Senin, 31 Desember 2018

Jangkrik dan Semut

Di malam tahun baru ini izinkan saya ngepost dua mahluk Allah ini, semut dan jangkrik. Struktur tubuhnya hampir sama, yaitu terdiri dari beberapa bagian. Tujuan hidupnya pun hampir serupa, mencari makan hari ini tanpa berfikir besok akan makan apa. Jangkrik bergerak dengan melompat, sedangkan semut merayap. Mereka sama-sama bergerak agar tetap hidup. 

Apa yang ada dipikiran mereka tidak bisa kita terka. Jangkrik yang hanya diam apakah sudah hampir meregang nyawa kita tidak tahu. Sementara semut yang hanya melangkah kecil kiri kanan apakah sedang mengintai jangkrik sebagai makan malam dia dan kawanannya sebelum tidur entahlah.

Stop. Jangan berburuk sangka terlebih dahulu. Siapa tahu mereka sedang bercengkrama. Ngomongin kita, manusia. Mulutnya yang komat-kamit bisa jadi menertawakan, perihatin atau empati dengan kita yang katanya paling sempurna  tapi masih saja seenaknya. Gerakan semut  ke kiri kanan mungkin memperagakan tingkah polah kita yang tak jelas arahnya. Atau bahkan diamnya jangkrik "mengejek" sikap apatis kita terhadap masa depan manusia itu sendiri. 

Kalaupun akhir cerita jangkrik itu pasrah tubuhnya habis digerogoti kawanan semut setidaknya matinya bermanfaat. Tentu kita tidak 'sudi' belajar dari mereka yang tidak berakal. Tapi ketetapan Allah-lah yang menentukan perilaku mereka. Maka kita berfikir karena punya akal. 

#merenungkan

Lawu Semakin Ramai

Dulu adalah sebuah kemewahan bagi saya bisa berpiknik. Meski tak jauh-jauh, di Grojogan Sewu, Tawangmangu. Membawa uang secukupnya karena memang cuma itu yang kami punya waktu itu. Uang yang cukup untuk naik bus PP, bayar tiket masuk dan beberapa jajanan ringan tidak bersisa setibanya di rumah. Tapi sekarang beda. Lebih banyak pilihan tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Tapi memang sebanding dengan biaya yang harus kita keluarkan. 

Perkembangan sektor pariwisata saat ini memang luar biasa pesat dimana-mana. Kalo dulu kita berplesir ke Gunung Lawu destinasinya kalo nggak Air Terjun Grojogan Sewu ya Telaga Sarangan saja. Keduanya murni wisata alam yang dilengkapi beberapa fasilitas tambahan di dalamnya. Sekarang banyak sekali objek wisata alam yang dulunya biasa, setelah dimodifikasi dengan beraneka hiburan dan spot foto menjadi magnet wisatawan yang luar biasa. Bahkan, di musim liburan ini sekedar cari tempat parkir saja susahnya bukan main. Bermacam kendaraan roda empat berplat nomor luar kota membanjiri dan mebuat sesak jalan-jalan sepanjang Tawangmangu - Sarangan. 

Saya kira kepuasan kita saat ini bukan hanya menikmati keindahan alam atau bermain-main dengan berbagai macam wahana, tapi juga mengabadikan dan mengupload setiap moment liburan di media sosial. Oleh karena itu, pengelola objek wisata harus pandai merespon gejala seperti ini dengan menyedikan tempat-tempat yang 'ramah selfie',  instagramable dan eye-catching. Ditambah lagi kegandrungan masyarakat kita dalam hal kuliner harus menjadi bagian dari pengembangan objek wisata saat ini. 

Kemarin saat berkunjung ke rumah mbah di Karanganyar, kami berniat mengajak anak-anak menikmati beberapa wahana di Tawangmangu. Belum sampai pasar tw sudah banyak antrian kendaraan menuju ke atas. Memutuskan menuju Bukit Sekipan ternyata bukan pilihan yang tepat. Jalan menuju ke lokasi cukup sempit dan padat. Itupun setiba di lokasi kami kesulitan cari tempat parkir. Setelah berhasil membujuk si sulung akhirnya kami putuskan putar balik turun gunung. Sebagai pengobat kecewa kami mampir ke Taman Balekambang, masih di sekitar Tawanmangu. Hujan membuat kami tidak berlama-lama di sana. Molen Tawangmangu menjadi teman perjalanan kami menuruni gunung lalu menuju Solo. 

Semakin ramai tentunya semakin mengurangi keasrian daerah pegunungan. Meski begitu edukasi tentang pentingnya menjaga alam tetap asri adalah tanggung jawab kita bersama. 

