Sabtu, 16 Desember 2017

Golden Age


Seusia dia adalah golden agenya anak-anak untuk mengasah kemampuan afektif dan psikomotorik. keduanya adalah proses panjang yang harus dibiasakan dan dimulai sejak sekarang. Kebijakan pemerintah menghimbau pendidikan pra-sekolah untuk tidak mengajarkan calistung sebenarnya sudah tepat. Tapi memang kultur masyarakat kita yang masih menganggap anak yang bisa calistung semakin dini dianggap anak yang cerdas, begitupun sebaliknya. 

Pun juga di beberapa sekolah dasar, supremasi ilmu pengetahuan hanya disandarkan pada pelajaran matematika dan sains, belum optimal pada bidang lain yang bisa mengolah rasa dan karsa peserta didik seperti Seni dan ketrampilan. Anak yang lebih pandai matematika dinilai akan lebih berhasil dari pada yang tidak. Meskipun, matematika sangat penting, mungkin porsi dengan bidang lain bisa diseimbangkan.

Padahal, untuk mengahadapi persaingan global siswa harus diajarkan dan dibiasakan dengan twenty first century skills yang beberapa di antaranya adalah kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif.

Semoga kita bisa memenuhi hak anak untuk beraktualisasi. Memberikan ruang berkembang terhadap otak, otot dan hati mereka sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan. Sehingga kematangan tidak hanya diukur dari otak yang cerdas tapi juga skill yang mumpuni, jiwa yang kuat, kecapakan sosial yang baik dan kreatifitas yang tinggi.


Rabu, 06 Desember 2017

Goes to Singapore - Malaysia (Part 3/end)

Lagi-lagi aktivitas kami beberapa hari itu harus berakhir hingga larut malam. Setelah menikmati megahnya menara kembar Petronas, kami segera bergegas menuju tempat bermalam, Hotel Soleil Kuala Lumpur. Keesokan harinya setelah sarapan, Kapten Aboy sudah bersiap membuka bagasi dan menata koper kami ke dalam bagasi.

Sekolah Menengah Kebangsaan Victoria

Tujuan pertama kami hari ini ke Sekolah Menengah Victoria, sekolah kluster unggulan berasrama di Kuala Lumpur. Sekolah ini disebut sebagai sekolah tertua di Malaysia yang didirikan sekitar tahun 1829 oleh Pemerintah Kolonial Inggris. Terlihat bangunan dengan arsitektur kuno khas Eropa dengan menampilkan menara jam di gerbang pintu masuk sekolah tersebut sudah seperti yang kita duga usianya. Para almuni sekolah ini tersebar di seluruh tanah melayu sebagai orang-orang besar, termasuk Raja Brunai Darussalam saat ini, Sultan Hasah Bolkiah.

Kedatangan kami disambut dengan ramah oleh seorang wanita paruh baya penjaga sekolah. Tidak jauh di sebelahnya berdiri seorang perempuan yang merupakan salah satu cikgu (guru) yang bernama Ms.Syahrinah. Beliau ditugaskan Cikgu Besar (Kepala Sekolah) sekolah tersebut untuk menyambut dan memberikan informasi tentang keadaan dan pengelolaan sekolah victoria ini kepada kami.

Tentu rasa penasaran kami terhadap pengelolaan pendidikan unggul di Malaysia akan bisa terjawab. Kami memberondong Ms. Syahrinah dengan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem kebijakan pendidikan, penjaminan mutu guru, jenjang karier guru, metode pembelajaran, peran orang tua, serta masalah dan program kesiswaan.

Pintu masuk ruang utama sekolah

Kurikulum

Beliau menjelaskan, cikgu besar (kepala sekolah) mempunyai supreme policy untuk menentukan mau dibawa kemana tujuan pendidikan di sekolah ini dengan tetap berpedoman pada standar yang sudah digariskan oleh Kerajaan Malaysia. Dalam menyusun kurikulum, kegiatan kesiswaan maupun bahan ajar yang dipakai, cik gu besar menggunakan sistem bottom up dengan mengajak seluruh warga sekolah memberi masukan terkait dengan desain pendidikan yang diterapkan di sekolah.


Penjaminan Mutu Guru

Secara kepangkatan, Guru di Malaysia mempunyai jenjang karir yang lebih menjanjikan dibanding pegawai pemerintah di sektor lain. Untuk menjadi guru, mereka sudah terseleksi di tingkat universiti. Kemudian setelah resmi berprofesi di sekolah formal, kompetensi mereka terus dikontrol dan ditingkatkan. Untuk menunjang itu, pemerintah maupun sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti kursus-kursus untuk memenuhi kompetensi standar sesuai dengan bidang ajar yang mereka ambil. Setelah selesai kursus, indikator peningkatan setiap guru ditentukan oleh beberapa indeks yang diisi oleh siswa, guru lain atau kepala sekolah sebagai sepervisor mereka. Kegiatan peningkatan kompetensi guru dilakukan baik secara formal atau non-formal, di dalam atau di luar kelas, terbimbing atau mandiri.

