Sabtu, 16 Desember 2017

Golden Age


Seusia dia adalah golden agenya anak-anak untuk mengasah kemampuan afektif dan psikomotorik. keduanya adalah proses panjang yang harus dibiasakan dan dimulai sejak sekarang. Kebijakan pemerintah menghimbau pendidikan pra-sekolah untuk tidak mengajarkan calistung sebenarnya sudah tepat. Tapi memang kultur masyarakat kita yang masih menganggap anak yang bisa calistung semakin dini dianggap anak yang cerdas, begitupun sebaliknya. 

Pun juga di beberapa sekolah dasar, supremasi ilmu pengetahuan hanya disandarkan pada pelajaran matematika dan sains, belum optimal pada bidang lain yang bisa mengolah rasa dan karsa peserta didik seperti Seni dan ketrampilan. Anak yang lebih pandai matematika dinilai akan lebih berhasil dari pada yang tidak. Meskipun, matematika sangat penting, mungkin porsi dengan bidang lain bisa diseimbangkan.

Padahal, untuk mengahadapi persaingan global siswa harus diajarkan dan dibiasakan dengan twenty first century skills yang beberapa di antaranya adalah kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif.

Semoga kita bisa memenuhi hak anak untuk beraktualisasi. Memberikan ruang berkembang terhadap otak, otot dan hati mereka sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan. Sehingga kematangan tidak hanya diukur dari otak yang cerdas tapi juga skill yang mumpuni, jiwa yang kuat, kecapakan sosial yang baik dan kreatifitas yang tinggi.


Rabu, 06 Desember 2017

Goes to Singapore - Malaysia (Part 3/end)

Lagi-lagi aktivitas kami beberapa hari itu harus berakhir hingga larut malam. Setelah menikmati megahnya menara kembar Petronas, kami segera bergegas menuju tempat bermalam, Hotel Soleil Kuala Lumpur. Keesokan harinya setelah sarapan, Kapten Aboy sudah bersiap membuka bagasi dan menata koper kami ke dalam bagasi.

Sekolah Menengah Kebangsaan Victoria

Tujuan pertama kami hari ini ke Sekolah Menengah Victoria, sekolah kluster unggulan berasrama di Kuala Lumpur. Sekolah ini disebut sebagai sekolah tertua di Malaysia yang didirikan sekitar tahun 1829 oleh Pemerintah Kolonial Inggris. Terlihat bangunan dengan arsitektur kuno khas Eropa dengan menampilkan menara jam di gerbang pintu masuk sekolah tersebut sudah seperti yang kita duga usianya. Para almuni sekolah ini tersebar di seluruh tanah melayu sebagai orang-orang besar, termasuk Raja Brunai Darussalam saat ini, Sultan Hasah Bolkiah.

Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh seorang wanita paruh baya penjaga sekolah. Tidak jauh di sebelahnya berdiri seorang perempuan yang merupakan salah satu cikgu (guru) yang bernama Ms.Syahrinah. Beliau ditugaskan Cikgu Besar (Kepala Sekolah) sekolah tersebut untuk menyambut dan memberikan informasi tentang keadaan dan pengelolaan sekolah victoria ini kepada kami.

Tentu rasa penasaran kami terhadap pengelolaan pendidikan unggul di Malaysia akan bisa terjawab. Kami memberondong Ms. Syahrinah dengan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem kebijakan pendidikan, penjaminan mutu guru, jenjang karier guru, metode pembelajaran, peran orang tua, serta masalah dan program kesiswaan.

Pintu masuk ruang utama sekolah

Kurikulum

Beliau menjelaskan, cikgu besar (kepala sekolah) mempunyai supreme policy untuk menentukan mau dibawa kemana tujuan pendidikan di sekolah ini dengan tetap berpedoman pada standar yang sudah digariskan oleh Kerajaan Malaysia. Dalam menyusun kurikulum, kegiatan kesiswaan maupun bahan ajar yang dipakai, cik gu besar menggunakan sistem bottom up dengan mengajak seluruh warga sekolah memberi masukan terkait dengan desain pendidikan yang diterapkan di sekolah.


