman yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk. Orang tuanya lebih banyak mendengar daripada memerintahnya anak-anaknya, sesekali memerintah dengan bahasa meminta bukan menyuruh. Dan untuk urusan masa depan anak-anaknya, orang tuanya tidak banyak intervensi. Asalkan itu baik, bermanfaat bagi banyak orang dan sesuai passion mereka. Bahkan selepas kuliah di ITB Zaky sempat jualan Mie Ayam di sekitar kampus. 

Zaky adalah salah satu dari sedikit orang yang sadar bahwa dunia terus berubah. Di revolusi industri 4.0 ini bukalapak.com menjadi agen perubahan cara pandang masyarakat dari analog ke digital. Dia berhasil membuka ruang ekonomi bagi jutaan UMKM dan masyarakat untuk bertransaksi dan mengais rejeki dari platform belanja online yang dia rintis dari nol. Kini bukalapak terus berkembang dan merespon perubahan dunia dengan inovasi dan investasi SDM yang cukup besar. 

Sabtu kemarin Mas Ahmad Zaky datang ke Solo khusus menghadiri seminar Yayasan Al Abidin Surakarta yang bertema "Membekali Generasi Alfa Menuju Revolusi Industri 4.0".

Senin, 10 Desember 2018

The Core

Kira-kira belasan tahun yang lalu kami pernah nonton science fiction movie yang berjudul the core di salah satu bioskop di Solo. Dalam film itu digambarkan bahwa bumi berusia tidak lama lagi. Sering terjadi bencana gempa, gunung meletus dan fenomena alam aneh yang dialami di hampir setiap belahan bumi. Para pemimpin negara maju berembug mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mengatasinya. Kemudian diutuslah ahli-ahli ilmu alam untuk mencari sekaligus memecahkan masalah tersebut.

Dengan batuan alat yang mirip Ultra Sonografi (USG) kira-kira, para ilmuwan mengindikasikan ada masalah yang terjadi di perut atau pusat bumi. Laju magma yang dikenal juga sebagai outer liquid core bergejolak dan tidak dalam koordinat gerak yang seharusnya. Kemudian mereka berpikir keras untuk mengatasinya. Sehingga dibuatlah sebuah kendaraan yang bisa menembus setiap lapisan bumi hingga bagian inti. 

Kemudian terpilihlah beberapa orang yang mewakili ilmuwan, teknisi, petualang, hingga tentara terbaik untuk menjalankan sebuah misi besar, menembus hingga inti bumi. Kendaraan yang digunakanpun didesain khusus, dari bahan khusus dan membawa bahan peledak berkekuatan tinggi (Trinitrotoluena) sebagai gerbong-gerbongnya. 

Setelah berhasil menembus lapisan kerak dan mantel bumi, tibalah kendaraan beserta awak itu ke tujuan. Dugaan ilmuwan bahwa magma  di sekitar inti bumi berhenti berputar terhadap the core itu benar. Sebagian magma beberapa kali meletup mendorong ke atas yang memicu bermacam bencana di permukaan bumi. Mulailah tim melancarkan SOP aksinya. Dengan kecepatan ultra, kendaraan dipacu mengelilingi inti bumi sambil menjatuhkan satu persatu gerbong peledak di setiap titik. Setelah gerbong peledak terlepas semuanya, kendaraan itu melaju keluar melalui jalur magma menuju kawah gunung berapi. Ledakan TNT itu akhirnya memicu pergerakan magma menjadi lebih intens dan stabil. Dan bumi kembali ke sedia kala. 

Itulah kisah fiksi tentang salah satu fenomena bumi kita. Namanya juga fiksi, tentu lebih banyak melibatkan imajinasi daripada kenyataan. Hingga kini perdepatan mengenai seperti apa bentuk bumi dan apa saja kandungan di dalamnya masih berlangsung dan menjadi dialektika ilmiah sepanjang sejarah. Terlepas dari itu ikhtiar ilmuwan harus kita apresiasi karena itu bentuk ekspresi rasa ingin tahu yang menjadi sifat dasar manusia.

#bledugkuwu #groboganhits #wisatajawatengah

Rabu, 05 Desember 2018

Marketing Penjual Garam

Saat melintas Jalan Raya Grobogan - Blora saya tergoda untuk mampir di Bledug Kuwu. Sebuah tempat wisata yang menyajikan fenomena alam yang tak biasa itu cukup menarik karena letupan lumpur panas yang keluar di beberapa lokasi.

Yang menarik disini sebenarnya bukan saja fenomena alam itu, tapi juga pada perilaku seorang pedagang air belerang dan garam yang membuka lapaknya di sekitar daerah letupan. Awalnya kami hanya ingin melihat-lihat saja dari kejauhan tanpa berpikir untuk mendekat ke lokasi letupan. Sampai ada seorang pedagang menarik perhatian dan mendatangi kami. Dia menunjukkan track pijakan yang aman untuk bisa lebih mendekat titik letupan terbesar. Saya kira petunjuknya sangat membantu mengingat tidak semua permukaan tanah gembur itu aman untuk dipijak. Kalo tidak hati-hati kaki kita bisa terjerembab dalam kubangan lumpur belerang itu. 

Tampaknya bapak itu sudah memulai aksinya. Sambil menuntun langkah kami mendekat, dia berakting sebagai pemandu wisata sekaligus story teller. Dia menjelaskan secara rinci bagaimana fenomena alam itu terjadi dan berlangsung hingga sekarang walau secara ilmiah masih banyak kejanggalan. Yang membuat kami berhenti sejenak sambil menggaruk-garuk kepala adalah mitos folktale yang disampaikan bahwa letupan paling besar itu dulu tempat keluarnya putra Aji Saka yang berbentuk ular naga dari pantai selatan. Yah, sekedar hiburan bolehlah didengarkan dengan seksama ceritanya. 

Menariknya lagi, sambil melanjutkan cerita bapak itu seolah menarik langkah kami menuju lapak kecil dengan sedikit barang dagangan. Hanya beberapa plastik garam dan botol yang katanya berisi air belerang. Karena merasa sudah dapat banyak hal dari beliau, kamipun merasa berhutang untuk melarisi dagangannya siang itu. Ternyata harganya sangat murah, satu sack garam ukuran sedang hanya dijual lima ribu dan sama halnya dengan air belerang per botol. 

Menurut teori marketing segitiga PDBnya (Positioning-Differentiation-Brand) Hermawan Kertajaya, penjual garam itu sudah melaksanakan lebih dari setengah dasar teori tersebut. Dia  sudah memiliki identitas khusus di mata calon pembeli sehingga menjadi pembeda dengan pedagang garam lainnya. 

#marketing

Jumat, 09 November 2018

Api 10 November

10 November 1945, pekik merdeka berpadu takbir bergaung di antara rongga-rongga langit Kota Surabaya. Jiwa siapa yang tidak terpanggil melihat kebebasan ada di ujung mata. Ya, kebebasan. Mereka berpikir betapa lelah, sengsara dan nestapanya selama ini ketika kaki-kaki asing itu menginjak-injak bumi pertiwi seenaknya. Mereka telah banyak mengambil harta berharga di penggalan surga nusantara ini. 

Pemuda-pemuda bergerak. Dari segala penjuru arah mata angin. Keluar dari desa-desa sunyi. Turun dari gunung-gunung tinggi. Mereka tutup sementara berjilid-jilid kitab agama, keluar dari tempat mereka mengisi ruhani. Keluar demi tegaknya martabat negara ini. 

Berbekal air wudhu yang menempel di kulit,  semangat di dada dan senjata seadanya kalian yakin bahwa inilah jalan usaha untuk mulia. Mau bersatu dengan siapa saja untuk kebaikan bersama. Saling berebut menjadi yang terdepan. Saling membantu meringankan beban saudara di medan laga. Saling mengisi kekosongan, memacah kebuntuan dan menggandeng kawan sejalan. Saling... Saling.. dan...Saling menjadi pemandangan penuh harap akan adanya kemenangan. 

