Sabtu, 06 Mei 2017

Rapor TK

Setiap pulang ke rumah kelahiran selalu saja membawa pulang beberapa kenangan dan pelajaran. Kenangan yang ini nggak tahu buruk, lucu atau apa. Setelah membolak-balik setumpuk berkas, saya dapati sebuah kertas berukuran kuarto kumal merah muda terlipat menjadi beberapa bagian. Melihat dengan seksama sambil sedikit senyum kecut dan geleng-geleng kepala. Itu rapot taman kanak-kanak (tk) saya sekitar 25 tahun yang lalu.

Yang jadi fokus saya adalah nilai yang ditandai dengan huruf K (kurang) dan C (cukup) untuk tiga caturwulan, yaitu kemampuan berbahasa. Yang jadi pertanyaan bukan nilai atau kemampuan saya waktu itu, tapi langsung saya bandingkan dengan test bakat yang pernah saya ikuti. Sekitar 2 tahun yang lalu saya diminta mengikuti test bakat dan potensi melalui 'finger prints' STIFin. Hasilnya, kemampuan bahasa dan sosial saya dinilai paling menonjol oleh test tersebut dibanding kemampuan yang lain. 

Intinya, kita kadang mendapati anak-anak kita tidak bisa meraih sesuatu yang orang tua inginkan. Karena mungkin memang belum waktunya atau bukan menjadi 'passion'nya untuk diraih saat itu. Tapi karena hidup ini dinamis dan tidak selalu harus linier, maka sabar dan telaten mencari potensi anak sejak kecil itu perlu tanpa harus membanding-bandingkan dengan anak seusianya.

(Nasihat untuk diri sendiri yang sedang membesarkan dua anak laki-laki)

Selasa, 02 Mei 2017

Keluarga

Apa seharusnya spanduk-spanduk peringatan Hardiknas dipasang di depan rumah-rumah setiap warga Indonesia? bukan hanya di depan lembaga pendidikan formal (sekolah) saja.
Apa seharusnya yang diundang untuk mengikuti upacara Hardiknas bukan hanya kepala sekolah atau guru sekolah saja? tapi juga setiap lelaki kepala keluarga dan al ummu madrasatul ula.

Kenapa?
Keluarga adalah institusi pendidikan 'paling sakral' di dunia. Untuk mendirikannya harus ada perjanjian agung atau mitsaqan ghalidza antar umat manusia.

Dari sanalah anak mengenal kata, dari mulut kedua orangtua mereka mengumpulkan glossary.
Dari sanalah anak mengenal perilaku, dari tindak-tanduk kedua orangtua mereka merekam referensi.
Dari sanalah, mereka mengenal nilai, dari komitmen yang dibangun dan dilaksanakan bersama.

Dari situlah anak-anak kita tumbuh dengan keteladanan, perlakuan, kebiasaan dan ujaran-ujaran.

#selamathardiknas
#refleksidiri