Penjaminan Mutu Guru

Secara kepangkatan, Guru di Malaysia mempunyai jenjang karir yang lebih menjanjikan dibanding pegawai pemerintah di sektor lain. Untuk menjadi guru, mereka sudah terseleksi di tingkat universiti. Kemudian setelah resmi berprofesi di sekolah formal, kompetensi mereka terus dikontrol dan ditingkatkan. Untuk menunjang itu, pemerintah maupun sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti kursus-kursus untuk memenuhi kompetensi standar sesuai dengan bidang ajar yang mereka ambil. Setelah selesai kursus, indikator peningkatan setiap guru ditentukan oleh beberapa indeks yang diisi oleh siswa, guru lain atau kepala sekolah sebagai sepervisor mereka. Kegiatan peningkatan kompetensi guru dilakukan baik secara formal atau non-formal, di dalam atau di luar kelas, terbimbing atau mandiri.

Metode Pembelajaran

Sekolah memberikan kewenangan kepada guru untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan metode, media maupun pendekatan yang mereka desain. Akan tetapi, sekolah victoria ini memberi pagu pada pembelajaran berbasis digital, media interaktif, maupun active learning. Di sini, keberadaan laboratorium komputer tidak hanya untuk pembelajaran TIK saja tapi semua subjek harus dikemas dengan teknologi informasi dan komunikasi. Karena mereka tahu bahwa anak-anak yang mereka didik bukan generasi analog tapi generasi digital. Sejak mereka lahir sudah tercipta, mengenal dan menggunakan teknologi digital hingga saat ini sehingga guru-guru berkeyakinan bahwa menyelenggarakan kelas berbasis digital akan membuat murid lebih senang, mudah mengakses, dan efektif.

Keasramaan

Sebagai sekolah kluster kebangsaan, Sekolah Victoria termasuk sekolah unggulan di Malaysia. Konsep sekolah berasrama mereka terapkan sebagai proses pendidikan yang holistik atau menyeluruh. Kurikulum Asrama menekankan pada pendalaman dan pembiasaan soft skill seperti berkomunikasi, kerjasama, kolaborasi, kemandirian, dll serta pengembangan bakat dan minat dalam hal seni, olah raga, keagamaan, dll. Kegaiatan asrama dilakukan di luar jam sekolah dengan tetap terbimbing dan terkontrol oleh guru yang bertugas di sana.

Masalah Kesiswaan

Walaupun siswa yang masuk di sekolah ini sudah terseleksi secara ketat, pastinya masih juga bermunculan masalah-masalah siswa. Siswa yang bermasalah biasanya dihandel oleh counsellors, atau di Indonesia disebut guru BK. sebetulnya rasio perbandingan keadaan guru BK dengan jumlah siswa lebih baik di Indonesia. Standar di Indonesia, 150 siswa dibimbing oleh seorang guru BK. Dan di sekolah ini, 3 counsellors harus membimbing 900an siswa lebih.
Selain dibina oleh counsellor, siswa bermasalah juga akan dibina homeroom teacher (wali kelas). Prosedur yang paling akhir atau disesuaikan dengan tingkatan masalah adalah dipanggil orang tua siswa yang bersangkutan, kalau perlu dikembalikan atau dikeluarkan dari sekolah.

Output

Kompetensi lulusan Sekolah Victoria salah satunya adalah mampu menembus perguruan tinggi favorit di dalam maupun luar negeri. Setiap alumni mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa inggris, kepribadian yang baik dan skill abad 21 yaitu kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, problem solving, kreatifitas, dan IT literacy.
Bersama Cikgu Syahrinah
Persiapan Pulang

Sekolah Menengah Victoria adalah tujuan terakhir kami dalam kunjungan di Singapura dan Malaysia. Sebelum menuju ke Bandara Internasional Kuala Lumpur, sejenak kami bertandang ke rumah coklat Harriston di pusat kota untuk membeli buah tangan dan menghabiskan sisa-sisa pecahan Ringgit.

Butik Coklat Harriston Kuala Lumpur


Pukul 10.30 waktu Malaysia kami sudah tiba di bandara. Alhamdulillah, walaupun jadwal penerbangan sedikit delay kami tiba di tanah air dengan selamat.