Seorang pemuda naik ke atas mimbar. Dengan tatapan garang, suara pekik lantang dan telunjuk menjulang mengabarkan perlawanan. Bahwa ini saatnya kemerdekaan harus dipertahankan, anak bangsa harus disatukan, dan tujuan bersama harus didahulukan. Tidak ada kata menyerah untuk sebuah kebenaran dan mereka yakin bahwa Allah ada dipihak yang benar. Sehingga DIA memberi kemerdekaan kepada bangsa yang mau berusaha, berdoa dan bersatu padu. 

Maafkan kami pahlawanku. Abu kalian kami warisi di setiap peringatan tetapi api kalian yang dulu pernah membara, berkobar dan membakar kezaliman belum bisa kami ambil sepenuhnya. Kami masih sibuk dengan ke-aku-an yang bersemayam di dada. Semoga Allah menjadikan kami sebagai bangsa pejuang yang bermartabat dan sejahtera. 

#haripahlawan2018 #smpislamalabidin#fulldayandboardingschool

Rabu, 07 November 2018

E-Voting

Beberapa waktu yang lalu kami bersama Pengurus Osis SMP Islam Al Abidin mengadakan rapat koordinasi untuk merancang beberapa agenda dekat sekolah. Kami memang mendorong partisipasi aktif siswa dalam menyelenggarakan setiap kegiatan sekolah. 

Saat itu, kami beri beberapa tantangan kepada mereka yang salah satunya adalah menyelenggarakan pemilihan ketua osis yang beda dari biasanya. Alhasil, merekapun bergerak, belajar dan menyiapkan kegiatan supaya berlangsung dengan bermakna dan meriah. Kegiatanpun disusun layaknya pemilihan kepala daerah atau presiden. Mereka membuat media kampanye yang dipajang di setiap sudut sekolah, menyosialisasikan calon melalui media sosial (instagram, facebook, web, dll), menggelar uji publik visi dan misi kandidat serta diselenggarakan debat kandidat di roadshow terakhir menjelang pemungutan suara. Yang lebih istimewa adalah mereka menyelenggarakan pemungutan suara dengn media digital atau e-voting. 

Setelah mendata 800 lebih daftar pemilih tetap, mereka membuat undangan kepada pemilih yang merupakan warga sekolah, yaitu guru, karyawan dan siswa, untuk menggunakan hak pilih mereka di tempat dan waktu yang telah ditentukan. Dalam menggunakan haknya, pemilih datang ke TPS kemudian mengisi absensi dan mengantri menuju bilik suara. Dalam masing-masing bilik tersebut, terdapat laptop yang digunakan sebagai sarana pemungutan suara. Sebelum menentukan pilihan, siswa harus login sesuai dengan kode kelas dan nama siswa untuk bisa masuk ke layar yang memuat tiga kandidat ketua osis beserta visi dan misi mereka. Setelah pemilih meng-klik vote pada salah satu kandidat, pilihan tersebut akan otomatis tersimpan dan diolah di komputer server yang dioperasikan oleh siswa panitia. 

Setelah semua pemilih menggunakan hak suaranya, komputer server akan menampilkan perolehan suara masing-masing kandidat. Dan kandidat yang berhak menjadi ketua Osis masa khidmat 2019/2020 mendatang adalah kandidat nomor urut 1, Rokhim Trisnadi.  Putra asli Makasar itu mengungguli dua pesaingnya  Ridho Hadi dan Arkani Fauzan yang masing-masing yang masing-masing berada diurutan kedua dan ketiga. 

Kegiatan ini dimaksudkan sebagai ajang melatih kepemimpinanan siswa dan

wahana belajar berdemokrasi yang baik sebelum mereka nanti benar-benar menjadi pemilih yang cerdas dan bijak untuk kemajuan bangsa dan negara ini. Selain itu, penggunaan E-voting ini sebagai langkah bijak mengurangi penggunaan kertas dan menarik minat seluruh siswa untuk menggunakan hak pilih mereka. 

Salut kami pada kalian......

Seminar Literasi

Giatkan literasi, SMP Al Abidin kirim 120 siswa mengikuti seminar literasi di UNS

Rabu, 31 Oktober 2018, 120 siswa SMP ISLAM AL ABIDIN SURAKARTA mengikuti Seminar Nasional Budaya Literasi dengan tema Literasi di Era Milenial yang diadakan Himpunan Mahasiswa FKIP UNS dalam rangka Pekan Bahasa dan Sastra 2018. 

Acara ini merupakan puncak di antara serangkaian acara yang telah diadakan sebelumnya seperti lomba baca puisi, lomba musikalisasi puisi dan lomba membuat cerpen. 

Seminar Nasional yang digelar di Auditorium UNS tersebut menghadirkan pembicara nasional terkemuka seperti Tere Liye dan Dwitasari yang merupakan penulis novel kenamaan Indonesia serta pembicara dari Badan Bahasa Provinsi Jawa Tengah. 

Tere liye menekankan kepada peserta yang kebanyakan para milenial itu untuk bergiat dalam literasi. Dengan literasi kita bisa menjadi pemenang dalam kontestasi global sekarang ini. Siswa yang dikirim ke seminar tersebut rata-rata memang penggemar novel-novel karya Tere Liye. Mereka sangat antusias mendengarkan wejangan dari novelis idola mereka sehingga setelah ini mereka bisa termotivasi untuk menulis novel. Artinya, yang selama ini hanya menjadi pembaca dan penikmat novel saja, mereka termotivasi untuk menulis karya-karya literasi sendiri. 

Dalam acara ini juga berlangsung penyerahan hadiah lomba literasi yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam sesi itu, salah satu siswa kelas 7 SMP Islam Al Abidin, Latifatun Azzahra, diberi penghargaan juara 2 lomba baca puisi tingkat Jateng dan DIY. 

Di akhir acara, Tere Liye meluangkan waktu untuk memberikan tanda tangan di buku-buka karyanya yang dibawa para peserta seminar dan menyediakan waktu juga untuk berbincang-bincang ringan. 

Keikutsertaan sekolah kami dalam acara ini hanya salah satu ikhtiar untuk menggalakkan budaya literasi peserta didik di sekolah. 

#smpislamalabidin #gerakanliterasi

Indonesia - Palestina

Saat melintasi sepanjang Jalan Asia - Afrika kita dapati beberapa bendera negara-negara peserta Konfrensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 kala itu. Yang menarik di sepanjang jalan itu lebih banyak terpasang bendera negara kita bersanding dengan bendera Palestina. 

Dugaan saya, banyaknya bendera kedua negara itu bukti bahwa sejarah bangsa kita sangat berkomitmen terhadap kemerdekaan negara Palestina. Dia saat itu menjadi satu-satunya negara peserta yang belum merdeka sehingga kemerdekaannya adalah janji bangsa Indonesia sebagaimana dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945.

#indonesiapalestine

Rabu, 31 Oktober 2018

Balada Orang Desa

Waktu Subuh terbangunkan oleh kebiasaan ayam dan ditambah pekik adzan yang lantang berkumandang. Masih gelap, tapi mata itu tetap awas menyisir jalan tanah yang masih basah menuju sumber air. Mereka mengambil air wudhu sekalian mengusap sisa air mengering di sudut mulut, mata dan telinga. Seusai sholat sepertinya mulai khusyuk berdoa. Bukan meminta atas materi, tapi lebih dari itu yaitu keselamatan dan keberkahan setiap langkah mencari nafkah lahir dan batin. 

Sepertinya engkau tak mau didahului fajar.  Saat semburat cahaya datang dari timur sudah mulai nampak, saat itu kau sudah siap dengan piranti kerja. Kanan cangkul, kiri sabit dengan masih bercelana sarung. Langkah kakimu tanpa beban dengan sesekali menyapa kiri dan kanan. Wajahmu bebas tersapu embun yang masih sedikit tersisa. Tak perlu menutupinya dengan masker apalagi helm karena memang tidak ada yang menggangu apalagi memberi penyakit. Sejak kecil engkau diajari memperlakukan alam, merawat hewan, menyiapkan pangan dan peduli lingkungan.

Orang desa itu tetap bekerja meski sengatan surya sudah di ubun-ubun kepala. Keringat mengucur deras seiring tebasan sabit ke ilalang yang semakin kencang. Tak ada yang menghentikan, kecuali lagi-lagi suara adzan yang melengking tanpa penghalang. Sekalipun celoteh kutilangpun diam. Orang desa itu sudah diperingatkan alam. Tak baik diri ini dipaksakan. 