#liburanakhirtahun #karanganyarhits #kabupatenkaranganyar#wisatakarangayar

Minggu, 23 Desember 2018

Plastik Mengancam Kita

Rasanya sulit kita lepas dari plastik. Setiap hari mustahil tangan ini tanpa bersentuhan dengan plastik. Dan saat ini banyak dinyatakan bahwa penggunaan plastik sudah dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan.

Setelah viral Ikan Paus di wakatobi yang menelan 5.9 kg sampah plastik dalam perutnya membuat penggunaan plastik menjadi dilema di masyarakat. Sebuah lembaga konservasi lingkungan terkemuka merilis sebuah prediksi bahwa pada 2050 jumlah sampah plastik yang terbuang ke laut akan lebih banyak jumlahnya daripada populasi ikan. Meski saya pribadi ragu dengan prediksi hitungan itu tapi gejalanya sudah mulai tampak. 

Sungai dan pantai menjadi sasaran masyarakat untuk membuang sampah yang mayoritas berbahan plastik. Sampah-sampah itu sebagian mengendap di pinggir dan dasar sungai, sementara sebagian yang lain mengalir sampai jauh hingga lautan.

Beberapa daerah sudah mengeluarkan larangan penggunaan plastik dalam transaksi yang sifatnya retail. Tinggal menunggu diseminasinya ke daerah-daerah lain di Indonesia yang merupakan pengguna plastik terbesar kedua di dunia. 

#plasticpollution #saveourseafromplastic #saveourearth

Minggu, 16 Desember 2018

Bersama Mas Zaky

Coba saat orang awam lihat dia, Ahamd Zaky, sedang wedangan di pinggir jalan. Pasti banyak yang mengira profesi dia hanya mahasiswa atau karyawan biasa. Penampakannya sangat biasa, tutur bahasanya sederhana dan orang-orang di sekitarnyapun demikian. Begitu low profilenya pendiri sekaligus CEO Bukalapak.com ini sehinga banyak orang tak menyangka bahwa dia adalah pengusaha sukses dengan 2.500 karyawan dengan nilai aset belas Triliun Rupiah. 

Usianya masih sangat muda yakni 32 tahun. Dilahirkan dan dibesarkan di Masaran, Sragen oleh orang tua yang menjadi sosok dibalik kesuksesannya saat ini. Seminar kemarin sangat istimewa baginya karena dibersamai oleh sosok yang melahirkan, membesarkan dan mendidiknya sejak kecil, Ibunya. 

Zaky kecil tidak jauh beda dengan kita. Main bola, mandi di sungai, mengaji di mushola menjadi keseharian dia hingga beranjak dewasa. Dari cerita masa kecilnya kemarin, nampak orang tuanya sangat memahami ilmu parenting yang baik. Zaky tidak dikekang di rumah, bahkan orang tua membiarkannya bergaul dengan siapa saja di lingkungannya. Orang tuanya percaya bahwa dia punya 'imune' atau iman yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk. Orang tuanya lebih banyak mendengar daripada memerintahnya anak-anaknya, sesekali memerintah dengan bahasa meminta bukan menyuruh. Dan untuk urusan masa depan anak-anaknya, orang tuanya tidak banyak intervensi. Asalkan itu baik, bermanfaat bagi banyak orang dan sesuai passion mereka. Bahkan selepas kuliah di ITB Zaky sempat jualan Mie Ayam di sekitar kampus. 

Zaky adalah salah satu dari sedikit orang yang sadar bahwa dunia terus berubah. Di revolusi industri 4.0 ini bukalapak.com menjadi agen perubahan cara pandang masyarakat dari analog ke digital. Dia berhasil membuka ruang ekonomi bagi jutaan UMKM dan masyarakat untuk bertransaksi dan mengais rejeki dari platform belanja online yang dia rintis dari nol. Kini bukalapak terus berkembang dan merespon perubahan dunia dengan inovasi dan investasi SDM yang cukup besar. 

Sabtu kemarin Mas Ahmad Zaky datang ke Solo khusus menghadiri seminar Yayasan Al Abidin Surakarta yang bertema "Membekali Generasi Alfa Menuju Revolusi Industri 4.0".

Senin, 10 Desember 2018

The Core

Kira-kira belasan tahun yang lalu kami pernah nonton science fiction movie yang berjudul the core di salah satu bioskop di Solo. Dalam film itu digambarkan bahwa bumi berusia tidak lama lagi. Sering terjadi bencana gempa, gunung meletus dan fenomena alam aneh yang dialami di hampir setiap belahan bumi. Para pemimpin negara maju berembug mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana mengatasinya. Kemudian diutuslah ahli-ahli ilmu alam untuk mencari sekaligus memecahkan masalah tersebut.

