Ketika berbicara soal kepemimpinan,
kemungkinan kita langsung merujuk pada sosok figur pemimpin yang mempunyai
posisi tertentu dalam suatu komunitas atau organisasi, misalnya lurah, camat,
bupati, ketua partai, kepala sekolah, dsb. Tidak ada yang salah dengan rujukan
terebut tapi itu belum menyentuh substansi dari kepemimpinan itu sendiri.
Secara sederhana pemimpin yang
sustantif bisa didefinisikan sebagai seorang yang terus menerus membuktikan
bahwa ia mampu mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain, lebih dari
kemampuan mereka (orang itu) mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan adalah konsep
yang merangkum berbagai segi dan interaksi pengaruh antara pemimpin dengan
pengikut dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam studi kepemimpinan terdapat dua
pendekatan untuk menjelaskan proses kelahiran pemimpin yang sangat dominan.
Pendekatan yang pertama adalah personality
traits approach dan yang kedua adalah situational
interactional approach. Pendekatan pertama berangkat dari asumsi tentang
adanya sifat dan bakat kepribadian tertentu yang dimiliki oleh seseorang baik sebagai
bawaan kelahiran maupun sebagai hasil dari pengalaman sendiri, yang kemudian
membentuk kapasitas kepemimpinannya. Pendekatan kedua menekankan pada situasi
lingkungan, di dalam mana berlangsung interaksi sosial, politik, ekonomi dan
budaya sebagai factor determinan bagi lahirnya seorang pemimpin. Pendekatan ini
berangkat dari asumsi bahwa seorang pemimpin lahir sebagai produk dari situasi
lingkungan yang secara kebetulan mempertemukan dua gejala: kualitas kepribadian
seseorang dan tuntutan situasi yang membutuhkan pemimpin dengan kualitas yang
sama.
Glenn D. Piage dalam bukunya, Political leadership, menjelaskan faktor-faktor
penting yang menentukan kepemimpinan seorang, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Kepribadian.
Karena pemimpin adalah sosok pribadi tertentu, maka kepribadian harus dipahami
sebagai seluruh karakteristik yang menggambarkan jati diri seseorang. Dalam hal
ini bukan perbedaan atau persamaan karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin
dengan karakteristik yang dimiliki orang lain yang perlu dilihat. Akan tetapi
kontribusi apa yang diberikan oleh faktor kepribadian terhadap penampilan dan
perilaku kepemimpinan seseorang.
2.
Peranan.
Seseorang dapat diakui sebagai pemimpin karena kemampuannya membawakan peranan-peranan tertenu yang diharapkan
oleh pihak lain.
3.
Organisasi.
Ini meyangkut sistem interaksi yag bersifat interpersonal,baik langsung maupun
tidak langsung, melalui mana seseorang berhubungan dengan masyarakat. Disini,
pemimpin harus ditempatkan dalam konteks organisasi dimana interaksi dengan
pengikutnya berlangsung dan apa saja yang dirasakan oleh para pengikutnya dalam
interaksi dengan seorang pemimpin.
4.
Tugas.
Ini berkenaan dengan penghayatan seorang pemimpin tentang tugas apa yang ia
merasa terpanggil untuk memikulnya. Dan itu akan berdampak pada keputusan apa
yang harus dibuat, masalah apa yang harus dipecahkan, dan tidakan apa yang
harus diambil.
5.
Nilai-nilai.
Adanya cita-cita tentang bentuk hubungan yang akan dibangun dan cara-cara apa
yang digunakan untuk mencapainya, akan mencerminkan nilai-nilai yang menjadi
landasan berpijak dari perilaku sang pemimpin.
6.
Lingkungan.
Ini mencakup ciri-ciri lingkungan fisik, teknologi, ekonomi, dan sosial budaya
yang berpengaruh terhadap perilaku kepemimpinan seseorang.
Dari penjelasan diatas, dapat kita
simpulkan bahwa kepemimpinan bukanlah hasil dari penciptaan orang lain
(pangkat, jabatan, penghargaan) akantetapi itu merupakan hasil dari proses perubahan karakter
kepribadian atau transformasi internal dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan
visi dan misi hidupnya serta berani mengambil peranan didalamnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Sulit kiranya mencari contoh seorang
figur pemimpin konvensional yang ada disekitar kita, Seorang pemimpin yang
kekharismatikannya datang dari dalam dirinya karena apa yang telah dia perbuat
untuk dirinya dan orang lain. Akantetapi figur itu akan kita temukan pada diri
kita apabila mulai dari sekarang kita memiliki keinginan untuk melakukan
perubahan karakter (character change), mempunyai visi yang jelas (clear
vision), dan terus meningkatkan kompetensi (competence) baik dalam bidang yang
kita geluti saat ini maupun dalam bidang lain. Selain itu, seorang pemimin
sejati harus mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu dan mempunyai
perilaku yang berbudi bawa leksana (konsekuen
dalam tidakan dan ucapan), karena dengan ini kita akan cenderung bersikap
cermat dan berhati-hati sebelum diri kita menyampaikan ucapan atau memutuskan
suatu masalah yang menuntut kita bertanggung jawab atas apa yang kita putuskan,
serta menjadi tepa tuladha (sosok
teladan) bagi siapa saja. Ayo kita bisa!
Bukankah kita diciptakan oleh Allah SWT sebagai Kalifatul fil ardh.