Dia tak begitu merasa khawatir dengan masa depan atau apa yang besok dimakan. Rejeki nya adalah apa yang saat ini di genggaman. Mengeluhnya bukan karena kekurangan dan bersyukurnya memang merasa diri serba kecukupan. Karena dia sadar alam ini sudah banyak memberi kehidupan. 

Orang desa, mereka nyantanya masih ada. Bukan hanya ada di sinetron maupun sinema. Bukan seperti Si kabayan pemuda desa yang memburu Si Nyai hingga ke kota. Bukan seperti adegan pemeran FTV yang menyamar jadi orang desa karena menginginkan kembang desa. Atau sekedar menjadi objek wisata, resort maupun simbol kekayaan hayati yang dibangga-banggakan orang kota.

Keberadaan orang desa nyatanya menopang energi kehidupan orang kota. Dan menjaga bumi dari kepunahan lebih cepat. 

#orangdesa #pedesaan

Senin, 27 Agustus 2018

K-13

Ini kali kedua saya mengikuti Bimtek K-13 setelah dulu awal tahun 2014 sempat mengikutinya. K-13 awalnya digagas, dipersiapkan dan dimulai oleh menteri sebelumnya kemudian dihentikan perluasan implementasinya oleh menteri yang baru. Salah satu dalih penghentian itu karena belum siapnya daya dukung SDM (guru) dalam menerima perubahan. 

Sekarangpun masih berdengung bahwa K-13 adalah kurikulum yang cukup berat dan merepotkan bagi sebagian guru. Dari perangkat perencanaan hingga penilaian pembelajaran dinilai membebani kerja sebagian guru yang harus berfikir dan bekerja dua kali. Belum lagi proses pembelajaran yang akan mengubah paradigma pendekatan mengajar guru dihadapan siswa secara signifikan. Dan yang paling hangat adalah masalah pemberlakukan Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang dianggap malapetaka oleh beberapa siswa saat UNBK kemarin. 

Jika kita berpikir positif, K-13 mempunyai tujuan yang visioner, terutama dalam menyiapkan generasi emas 2045. Saat itu bangsa kita memiliki bonus demografi yang melimpah. Dan mesin pencetak kader bangsa itu adalah kurikulum pendidikan yang tepat dengan kebutuhan masa depan mereka. Apalagi revisi terakhir kurikulum ini menitikberatkan pada solusi atas masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini. 

Masalah output pembelajaran, kompetensi holistik, penguatan karakter dan budaya literasi adalah fokus implementasi K-13 yang tahun ini diberlakukan di seluruh sekolah di Indonesia. 

Coba kita hindari dugaan-dugaan yang justru melemahkan seperti "ganti menteri ganti kurikulum, kurikulum baru proyek baru" dan sejenisnya. Saatnya kita melihat ke depan, bahwa anak-anak didik kita butuh sentuhan, perlakuan dan perhatian untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

#kurikulum2013

Minggu, 26 Agustus 2018

Waktu Luang Kita Hari Ini

Saya pernah dengar kalo sekolah itu berasal dari kata 'skule' yang artinya waktu luang. Waktu luang itu tentunya waktu yang tidak mengikat kita pada tugas, tanggung jawab dan kaidah tertentu. Ya artinya, sesuka kita mau ngapain asal bernilai tambah dan tidak merugikan orang lain. Dan tentunya ini bisa dilakukan kapan dan dimana saja. 

Di sekolah formal kita mengenal mekanisme dan prosedur khusus untuk mencapai tujuan bersama-sama. Di luar sekolah (hari libur) seharusnya bisa demikian. Karena tujuan pendidikan utamanya tidak hanya bertambah ilmu, tapi juga harus bertambahnya kebahagiaan dan kesadaran akan tugas dan kewajiban kita sebagai insan yang berakal. Menikmati alam salah satunya.  

Semakin sering kita ajak anak menikmati alam, saya percaya mereka akan memiliki kepedulian akan setiap ciptaan Allah. Sifatnya yang alami membuat alam bisa menyatu pada fitrah manusia, yaitu kebahagian. Siapapun akan bahagia menyaksikan alam yang asri, sejuk dan alami. 

Dan inilah waktu luang (sekolah) kita hari ini sembari kondangan. Menikmati alam asri dan bermain air di Desa Cumpleng, Ngargoyoso. Desa yang terletak di kaki Gunung Lawu ini tidak hanya menyajikan alam yang asri dan alami tapi juga hasil bumi yang melimpah.

Selasa, 21 Agustus 2018

Bejo

Sewaktu sekolah dulu saya punya teman, sebut saja Bejo (bukan nama sebenarnya). Di kalangan teman-teman dan guru, Bejo orangnya terkenal 'entengan', 'grapyak' dan murah hati. Saking murah hatinya, dia rela setiap hari dijadikan bahan candaan, dikerjai sampai 'digasaki' (dirundung). 

Tidak hanya di sekolah, di antara teman main di kampung, dia terkenal orang yang baik dan 'enthengan'. Dari urusan manjat pohon mangga, motong bambu, atau urusan-urusan yang melibatkan fisik lainnya dia selalu berada di depan. 

Viralnya nama Joni, anak pemanjat tiang bendera dari NTT, menggiring pikiranku ke masa lalu. Siapa lagi kalau bukan Bejo, si bocah enthengan itu, yang sering terlibat adegan yang sama yaitu memanjat tiang bendera. Bahkan aksinya tidak hanya terhitung sekali, tetapi berkali-kali terekam ingatan saya. Seusai menunaikan aksinya, Bejo tidak pernah mendapat apresiasi sekedar tepuk tangan atau jabat tangan dari kepala sekolah apalagi sampai dipanggil ke istana presiden. 

Tidak ada amal yang tak tercatat. Di tahun-tahun berikutnya Bejo sering dinaungi keberuntungan demi keberuntungan. Sekolahnya juga lancar meski tidak begitu gemilang. Setelah lulus mendapat pekerjaan juga baik dan menghasilkan. Bahkan setelah memutuskan berwirausaha juga mendapatkan banyak limpahan keuntungan. 

Bejo telah menabung kebaikan di masa lalunya. Kerja keras, pengabdian dan kemurahan hatinya sudah terbayar dengan hasil yang dia nikmati hari ini. Membuat orang bahagia tidak ada ruginya, membenci perbuatan buruk orang lain tidak ada untungnya. Itulah pelajaran hidup yang sangat berharga dari seorang Bejo.

Minggu, 19 Agustus 2018

Silih Berganti

Kita sekarang ini menggantikan posisi orang-orang terdahulu. Dalam keluarga, kita sebagai ayah atau ibu menggantikan posisi ayah dan ibu kita terdahulu. Begitupun dalam pekerjaan, jabatan, tempat tinggal, atau urusan hidup yang lain, kita hanya menggantikan peran orang-orang terdahulu

Selain menggantikan, kita esok atau nanti juga akan digantikan. Status, peran dan pekerjaan kita akan digantikan oleh generasi sebelum kita dan begitu seterusnya. Tentu saja kita pasti berganti peran. Baik atau buruk tergantung diri kita masing-masing. Kemarin kita jadi anak dan sekarang tiba-tiba sudah jadi bapak. Baru kemarin kita jadi siswa, sekarang tau-tau sudah jadi guru. Peran baru menimbulkan konsekuensi baru. Berhasil dengannya atau sebaliknya akan teruji oleh kemauan untuk belajar dan berusaha. 

Pastinya juga kita akan meninggalkan status dan peran kita. Apakah rela status dan peran kita digantikan oleh mereka yang sama dengan kita atau bahkan lebih buruk? tentu tidak. Itulah fungsi pendidikan (formal, informal maupun nonformal). Mencetak kader pengganti yang lebih unggul sehingga urusan-urusan dunia yang semakin rumit ini bisa teratasi dan berjalan baik. Makanya, silih berganti itu pasti. Terima saja dan lakukan yang terbaik untuknya.

#refleksi

Mereka Orang-orang Ikhlas

Kabar itu sudah terdengar di setiap sudut kampung. Kabar tentang kedatangan tentara penjajah di kota kecil yang selama ini relatif aman dari peperangan. Warga mulai panik. Hari-hari mereka disibukkan dengan upaya mengamankan harta yang rata-rata berupa hewan ternak dan hasil panen. Para tentara pejuang turun ke kampung-kampung menenangkan warga dan memberi mereka panduan tetang harus bagaimana saat pertempuran benar-benar terjadi. 