Perjalanan ini membuat kami belajar. Setiap sudut tempat yang kami kunjungi mengajarkan banyak hal. Di sepanjang perjalanan kami melihat ke segala penjuru sambil mulut ini bergumam; entah membandingkan, entah mengagumi atau bahkan menyusun action plan of what to do next in our workplace. Semoga berkah dan manfaat.



Senin, 04 Desember 2017

Pelajaran dari Negeri Jiran (Bahagian 2)

Betapa besar niat kedua negara ini (Malaysia dan Singapura) membuat benteng perbatasan antar negara yang sangat ketat, canggih dan megah. Mungkin karena alasan keamanan negara maupun martabat bangsa di mata dunia. Paspor kami dicap di checkpoint Kantor Imigrasi, itu berarti hak kunjung kami sudah berakhir di Singapura.

Situasi cukup menegangkan karena setiap petugas memasang gestur sangar, dingin dan setiap kita berhenti menunggu rekan mereka langsung mendatangi dan mengusir kami. Tampak orang-orang berjalan cepat, berlari kecil bahkan berlari cepat sebelum masuk atau setelah keluar kantor imigrasi tersebut. Hampir tidak ada seorangpun berjalan dengan santai, sambil ngobrol apalagi membeli minuman atau makanan. Suasana serupa juga hampir kami rasakan di checkpoint imigrasi Malaysia.

Di hari berikutnya, tepatnya tanggal 1 Desember 2017 dini hari, kami tiba di hotel yang berada di tengah kota Negara Johor, Malaysia. Walau singkat, istirahat kami lumayan bisa menghimpun lagi tenaga yang sempat terkuras oleh jadwal padat di Singapura. Kali ini kami sudah tidak lagi bersama Mr. Ayub yang menemani kami selama di Singapura. Sebagai gantinya, kami disambut seorang pemandu dari Malaysia, Cik Layla, yang akan mendampingi kami selama 2 hari kedepan di sini.

Tepat pukul 8 pagi kami langsung bertolak ke Negara Selangor via darat. Sebelumnya, Kami membayangkan perjalan ke Selangor menggunakan bus pasti sangat melelahkan dan membosankan karena harus menempuh jarak hampir 300 km via tol yang menghubungkan setiap negara bagian. Prasangka kami salah, tol yang kami lalui sangat lancar dan baik sehingga bus bisa berjalan dengan cepat tanpa ada hambatan. Sepanjang kanan dan kiri jalan tol tersebut, mata kami dimanjakan dengan hamparan hijau perkebunan kelapa sawit yang sangat luas sembari berhenti di rest area setiap 2 jam perjalanan.

Di depan Sekolah Menengah Kebangsaan Victoria

Sekilas tentang Sistem Pendidikan Malaysia

Yang berbeda dari perjalanan panjang ini adalah kami mendapatkan banyak informasi tentang pendidikan Malaysia dari Cik Layla yang nota bene dia juga praktisi pendidikan di negaranya. Sebelum bicara banyak tentang pendidikan, Cik Layla, memberikan introduction kepada kami tentang negara Malaysia; mulai dari sistem pemerintahan, keanekaragaman budaya, nasionalisme, tatanan masyarakat sampai pasang surut dunia pendidikan di negaranya.

Dunia pendidikan di Malaysia juga selalu dinamis seperti halnya di Indonesia. Perubahan kurikulum dan kebijakan tambal sulam juga beberapa kali dilakukan. Hal itu tentu saja untuk menjawab kebutuhan masa depan akan daya saing global karena malaysia juga termasuk negara yang menjadi pasar utama dalam perdagangan bebas; CAFTA, AFTA, MEA,  dll.

Jenjang pendidikan di Malaysia tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Hanya waktu tahun pelajaran di sana disesuaikan dengan berawal dan berakhirnya tahun masehi. Mereka memulai tahun pelajaran  baru di awal Bulan Januari dan mengakhirinya di pertengahan Bulan Oktober. Bulan November - Desember adalah waktu cuti sekolah. Selain diisi dengan liburan, kebanyakan sekolah di sana menyelenggarakan semacam summer camp seperti halnya sekolah-sekolah di negara barat untuk mendekatkan anak-anak dengan dunia nyata dan melatih soft skill mereka.