Dengan batuan alat yang mirip Ultra Sonografi (USG) kira-kira, para ilmuwan mengindikasikan ada masalah yang terjadi di perut atau pusat bumi. Laju magma yang dikenal juga sebagai outer liquid core bergejolak dan tidak dalam koordinat gerak yang seharusnya. Kemudian mereka berpikir keras untuk mengatasinya. Sehingga dibuatlah sebuah kendaraan yang bisa menembus setiap lapisan bumi hingga bagian inti. 

Kemudian terpilihlah beberapa orang yang mewakili ilmuwan, teknisi, petualang, hingga tentara terbaik untuk menjalankan sebuah misi besar, menembus hingga inti bumi. Kendaraan yang digunakanpun didesain khusus, dari bahan khusus dan membawa bahan peledak berkekuatan tinggi (Trinitrotoluena) sebagai gerbong-gerbongnya. 

Setelah berhasil menembus lapisan kerak dan mantel bumi, tibalah kendaraan beserta awak itu ke tujuan. Dugaan ilmuwan bahwa magma  di sekitar inti bumi berhenti berputar terhadap the core itu benar. Sebagian magma beberapa kali meletup mendorong ke atas yang memicu bermacam bencana di permukaan bumi. Mulailah tim melancarkan SOP aksinya. Dengan kecepatan ultra, kendaraan dipacu mengelilingi inti bumi sambil menjatuhkan satu persatu gerbong peledak di setiap titik. Setelah gerbong peledak terlepas semuanya, kendaraan itu melaju keluar melalui jalur magma menuju kawah gunung berapi. Ledakan TNT itu akhirnya memicu pergerakan magma menjadi lebih intens dan stabil. Dan bumi kembali ke sedia kala. 

Itulah kisah fiksi tentang salah satu fenomena bumi kita. Namanya juga fiksi, tentu lebih banyak melibatkan imajinasi daripada kenyataan. Hingga kini perdepatan mengenai seperti apa bentuk bumi dan apa saja kandungan di dalamnya masih berlangsung dan menjadi dialektika ilmiah sepanjang sejarah. Terlepas dari itu ikhtiar ilmuwan harus kita apresiasi karena itu bentuk ekspresi rasa ingin tahu yang menjadi sifat dasar manusia.

#bledugkuwu #groboganhits #wisatajawatengah

Rabu, 05 Desember 2018

Marketing Penjual Garam

Saat melintas Jalan Raya Grobogan - Blora saya tergoda untuk mampir di Bledug Kuwu. Sebuah tempat wisata yang menyajikan fenomena alam yang tak biasa itu cukup menarik karena letupan lumpur panas yang keluar di beberapa lokasi.

Yang menarik disini sebenarnya bukan saja fenomena alam itu, tapi juga pada perilaku seorang pedagang air belerang dan garam yang membuka lapaknya di sekitar daerah letupan. Awalnya kami hanya ingin melihat-lihat saja dari kejauhan tanpa berpikir untuk mendekat ke lokasi letupan. Sampai ada seorang pedagang menarik perhatian dan mendatangi kami. Dia menunjukkan track pijakan yang aman untuk bisa lebih mendekat titik letupan terbesar. Saya kira petunjuknya sangat membantu mengingat tidak semua permukaan tanah gembur itu aman untuk dipijak. Kalo tidak hati-hati kaki kita bisa terjerembab dalam kubangan lumpur belerang itu. 

Tampaknya bapak itu sudah memulai aksinya. Sambil menuntun langkah kami mendekat, dia berakting sebagai pemandu wisata sekaligus story teller. Dia menjelaskan secara rinci bagaimana fenomena alam itu terjadi dan berlangsung hingga sekarang walau secara ilmiah masih banyak kejanggalan. Yang membuat kami berhenti sejenak sambil menggaruk-garuk kepala adalah mitos folktale yang disampaikan bahwa letupan paling besar itu dulu tempat keluarnya putra Aji Saka yang berbentuk ular naga dari pantai selatan. Yah, sekedar hiburan bolehlah didengarkan dengan seksama ceritanya. 

Menariknya lagi, sambil melanjutkan cerita bapak itu seolah menarik langkah kami menuju lapak kecil dengan sedikit barang dagangan. Hanya beberapa plastik garam dan botol yang katanya berisi air belerang. Karena merasa sudah dapat banyak hal dari beliau, kamipun merasa berhutang untuk melarisi dagangannya siang itu. Ternyata harganya sangat murah, satu sack garam ukuran sedang hanya dijual lima ribu dan sama halnya dengan air belerang per botol. 

Menurut teori marketing segitiga PDBnya (Positioning-Differentiation-Brand) Hermawan Kertajaya, penjual garam itu sudah melaksanakan lebih dari setengah dasar teori tersebut. Dia  sudah memiliki identitas khusus di mata calon pembeli sehingga menjadi pembeda dengan pedagang garam lainnya. 

#marketing