Para tentara pejuang tidak boleh panik. Mereka sudah mendengar kabar itu jauh hari dari telik sandi mereka di perbatasan. Mereka juga sudah siap menghadang penjajah dengan sumber daya yang ada. 

Ternyata kabar itu benar, tentara penjajah dengan kendaraan perang dan senjata lengkap mulai menyentuh perbatasan kota. Sebelum merangsek masuk ke kampung-kampung, kedatangan mereka sudah disambut satu kompi tentara pejuang. Perangpun mulai pecah dari perbatasan. Ternyata Belanda terlalu digdaya untuk dihadang, mereka terus merangsek masuk sampai tengah kota. 

Perlawanan semakin sengit. Desingan peluru bersahutan diperjualbelikan oleh kedua kubu. Asap hitam mengepul tinggi, beberapa bangunan runtuh dan bau anyir darah sudah mulai menggangu hidung. Tentara pejuang mulai kewalahan. Kondisi mereka sudah tidak teratur. Ada yang terus maju melancarkan serangan, ada yang mundur ke kampung-kampung dan ada yang sibuk mengevakuasi para pejuang yang terluka. 

Dalam situasi ini mulai banyak yang berguguran, baik dari kubu musuh maupun kebanyakan dari tentara pejuang. Tentara penjajah semakin jumawa. Mereka merasa di atas angin. Kota penting ini akan segera takluk di tangan mereka. kampung-kampung sudah mulai ditinggalkan warganya. Sunyi lengang tanpa suara yang berarti.  

Saat pasukan musuh semakin masuk menyisir di setiap sudut kampung, tiba-tiba dentuman meriam terdengar dari empat arah mata angin. Tentara penjajahpun mulai berpencar mencari perlindungan. Sedetik setelahnya, tentara pejuang bersama warga menyergap dari segala arah dengan senjata seadanya dalam genggaman mereka. Pekik merdeka dan takbir tak henti-henti menyeruak di setiap telinga. Mereka tak peduli dengan peluru yang akan menembus dada dan memecahkan batok kepala. Tanpa gentar, terus maju dan menyerang dengan segala usaha. Saat itu, tidak ada kata aku bagi warga, yang ada hanyalah kita dan anak cucu mereka. 

Akhirnya, usaha mereka mulai nampak. Banyak tentara penjajah yang berguguran. Sebagian sisanya mulai mundur tunggang langgang. Tentara penjajahpun mulai tewas satu persatu dan akhirnya kalah. 

Perjuangan mereka dicatat, dikenang dan diabadikan dalam monumen sejarah. Sejarah yang tidak mengenal kata aku untuk diri dan keluarga mereka, yang tidak mengenal ego untuk egoisme kepentingan diri mereka dan bahkan tidak mengenal masa depan diri mereka sendiri. Perjuangan ini untuk kita; anak, cucu, cicit dan keturunan mereka agar merasakan udara kemerdekaan.

#perjuangankemerdekaan #republikindonesia

Jumat, 10 Agustus 2018

Obrolan ala Wedangan

Wedangan atau angkringan adalah sebuah kearifan lokal. Ciri khas yang ditampilkan sangat identik dengan lokalitas masyarakat kita. rata-rata didirikan non permanen, atap tenda dan hidangan yang disajikan cukup sederhana sekaligus murah meriah. Hanya bermodal 10.000 saja kita bisa minum, makan plus lauk yang rata-rata gorengan dan jeroan serta bisa berjam-jam ngobrol seputar apa saja. 

Yang selalu menarik adalah tajuk pembicaraan yang dibawa. Para wedangers sangat konsisten dan fokus berjam-jam membahas tema tertentu. Tema bisa apa saja, mulai dari pengalaman hidup, pekerjaan, lingkungan bahkan tentang agama dan politik. Yang sedang ramai dibicarakan adalah tentang pilpres 2019. Mereka sangat piawai mengupas setiap kandidat, mengungkap setiap kekurangan dan kelebihan mereka, dan dengan analisa sekenanya mencoba menjatuhkan yang satu dan meninggikan yang lainnya. 

Suasana sepertinya mulai memanas seiring teh hangat yang menjadi dingin. Ada salah seorang yang menyanggah yang lainnya. Ada yang jadi penengah dan coba masuk ke tema lain. Tapi hasilnya ya semakin sama-sama tidak mengenakkan. Meski begitu akhirnya mereda juga. Setelah ganti tema sepertinya kurang menarik, akupun bergegas pergi. 

Yah, semoga budaya politik kita membaik, masyarakat makin sejahtera, ketimpangan mengecil, dan yang jelas harus mengangkat harkat dan martabat kemanusian kita menjadi lebih baik. 

#wedangansolo #debatkusir #politikindonesia

Rabu, 08 Agustus 2018

Mewaspadai Zona Nyaman

Mentoring leadership kali ini saya buka dengan mengajukan studi kasus ringan. 

Dua desa masing-masing dialiri oleh dua sungai yang berbeda. Desa A terhampar di sepanjang sungai dengan karakter air yang stabil, berkecukupan dan bersahabat. Sebaliknya, desa B terletak di pinggiran sungai yang sangat labil. Sungai desa B cukup ekstrim kondisi airnya. Disaat musim hujan air yang datang berlebihan, bahkan hampir pasti meluapkan air ke perkampungan. Sedangkan disaat musim kemarau panjang kering kerontang. 

Setelah diuji dengan kondisi yang sama sekali berbeda tersebut, desa mana yang peradabannya lebih maju 100 tahun kemudian? 

Spontanitas banyak yang menjawab desa A yang akan lebih maju. Mereka beranggapan bahwa kecukupan dan kenyamananlah akan membuat mereka berhasil. Ada juga beberapa yang memberi jawaban desa B meski belum bisa memberi alasan yang tepat. 

Orang-orang desa A dan B berangkat dari kondisi yang sama saat mereka harus memutuskan di pinggir sungai yang mana mereka akan tinggal. Sampai saat waktu membuktikan bahwa warga desa B lebih dinamis dalam berfikir dan berinovasi. Kondisi air sungai yang labil itulah yang mendorong mereka terus mencari cara agar tidak kebanjiran saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Mereka berupaya berkali-kali secara turun temurun membangun teknologi dan bekerja keras dalam mewujudkannya. tepat di keturunan yang ketiga (100 tahun kemudian) desa B sudah tidak lagi punya masalah banjir maupun kekeringan. Bahkan, mereka berhasil mengembangkan teknologi pertanian, perikanan dan transportasi jauh lebih maju dibandingkan desa A yang memulainya dari kondisi nyaman. 

Dari kasus di atas, bukan berarti anak yang dalam kondisi nyaman dan berkecukupan itu lebih susah berkembang. Hanya saja jangan sampai kenyamanan itu melenakan dan melalaikan mereka dalam belajar dan berusaha untuk masa depan. Kera yang tidur di pohon saat angin sepoi-sepoi lebih rentan jatuh dari pada kera yang tidur di tengah terpaan badai. Dengan kenyaman dan kecukupan mestinya lebih membuka peluang untuk banyak belajar dan mengembangkan diri untuk bekal masa depan. 


#mentoringleadership

#smpislamalabidin 

#fulldayandboardingschool

Selasa, 07 Agustus 2018

Tawakal Sekaligus Ikhtiar


Menceritakan kejadian lama kepada generasi baru. Yaitu cerita heroik selamatnya pesawat yang mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, tepatnya di Juwiring, Klaten di awal tahun 2000an. Kapten Abdul Majid sebagai Pilot pesawat penumpang menginspirasi banyak orang pasca kejadian tersebut.
Di udara ketika mesin mati kira-kira apa yang akan dilakukan oleh seorang pilot dan para krunya?, apakah mereka akan pasrah, meratapi nasib, atau mencari selamat sendiri?. Tentu tidak. Profesionalisme mereka dituntut untuk mendahulukan keselamatan penumpang dari pada diri mereka sendiri.
Sang kapten mengajarkan optimisme karena ada Allah yang akan memberikan pertolongan. Tawakalnya berlanjut pada sebuah ikhtiar yang luar biasa. Semua kru pesawat diyakinkan bahwa mereka harus tenang, berdoa dan berusaha. Sekecil apapun peluang selamat, mereka harus tetap optimis dengan usaha dan berserah diri kepada Sang Pemberi Kehidupan. Akhirnya pesawat bisa mendarat dengan semua penumpangnya selamat.
Sang kapten dalam kejadian itu memerankan dua tugas pokok dan fungsi manusia sekaligus, yaitu sebagai abdullah dan khalifah. Sebagai hamba Allah tidak ada yang lebih utama dari beribadah dan bertawakal. Dan dengan akalnya dia berusaha untuk mencari solusi atas masalah-masalah manusia.