Jenjang pendidikan  prasekolah atau tadika menekankan pada penanaman karakter dan kecakapan hidup. Anak-anak TK di sana sama sekali tidak diajarkan materi calistung, karena hal itu bisa mempersempit ruang perkembangan afektif dan motorik siswa yang mulai tumbuh.

Sekita usia 7 - 12 tahun, anak-anak di Malaysia wajib mengikuti pedidikan sekolah rendah (red: SD) selama 6 tahun. Di jenjang ini mata pelajaran berhitung dan membaca mulai diperkenalkan. kemudian pelajaran sejarah, Bahasa Melayu dan Inggris adalah mapel wajib yang harus dipelajari oleh setiap siswa, disamping beberapa pelajaran seperti sains, matematika, bahasa mandarin dll. Kerajaan Malaysia saat ini sangat concerned dalam perbaikan nilai kerohanian dan karakter siswa. Maka dalam Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR) atau kalau di Indonesia UN, diujikan materi kerohanian selain materi-materi wajib lainnya.

Sekolah menengah di Malaysia terbagi dua; Sekolah menengah rendah (SMP) selama 3 tahun dan sekolah menengah tinggi (SMA) selama 2 tahun. Setelah selesai 2 tahun di SMA siswa boleh mengambil program pra-universiti atau vokasional. Di program pra-universiti, siswa harus mengikuti pelatihan bahasa inggris dan harus lulus ujian Tesol. Bagi yang vokasional akan mendapatkan materi keahlian untuk mendapatkan gelar diploma. Gelar tersebut sudah cukup untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka.

Bagi yang melanjutkan pengajian tinggi (PT), pemerintah menyediakan banyak beasiswa dan loan (pinjaman) pendidikan tinggi dan bisa dicicil ketika sudah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Setelah lulus mereka mendapat Bachelor Degree, tahap berikutnya Master Degree dan Philosophy Doctor (Ph.D) untuk jenjang yang paling tinggi.

Perbedaan yang paling prinsip dengan di Indonesia adalah masa SMA di sana ditempuh selama 2 tahun dan 1 satu tahun setelahnya adalah program persiapan masuk universitas atau program keahlian (vokasional).

Tidak terasa sepanjang perjalanan kami melalui tol tersebut sepertinya sudah mulai dekat dengan tujuan. Terlihat satu dua bangunan mulai muncul di tengah-tengah perkebunan sawit di sepanjang jalan. Gedung-gedung pencakar langit sudah menengok dari kejauhan. Dan itulah akhir dari perjalanan 5 jam dari Johor ke Selangor.

Nasionalism

At a glance, pemandangan Selangor tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Tidak seperti di Singapura yang sangat jarang kita temui sepeda motor atau mobil tua berseliweran di jalan raya. Di sana kami temui motor dan mobil keluaran tahun 90an masih banyak dipakai. Perkampungan sederhana di pinggiran kota, hunian sempit di bantaran sungai, rumah petak khas melayu, bahkan beberapa kios yang sedikit memakan badan jalan mebuat kami tidak banyak membedakannya dengan Indonesia. Sepanjang perjalanan di Negara Selangor, mata kami melihat keluar dari balik jendela bus. Beberapa hal yang membaut kami berdecak kagum adalah mobil nasional Malaysia, Proton, dengan berbagai tipe tampak lebih dominan daripada mobil-mobil impor lainnya. Bahkan, bendera Malaysia banyak terpasang di serambi-serambi rumah dan pertokoan meskipun bukan bulan kemerdekaan.

Cik Layla menambahkan, Malaysia punya motto yang berbunyai Satu Malaysia yang mengobarkan semangat Malaysia menjadi satu kesatuan yang utuh dan visioner meskipun di sana terdapat banyak raja-raja kecil di masing-masing daerah. Semua sudah pada porsinya masing-masing dan masyarakat tahu bagaimana menempatkan raja-raja dan perdana menteri mereka sesuai dengan semestinya.

Untuk memperkuat rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, di sana banyak lagu-lagu patriotik yang harus dinyanyikan oleh setiap siswa dan warga Malaysia apapun ras mereka. Lagu patriotik tersebut terus digubah dan diaransemen ulang sesuai dengan perkembangan jenis musik seperti Pop Melayu, Dangdut, bahkan Rock sesuai dengan selera anak-anak muda.