Dewats

Masyarakat kota adalah penghasil sampah, limbah dan polusi. Bahkan energi bumi dikonsumsi 90% lebih oleh warga kota melalui aktivitas-aktivitas rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, maupun transportasi. Kontribusi warga kota untuk pemanasan global adalah yang paling dominan.
Untungnya sudah banyak yang sadar akan pentingnya mengurangi resiko pencemaran lingkungan. Salah satunya dibuat Decentralized Wastewater Treatment System (DEWATS) atau sistem pengolahan air limbah terdesentralisasi oleh sebuah rumah sakit di Solo. Limbah RS yang sudah diolah dalam sistem tersebut akan dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman atau dibuang melalui saluran kota. Sehingga efek buruk limbah menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Merawat lingkungan sama dengan menjaga masa depan anak-cucu kita. Sayangnya, isu lingkungan luput dari hingar bingar politik kita saat ini.

Senin, 02 Juli 2018

Panser VS Gingseng

Siapa yang tak setuju kalo Tim Nasional Jerman sebenarnya bisa menang mudah atas Timnas Korea Selatan. Secara statistik, sang juara dunia petahana itu unggul dari segala segi. Tapi kenyataannya, Korsel mampu membalikkan keadaan seperti yang pernah mereka lakukan saat melawan Italia dulu. Meski tidak lolos ke fase knock out, Korsel layak pulang dengan kepala tegak setelah pertandingan itu.

Iya, bola memang begitu. Selalu ada kemungkinan yang diluar prediksi, analisa dan statistik. Meski demikian, tetaplah yang punya kans besar adalah mereka yang mempunyai komposisi terbaik mulai dari pemain, pelatih dan infrastruktur sepak bola.

Selain urusan menang dan kalah, pertandingan semalam menyajikan banyak pelajaran yang bisa kita ambil.

#Focus_on_Defence_Smart_in_Offence

Tanpa mengenyampingkan usaha Jerman yang luar biasa, Korsel menunjukkan ketahanan dan fokus dalam bertahan yang prima. Mereka diserang dari berbagai penjuru selama 90 + 6 menit tanpa kebobolan satupun. Malahan, mereka berhasil membobol gawang Jerman dua kali dengan skema serangan balik yang cepat dan efektif. Dalam tekanan sang juara bertahan, para pemain korsel bisa tetap fokus, bekerjasama dan saling menyemangati sampai peluit akhir ditiup.

#Be_Optimistic

Di menit-menit akhir pertandingan, perhatian saya tertuju ke salah satu pemain Jerman, Thomas Muller. Dalam keadaan tertinggal dua gol di menit ke 94', dia memberi gestur tangan menunjuk 6 jarinya. Seolah dia memberikan pesan kepada rekan-rekannya bahwa kita masih punya 6 menit, waktu masih panjang, kita bisa membalikkan keadaan, kita harus bersemangat dan optimis.

#Nothing_Is_Imposible.

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Korsel untuk menang melawan tim dengan peringkat 1 FIFA. Dengan strategi, usaha dan mungkin sedikit luck, mereka membawa pulang 3 poin dan bukan menjadi juru kunci di group neraka yang dihuninya. Selama kaki masih bisa mengumpan, berlari dan menendang, disitulah usaha itu berpeluang dikonversi menjadi sebuah kemenangan.

#Stay_Positive

Apapun hasilnya, menang atau kalah, harusnya tetap berkepala tegap dan berpikir positif. Memang menyedihkan bagi pemain timnas yang gagal membawa keberhasilan bagi negaranya, apalagi sebagai timnas yang diunggulkan. Jerman bisa jadi belajar dari kekalahan ini bahwa siapapun lawannya tidak pantas untuk diremehkan. Begitupun bagi Korsel, suatu saat kekuatan sepak bola mereka juga bisa menyamai tim-tim yang saat ini diunggulkan. Kedua tim harus tetap berbenah setelah hasil pertandingan ini. Belajar untuk lebih baik adalah kebajikan, sedangkan belajar dari kesalahan/kekalahan adalah kebijaksanaan.

Sepak bola bukan hanya permainan, olah raga atau sekedar hiburan. Ada prinsip, karakter dan nilai yang bisa kita ambil pelajaran. Bahwa yang mengubah nasib manusia itu adalah berpikir, berusaha dan tentu saja sebagai orang beriman adalah tawakal.

#pialadunia2018
#worldcup2018

Selasa, 10 April 2018

Cinta Ibu

Tetesan air mata ini sama sekali tidak sebanding dengan tetesan air mata dan darahmu saat melahirkanku. 

Cucuran keringat ini sama sekali tidak bisa membayar deras peluhmu saat melahirkan, membesarkan dan mencukupi segala kebutuhanku. 

Yang mereka (orangtua) mau dariku bukan menagih keringat, darah dan air mata yang telah tumpah. Tapi mengharap aku menjadi kebanggan yang senantiasa mendoakan, menjaga nama dan berusaha memenuhi keinginan mereka. 


#untukmuibu

Selasa, 13 Maret 2018

Galau

Anak itu tampak tidak menikmati keceriaan yang dia lihat di depan matanya. Sepertinya hanya tatapan kosong yang mengarah pada beberapa anak remaja yang sedang asyik bermain basket 3 on 3 di sebuah lapangan sekolah. 

Aku langsung mengambil posisi duduk bersebelahan sambil berbasa-basi, "nggak ikut main mas? apa lagi nggak enak badan?", tanyaku dengan nada datar sambil memegang bahu kirinya. "Nggak, sir,  lagi bingung aja", jawabnya sambil menggaruk-garuk kepala. 

Sebelum ku tanya balik, anak kelas 12 itu langsung curhat perihal kegalauannya menentukan pilihan perguruan tinggi mana dan jurusan apa yang akan dia ambil selepas SMA. 

Sekilas curhatan muluknya dalam berharap bisa dimaklumi, karena track record akademisnya juga mumpuni sejak SMP.  Tapi, sampai detik ini dia masih galau dengan pilihan jurusan dan PT yang sudah dia damba; nanti kerja apa, apakah bisa enjoy dengan kuliahnya, yang dipelajari apa saja, gimana iklim belajar di kampus tersebut,  bagaimana orang tua juga berperan mengarahkan, dan peluang-peluang diterima di jurusan-jurusan tersebut.

Selain memaklumi situasi tersebut akupun berakting bak konsultan bimbingan kuliah. Walau tidak punya jejak akademis yang cemerlang, aku mulai menguasai pembicaraan dan coba meyakinkannya, "Mas, pilihan itu bukan atas dasar kesenangan semata, persepsi sekilas saja, atau malah sekedar ikut-ikutan". "Dan kamu harus tahu potensi dan minatmu, silahkan search di google tentang PT, jurusan-jurusan, konsentrasi keilmuannya, mata kuliahnya sampai peluang-peluang di dunia kerja dan usaha". "Oh gitu ya, sir", balasnya singkat. "kenyataannya, banyak prodi atau jurusan yang kurang populer dan diminati tapi malah bisa menjanjikan peluang yang lebih besar, begitupun sebaliknya", "yang penting kamu minat dan serius", tambahku. Hujan kecil-kecil memaksa kami menyudahi pembicaraan sore itu. 

Malamnya, aku dapat email spam seperti ini. Ngaco sih, tapi cukup menghibur malam yang dingin dan sesepi itu. Pikirpun tiba-tiba melayang ke masa silam...

#kuliah

Senin, 12 Maret 2018

Senyum itu Kembali

Gadis kecil itu selalu risau ketika melepas kepergian ayahnya untuk melaut. Wajah itu semakin murung di saat langit menjadi gelap dan bergemuruh. Sang ayah selalu saja menenangkan dengan berkata "ayah akan kembali 10 hari lagi dan membawakanmu hadiah dari pulau sebrang sana", anak itu tampak belum rela dengan rayuan yang selalu begitu. 

Hari berikutnya selepas pulang sekolah, gadis kecil itu selalu mampir ke dermaga. Melihat lautan luas yang seperti tak bertepi. Wajah harap nampak sesekali walau masih menyisakan 9 hari lagi. Tentu yang diharap bukan oleh-olehnya, tapi sebungkus senyum dari seorang hitam tinggi kekar, ayahnya. 

Pagi berikutnya, dia sengaja bangun lebih pagi. Setelah selesai pekerjaan rumah, dia pamit ke ibunya untuk lebih awal menyambut pagi. Jalan ke sekolah itu masih agak basah karena embun semalam. Lagi-lagi dia ke dermaga dimana lambaian tangan sang ayah masih membekas dalam fatamorgana fajar. Dia nampak mencari kesibukan sebelum matahari lebih tinggi, mengumpulkan batu-batu kecil untuk dilempar kesana kemari. Pelajaran pertama yang diajarkan sang ayah di pantai bagi dia adalah melempar batu ke laut. Masih terngiang betul, usia dua tahun ayah mengajarinya cara melempar, menyemangati untuk keluarkan seluruh tenaga sambil memperagakan gaya yang benar dan selalu memberi tepuk tangan setiap kali lemparan mendarat di permukaan air. 

Hari berikutnya selalu begitu, selepas sekolah menyempatkan mampir dermaga sebentar. Belum banyak bekas kaki pada pasir menandakan memang tidak banyak aktivitas disana. Mulai hari ke tujuh memang cuaca nampak tidak bersahabat bagi nelayan. Dia hanya melihat puluhan kapal nelayan terikat di kiri dan kanan dermaga. Nelayan memilih untuk mencari aktivitas lain seperti berkebun, membuat anyaman, atau sekedar memperbaiki rumah. 

Hatinya semakin gusar disaat langit tiba-tiba pekat, suara gemuruh bak genderang perang dan angin semakin kencang mengayun-ngayunkan rambut tipisnya. Dia ditengah keyakinan bahwa ayahnya akan kembali membawa senyuman dan cemas dengan keadaan laut yang seperti ini. Tapi dia berhasil melewati hari-hari itu dengan suasana hati yang tidak menentu. 

Pagi itu adalah hari yang dijanjikan ayah akan pulang. Kebetulah hari minggu, jadi dia bisa menunggu di dermaga seharian. Habis subuh, raga kecil dan masih rapuh itu memaksakan diri untuk bangun, mengambil air dan sedikit membantu menyiapkan urusan harian rumah. Ibunya masih tertidur memeluk adiknya yang masih 2 tahun. Tidak biasanya, semalaman tadi adiknya rewel miskipun sehat-sehat saja. 

Nampak dia tidak mau didahului oleh fajar. Setelah selesai urusan rumah, gadis kecil itupun melangkah menjauh dari rumah yang tampak lampu bohlam kecil di teras tengah masih menyala. Langkah kakinya masih terdengar cukup keras di telinga karena memang suasana di kampung itu masih hening. Jalan menuju dermaga sangat becek sisa hujan lebat semalam. Laut cukup tenang dan semburat merah kekuningan sepertinya mulai tampak. Prediksinya hari ini cuaca cukup bersahabat untuk menyambut kepulangan sang ayah, dia masih setia dengan batu-batu kecil digenggaman tangan mungilnya. Sesekali batu itu dilempar ke beberapa penjuru dengan tenaga sedang. Tapi tetap saja tatapan matanya masih saja ke arah tengah laut yang 10 hari lalu menghapus pandangannya terhadap kapal sang ayah. 

Surya mulai meninggi, orang-orang berhamburan ke arah pantai. Para nelayan dan anak-anak sepertinya senang dengan cuaca hari ini. Mereka menampakkan raut gembira, tapi tidak untuk gadis kecil itu. Dahinya masih mengerenyit dan bebera kali menghela nafas. Matanya masih memandang ke arah yang sama, sesekali dia bangkit dari tempat duduk kayu, berjalan maju kemudian duduk kembali. Hari tampak mulai menyengat. Kulitnya yang sudah terlanjur hitam bersisik itu sama sekali tak menggubris. Dia terus saja menunggu di tempat yang hampir sama, hanya geser ke kanan dan ke kiri, sedikit ke depan dan ke belakang. 

Dia juga heran, kenapa anak-anak lain tidak begitu berharap pada kepulangan ayah mereka. Ataukah mereka yakin bahwa ayah-ayah mereka akan baik-baik saja. Tiba-tiba suara kecil melengking dari belakang memecah pikirannya, tampak anak laki-laki telanjang dada berlari ke arah dermaga sambil terus berteriak mengabarkan bahwa kapal yang 10 hari pergi sekarang telah kembali. Diapun larut dalam sorak sorai anak-anak yang menantikan para pejuang keluarga, pelaut tangguh dan ayah hebat mendarat. Kapal itu semakin dekat. Dia amati satu-satu senyum lelah para pelaut yang berjejer dipinggir dek kapal. Satupun belum ditemuinya wajah sang ayah, senyum riangnya mulai memudar digantikan wajah yang sama 7 hari yang lalu. Satu per satu pelaut itu turun,  kemudian menggandeng, memeluk dan menggendong anak-anak mereka. Gadis kecil itu masih mencari, menyibak di antara kerumunan, wajahnya mulai bingung dan gundah. Tiba-tiba, ada tangan kekar yang masih hangat mendekapnya dari belakang, mengangkatnya hingga ke dada dan memeluknya erat-erat. Sang ayah kembali denagn janjinya, dan tentu saja membawa senyum itu kembali ke pelupuk mata gadis kecil itu. 


Jumat, 09 Maret 2018

Pentingnya Belajar Sejarah


Siang itu kelas tampak berjalan satu arah. Seorang guru separuh baya sedang berceramah tentang materi pelajaran sejarah. Tiba-tiba, anak dekil yang terbiasa celelekan itu mengangkat tangan dan bertanya kepada gurunya itu. 

"Pak, apa pentingnya belajar sejarah?"  Belum sempurna pak guru itu bangkit dari tempat duduknya, dia menambahkan, "lho, bukankah kita belajar di sekolah ini untuk menyiapkan masa depan, kenapa harus belajar sejarah yang isinya mengungkit-ungkit masa lalu?", kelas mulai pecah dengan beberapa tawa kecil. 

Dengan menarik nafas agak panjang, pak guru sepertinya berhati-hati dalam memulai jawabannya. "Betul nak, kita memang belajar untuk menyiapkan masa depan, tapi apakah kita bisa lepas dari masa lalu?". "Coba nanti kalau kalian melamar pekerjaan, pasti ketika wawancara akan ditanya tentang masa lalu kalian; tentang riwayat pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, pengalam bekerja atau berorganisasi", "Bukankan itu masa lalu semua, kenapa ditanyakan?" "Karena mereka berkeyakinan bahwa masa lalu yang baik dan gemilang akan berdampak pada kualitas pekerjaan kalian setelah diterima", beberapa siswa mulai manggut-manggut tanda setuju. 

Sepertinya para murid di kelas itu masih menunggu jawaban yang lebih meyakinkan lagi dari pak guru, "Sejarah itu ada yang kelam dan ada yang gemilang". "Saat kalian belajar sejarah kelam, misalnya tentang pergolakan yang merenggut banyak nyawa orang-orang tak berdosa, apa yang kalian pikirkan?", pasti kalian tidak ingin kejadian itu terulang lagi menimpa kalian", "hidup kalian akan lebih berhati-hati". "Sebaliknya, ketika kalian sedang mempelajari sejarah hidup seorang pejuang yang patriotik, orasinya menggelegar, pengorbanannya nyata, kata-katanya banyak diikuti orang, mengusahakan kemerdekaan bagi bangsa ini dan namanya masih abadi hingga saat ini, bagaimana dengan yang ini?", pak guru mulai duduk kembali. 