Batu Cave
Tibalah kami di destinasi berikutnya yaitu Batu Cave, sebuah tebing kapur yang merupakan pusat peribadatan umat Hindu di sana. Di depan kuil berdiri sebuah patung besar berwarna emas, Dewa Murugan, yang katanya sebagai patung terbesar di dunia. Untuk masuk ke dalam kuil-kuil gua kita harus menapaki ribuan anak tangga. Tapi kami tidak banyak memakan waktu di tempat ini, kami hanya sightseeing dari kejauhan sambil mengabadikan persinggahan ini.

Menuju Genting Highlands
Waktu Malaysia sudah menunjukkan pukul 16.00, tapi matahari masih terasa menyengat. Selanjutnya adalah perjalan menuju destinasi yang kami tunggu-tunggu, Genting Highlands yang berlokasi di perbatasan Negara bagian Selangor dengan Pahang. Untuk mencapainya kami harus siap dengan perjalanan berkelok-kelok menyusuri pegunungan Titiwangsa hingga sampai kepuncaknya dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Benak kami mulai bertanya-tanya melihat gedung-gedung tinggi nan megah yang dibangun di pegunangan dengan ketinggian seperti itu, seberapa lama membangunnya dan habis dana berapa.
Tidak halnya seperti di puncak gunung, di sana kami merasakan suasana seperti di tengah kota, hanya bedanya udaranya sangat dingin di sini. Bagunan megah dengan sarana yang canggih memanjakan perjalanan kami kali ini, pemandangan hampir sama kami rasakan di bandara Changi, Singapura.
Sebelum naik Skyway kita harus beli tiket terlebih dahulu
Resort yang dibangun oleh Lim Goh Tong, mulai tahun 1960 menyediakan beberapa fasilitas kelas dunia seperti First World Hotel yang menjadi hotel ke-2 terbesar di dunia, beberapa fasilitas entertainment, bahkan di bagian paling atas terdapat satu-satunya kasino yang legal di Malaysia.
Untuk menghubungkan resort satu dengan yang lainnya, disedikan fasilitas Skyway atau gondola yang merupakan tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara. Dari titik start kami dibawa ke wahana hiburan, belanja dan kuliner dengan menggunakan skyway tersebut pulang dan pergi.
Kepulangan kami dari genting highway dibersami dengan cuaca yang cukup berkabut. Walupun demikian perjalanan tetap lancar karena luasnya jalan dan penerangan yang baik disepanjang kelokan.
Skyway atau Gondola

Dengan latar belakang Pagoda

Tiba di KL
Pemandangan megapolitan sudah mulai menghiasi cakrawala kami di depan, samping kanan dan kiri. Bus memutari bibir kota sebelum masuk ke Ibu Kota Negara Malaysia, Kuala Lumpur. Setelah makan malam kami langsung menuju sebuah landmark yang menjadi ikon kota KL sekaligus Malaysia, Menara Kembar Petronas. Kata Cik Layla, konon dua menara kembar ini dibangun dengan menggunakan jasa pengembang yang berbeda untuk setiap towernya. Sengaja mendatangkan kontraktor dari dua negara yang sudah sangat masyhur di asia dalam hal konstruksi, Jepang dan Korea untuk membandingkan performa diantara keduanya. Setelah berjalan beberapa saat, setiap jasa tersebut menunjukkan performa yang berbeda. Jepang membuat progress yang lebih cepat dan Korea lebih lambat. Akantetapi tampaknya perspektif lain yang membuat pemodal lebih cenderung menilai hasil kerja korea lebih baik, yaitu cara instalasi lift di kedua bangunan tersebut. Kombinasi di antara keduanya adalah kerja cepat dan cerdas untuk menghasilkan maha karya yang sangat ikonik dan membuat setiap orang ingin mengabadikan kenangan bersamanya di Malaysia.
Setelah puas dengan beragam pose berfoto-foto bersama si kembar, kami putuskan untuk mengakhiri perjalan kami hari ini dan bergegas menuju hotel karena waktu sudah berada di ujung pertengahan malam.

Petronas Twin-Towers


Bersambung ke part 3.....