Kelas semakin hening. Sambil membenarkan posisi duduknya, pak guru sepertinya akan memberikan closing dari penjelasannya. "Pada intinya, kita tidak akan bisa lepas dari masa lalu". "Dari mana asal kita, siapa pendahulu kita, dan kejadian apa saja yang pernah menimpa kita harus kita syukuri dan ambil pelajaran". "Banyak orang yang bekerja keras karena selalu terngiang masa kecilnya hidup susah karena kemiskinan, akhirnya mereka menjadi berhasil dan berkecukupan". 

"Jadi, mulai sekarang kalian harus mengangsur kebaikan dan karya yang baik untuk melunaskan warisan sejarah yang baik pada generasi penerus kalian kelak", kata pak guru sambil menata tumpukan buku dan spidol yang cukup berantakan di depannya. 

* bukan ditulis oleh guru sejarah, mohon maaf kalau ada kesalahan. 


Kamis, 08 Maret 2018

Belajar di Sawah


Pelajaran hari ini mengamati lingkungan di sekitar persawahan. Ada tiga segmen yang mereka amati, yaitu tentang tumbuhan, lingkungan dan aktivitas manusia. Hasil yang diinginkan dari pembelajaran hari ini adalah sebagai berikut; 

  1. Anak dapat menyebutkan jenis-jenis tumbuhan di sawah. Tanaman di sawah tidak hanya padi, tapi beberapa jenis tanaman juga tumbuh baik secara liar maupun sengaja di tanam. 
  2. Anak bisa membedakan suasana di waktu pagi, siang, sore dan malam. Bagi anak pra sekolah, mengenal waktu dan karakteristiknya itu penting. Misalnya pagi hari, matahari terbit dari timur, hewan-hewan keluar mencari makan, orang-orang sudah mulai berangkat bekerja, dll. 
  3. Anak dapat menyebutkan beberapa profesi manusia beserta tugas-tugasnya. Beberapa kali anak menanyakan tentang siapa itu pak tani. Dengan ditunjukkan langsung ke tempat kerjanya (red: sawah),  anak bisa mengetahui apa itu pekerjaan dan tugas petani. 

Belajar bisa dimanapun dan kapanpun saja. Yang paling penting ada tujuan pembelajarannya (learning goal) serta orangtua memiliki rencana pembelajaran sebelum mengajak anak-anak mereka keluar. Kalau perlu menyiapkan bahan atau sumber pendukung yang berkaitan dengan tema, sehingga kita bisa memberikan penguatan kepada anak terhadap lingkungan dan objek yang akan dipelajari. Selain itu, orangtua bisa memberikan jawaban yang tepat dan baik atas segala pertanyaan anak yang seringnya macam-macam tanpa diduga orangtua sebelumnya. 

Jangan membatasi ruang dan waktu belajar hanya di dalam dan waktu sekolah saja. Jadikanlah setiap yang ditemui menjadi materi pembelajaran, karena Tuhan menciptakan bumi dan seisinya ini untuk kita olah dan ambil pelajaran. 


Rabu, 07 Maret 2018

Mentoring Leadership (7/2)

Tidak seperti biasanya, mentoring leadership kali ini kami cari suasana lain di luar sekolah. Dengan begini lantas tidak mengurangi makna dari aktifitas ini. Di awal setelah dibuka dengan doa dan murajaah, kami saling menyampaikan nasihat dan motivasi satu sama lain. Kemudian dielaborasi lebih luas ke dalam tataran praktik sehari-hari. Berikut ini beberapa motivasi siang ini; 

  1. Yang berkilauan belum tentu emas. Jangan terlalu sibuk dan membaggakan yang di luar diri kita dan sebaliknya kita  perlu membangun yang di dalam diri kita,  yaitu JIWA. (Harish)
  2. Majulah lurus tanpa menyingkirkan, naiklah tinggi tanpa menjatuhkan dan jadilah benar tanpa menyalahkan. (Uus)
  3. Hidup tidak semudah membalikkan tangan, karena hidup ini adalah perjuangan dan setiap perjuangan akan berbuah manis. (Zaim)
  4. Hidup tak perlu hura-hura, kesenangan dunia hanya sementara. Jadilah orang yang mencari kebahagian yang hakiki dan kekal. (Farhan)
  5. No pain no gain. Kesuksesan adalah hasil dari kucuran keringat, darah dan air mata. (Shahan)
  6. Yang kamu lakukan adalah pilihan, benar dan salah sudah ada pedoman. Pahala dan dosa adalah pilihan kita sendiri. (Zidan
  7. Perlakukanlah orang lain dengan baik, sebagaimana kita ingin diperlakukan baik. (Daffa
  8. Winner never quit, quitter never win. Pemenang itu pejuang dan pekerja keras, tanpa pernah menyerah. (Cleo)
  9. Dream creates future. Orang besar lahir dari mimpi dan usaha besar. (Nibras)
  10. Supreme ability is the ability to survive. Kemampuan paling utama adalah bertahan hidup, mudah beradaptasi, dan bisa eksis di kondisi dan situasi apa saja. (Hernan)

Dengan dibiasakan saling memberi nasihat seperti ini, mereka terlatih untuk berbudaya tutur yang positif dan produktif. Jadi teringat dengan sebuah nasihat, Small people discuss other people, average people discuss events, and great people discuss idea and goodness.

#mentoringleadership
#smpialabidin
#fulldayandboardingschool

Minggu, 04 Maret 2018

Muda Mendunia

Siswa kelas IX Smpi Al Abidin mengikuti seminar nasional di Masjid Nurul Huda UNS, 2 Maret 2017. Seminar dengan tema 'Muda Mendunia' ini diisi oleh dr. Gamal Albinsani, seorang dokter muda dari Kota Malang. Walau namanya belum begitu dikenal masyarakat kita, tapi ketenaran beliau sudah mendunia. Penghargaan demi penghargaan internasional diperoleh berkat inovasinya di bidang kesehatan. Bahkan Kerajaan Inggris memberikan penghargaan sebagai Young Innovator yang langsung diberikan oleh Pangeran Charles. 

Tersentuh oleh peristiwa kematian bocah anak pemulung di gerobag sampah karena tidak bisa mengakses pelayanan kesehatan, mendorongnya berinisiatif mendirikan Garbage Clinical Insurance. Dengan program itu masyarakat kurang mampu bisa mengakses pelayanan kesehatan gratis hanya dengan membawa sampah yang bisa didaur ulang dan digunakan kembali. Selain itu, beliau juga menginisiasi beberapa platform aplikasi dan website kesehatan seperti; aplikasi donor darah, siapapeduli.id, homedika.com. dll. 

Dalam kesempatan tersebut, dr. Gamal berbagi tips untuk para peserta seminar yang rata-rata masih remaja dan muda. Dia memberi inspirasi bagaimana perjalanan masa remaja hingga lulus dari perguruan tinggi yang digunakan untuk hal-hal positif dan produktif. 

Tips yang pertama adalah berusaha untuk BERKORBAN & IKHLAS. Sesuatu yang sudah kita yakini benar dan akan terwujud harus kita perjuangkan. Berkorban dengan sepenuh hati dan mengikhlaskan setiap langkah kita kepada Allah adalah jalan menuju kesuksesan.

Kemudian yang kedua adalah VISIONER. Remaja harus berfikir jauh ke depan. Mereka tidak boleh hanya memikirkan kesenangan atau kebutuhan hari ini, besok atau lusa. Mereka harus berfikir jauh kedepan 10 tahun atau lebih mau berbuat apa, memberi manfaat apa dan menghasilkan berapa karya. 

Ketiga adalah KOMITMEN. Banyak remaja yang bercita-cita tinggi tapi minus komitmen. Untuk menggapai cita-cita besar mereka harus membangun komitmen setiap hari untuk meraih apa yang kita inginkan seperti; mengupgrade skill dan kemampuan, menabung kebaikan, memperluas wawasan, berfikir positif, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik setiap hari. 

Selanjutnya adalah PRODUKTIF. Jangan sampai usia remaja dihabiskan dalam kesia-siaan atau tidak ada nilai tambah sama sekali. Segala hal produktif bisa kita lakukan seperti; mempunyai hobi yang positif, membaca buku-buku yang bermanfaat, membuat karya yang bisa dimanfaatkan orang lain, membantu orang lain, dan yang lainnya. 

Dan yang terakhir adalah SEIMBANG. Jangan terlalu mengejar sesuatu hanya untuk duniamu semata karena itu tidak akan kekal. Remaja yang akan sukses bisa membagi waktu dan prioritasnya untuk dirinya, orang lain (keluarga dan masyarakat) dan Allah (beribadah). Banyak contoh orang yang hanya mengejar capaian-capain dunia yang pada akhirnya depresi hingga terjerat pada penyalahgunaan narkoba atau bahkan bunuh diri. 

Kiprah dr. Gamal Albinsani memang menginspirasi banyak orang. Di usia yang masih sangat muda sudah menjadi buah bibir masyarakat dunia dengan kepekaan sosial, inovasi, karya, dan kerja nyatanya. Semoga akan semakin banyak generasi seperti dia yang lahir di Indonesia. 


Selasa, 27 Februari 2018

Oglangan

Oglangan (red: listrik padam) merupakan berkah tersendiri bagi anak-anak di kampungku dulu. Minimal kami bebas sebentar dari aktivitas rutin yang dinamakan belajar dan mengaji. Dengan alasan mati lampu, cahaya teplok redup sehingga kami berkesimpulan bahwa belajar dalam kondisi seperti itu bisa merusak mata. Saat itulah anak-anak dengan otomatis berhamburan keluar bak burung keluar dari kurungannya, lari-lari dan teriak-teriak nggak karuan. Beberapa hanya sekedar duduk bercengkrama di halaman rumah sambil membicarakan apa saja, yang lainnya memilih melakukan permainan fisik, salah satunya cik-cik bencik (hide and seek).

Bagi sebagian orang, mati lampu merupakan musibah karena pasti akan menggangu aktivitas dan pekerjaan rutin mereka. Tapi bagi sebagian yang lain bisa menjadi sarana muhasabah betapa nikmatnya cahaya. Kalo sudah dalam kegelapan begini, sebagus pakaian yang kita kenakan tak begitu istimewa, wajah-wajah yang rupawan juga tak jelas oleh mata, bisa jadi orang-orang menjadi saling mencurigai satu sama lain.

Nikmat cahaya yang dikaruniakan tidak hanya untuk mata kita, tapi juga hati kita. Bayangkan bila hati kita tetutup dari cahaya, pasti kerusakan, kebencian dan permusuhan akan semakin meraja lela. 

Maka, setiap kejadian sebaiknya jangan buru-buru diratapi, atau bahkan dikutuki. Jadilah seperti pepatah Inggris ini, it's better for us to light a candle than to curse the darkness (lebih baik menyalakan lilin daripada mengumpati kegelapan). Setiap kejadian, baik atau buruk, pasti mengandung ibrah yang bisa kita petik.


Inspirasi dari Timor

Kali ini kami harus belajar banyak pada remaja ini, namanya Rizky Ipolito Warudai. Dia jauh-jauh terbang dari Negara Timor Leste melintasi batas negara menuju Kota Solo untuk belajar.

Kali ini Rizky menceritakan keluarga besarnya di Timor Leste. Dia sangat terinspirasi dengan perjuangan kakek, Ibu dan bapaknya sebelum mereka menjadi orang yang berkecukupan. Kakeknya yang seorang tentara sangat tegas dalam membesarkan anak-anaknya. Selain itu juga mengajarkan ketangguhan dalam menghadapi hidup yang keras pada waktu itu. Oleh karena itu, dia mengakui bahwa keuletan dan ketangguhan orang tuanya adalah hasil didikan kakeknya sampai berhasil dalam membangun dan membesarkan bisnis mereka.

Dia dilahirkan dalam keadaan ekonomi keluarga yang sangat terbatas. Nama Rizky sendiri katanya diambil dari ungkapan syukur bapaknya kepada Allah karena mendapatkan gaji pertama saat kelahiran buah hati mereka. Rizky kecil menyaksikan sendiri bagaimana orang tuanya jatuh bangun membangun ekonomi keluarga, dari mencari pekerjaan, berjualan bakso dan usaha-usaha yang lain.

Hasil tidak akan berkhianat pada proses, kerja keras itu berbuah manis. Orang tuanya berangsur-angsur menapaki tangga kesuksesan sampai saat ini. Kini orang tuanya adalah pengusaha yang sukses di bidang infrastruktur komunikasi dan perjalanan. Dan bapaknya adalah pemilik salah satu klub sepak bola liga utama di Negaranya.

Dia berharap bisa mengikut jejak kakek dan kedua orangtuanya menjadi sosok yang mandiri, tangguh, pekerja keras dan visioner.

FYI, Rizky sendiri tidak tahu bahwa negaranya dulu adalah bagian dari Indonesia walaupun jarak antara referendum dengan tahun kelahirannya tidak berpaut jauh.

#mentoringleadership
#smpialabidin



Kamis, 04 Januari 2018

Tentang Sri Ningsih



Tidak ada kosa kata penderitaan dalam kamus seorang Sri Ningsih. Meskipun sejak lahir dia didekap erat oleh berbagai macam penderitaan. Seolah,  tidak layak dia mengumpati dunia hanya karena skenario hidupnya yang dianggap kelam. Dia tetap tegar, positif dan berusaha menyebar benih-benih manfaat kepada orang-orang di sekitarnya.

Lahir di pulau kecil di tenggara Sumbawa, Pulau Bungin, membuat hidupnya tidak mudah. Dilahirkan dari rahim seorang istri pelaut membuat dia tumbuh menjadi wanita yang harus kuat dan tahan banting. Suara tangisnya ketika menyapa dunia disahut suara tangis kerabat yang datang dalam resepsi kelahiran. Ibu Sri Ningsih meninggal saat melahirkannya. Saat itulah episode demi episode kemalangan dan penderitaan dimulai. Mulai dari Ayahnya meninggal ditelan gelombang, kemudian hidup bersama ibu tiri yang kejam sampai akhirnya dikirim oleh Tuan Guru Bajang ke pondok pesantren di Surakarta.

Di Surakarta dia sempat mengalami anti klimaks penderitaan karena bertemu Pak Kiai dan Bu Nyai yang baik hati, teman yang selalu mengerti, dan suasana pesantren yang menentramkan hati. Sampai saat hari tragis itu terjadi, di tahun 60an, sejarah pilu bangsa ini ikut dialami Sri bersama orang-orang di pesantren itu. Adik tirinya dikabarkan meninggal dalam kejadian tersebut.

Haru biru petualangan Sri Ningsih tidak berhenti di situ. Di ibu kota negara dia datang. Alih-alih membuang kegetiran hidup sebelumnya, Sri mengalami ups and downs yang cukup ekstrim selama di Jakarta. Sudah teruji dengan kusulitan dan keterbatasan membuatnya dengan mudah melewati dan menaklukkan kota metropolitan itu. Usahanya dengan cepat melesat. Dari kaki lima, rental mobil sampai mempunyai sebuah perusahaan berskala nasional. Sampai tiba saatnya dia mengambil keputusan yang cukup misterius. Dia pergi begitu saja meninggalkan aset besar perusahaannya.

London adalah kota tujuan berikutnya. Tampaknya Sri Ningsih ingin memulai dari nol. Pencarian pekerjaan yang panjang di the capital of the world itu akhirnya melabuhkannya sebagai sopir bus double decker di Kota London. Sampai dia bertemu dengan sahabat, rekan, dan bahkan keluarga baru yang sangat mencintainya. Pada akhirnya selalu begitu, julukan ibu tiri untuknya, si anak terkutuk, selalu membayangi dan mewarnai hidupnya.

Badai itu selalu saja berlalu, Sri bisa melupakan setiap kegetiran yang dialaminya. Dia memilih membuang memori kelamnya dengan pergi jauh. Dia meninggalkan London dengan segala kenanganya menuju ke Paris. Di kota ini Sri tutup usia dengan meninggalkan cerita yang membanggakan bagi para penghuni panti jompo yang pernah dihuninya sebelum meninggal. Dan di kota Menara Eiffel inilah dia menutup buku hidupnya tanpa catatan pilu.