Metode Pembelajaran

Sekolah memberikan kewenangan kepada guru untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan metode, media maupun pendekatan yang mereka desain. Akan tetapi, sekolah victoria ini memberi pagu pada pembelajaran berbasis digital, media interaktif, maupun active learning. Di sini, keberadaan laboratorium komputer tidak hanya untuk pembelajaran TIK saja tapi semua subjek harus dikemas dengan teknologi informasi dan komunikasi. Karena mereka tahu bahwa anak-anak yang mereka didik bukan generasi analog tapi generasi digital. Sejak mereka lahir sudah tercipta, mengenal dan menggunakan teknologi digital hingga saat ini sehingga guru-guru berkeyakinan bahwa menyelenggarakan kelas berbasis digital akan membuat murid lebih senang, mudah mengakses, dan efektif.

Keasramaan

Sebagai sekolah kluster kebangsaan, Sekolah Victoria termasuk sekolah unggulan di Malaysia. Konsep sekolah berasrama mereka terapkan sebagai proses pendidikan yang holistik atau menyeluruh. Kurikulum Asrama menekankan pada pendalaman dan pembiasaan soft skill seperti berkomunikasi, kerjasama, kolaborasi, kemandirian, dll serta pengembangan bakat dan minat dalam hal seni, olah raga, keagamaan, dll. Kegaiatan asrama dilakukan di luar jam sekolah dengan tetap terbimbing dan terkontrol oleh guru yang bertugas di sana.

Masalah Kesiswaan

Walaupun siswa yang masuk di sekolah ini sudah terseleksi secara ketat, pastinya masih juga bermunculan masalah-masalah siswa. Siswa yang bermasalah biasanya dihandel oleh counsellors, atau di Indonesia disebut guru BK. sebetulnya rasio perbandingan keadaan guru BK dengan jumlah siswa lebih baik di Indonesia. Standar di Indonesia, 150 siswa dibimbing oleh seorang guru BK. Dan di sekolah ini, 3 counsellors harus membimbing 900an siswa lebih.
Selain dibina oleh counsellor, siswa bermasalah juga akan dibina homeroom teacher (wali kelas). Prosedur yang paling akhir atau disesuaikan dengan tingkatan masalah adalah dipanggil orang tua siswa yang bersangkutan, kalau perlu dikembalikan atau dikeluarkan dari sekolah.

Output

Kompetensi lulusan Sekolah Victoria salah satunya adalah mampu menembus perguruan tinggi favorit di dalam maupun luar negeri. Setiap alumni mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam bahasa inggris, kepribadian yang baik dan skill abad 21 yaitu kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, problem solving, kreatifitas, dan IT literacy.
Bersama Cikgu Syahrinah
Persiapan Pulang

Sekolah Menengah Victoria adalah tujuan terakhir kami dalam kunjungan di Singapura dan Malaysia. Sebelum menuju ke Bandara Internasional Kuala Lumpur, sejenak kami bertandang ke rumah coklat Harriston di pusat kota untuk membeli buah tangan dan menghabiskan sisa-sisa pecahan Ringgit.

Butik Coklat Harriston Kuala Lumpur


Pukul 10.30 waktu Malaysia kami sudah tiba di bandara. Alhamdulillah, walaupun jadwal penerbangan sedikit delay kami tiba di tanah air dengan selamat.

Perjalanan ini membuat kami belajar. Setiap sudut tempat yang kami kunjungi mengajarkan banyak hal. Di sepanjang perjalanan kami melihat ke segala penjuru sambil mulut ini bergumam; entah membandingkan, entah mengagumi atau bahkan menyusun action plan of what to do next in our workplace. Semoga berkah dan manfaat.



Senin, 04 Desember 2017

Pelajaran dari Negeri Jiran (Bahagian 2)

Betapa besar niat kedua negara ini (Malaysia dan Singapura) membuat benteng perbatasan antar negara yang sangat ketat, canggih dan megah. Mungkin karena alasan keamanan negara maupun martabat bangsa di mata dunia. Paspor kami dicap di checkpoint Kantor Imigrasi, itu berarti hak kunjung kami sudah berakhir di Singapura.

Situasi cukup menegangkan karena setiap petugas memasang gestur sangar, dingin dan setiap kita berhenti menunggu rekan mereka langsung mendatangi dan mengusir kami. Tampak orang-orang berjalan cepat, berlari kecil bahkan berlari cepat sebelum masuk atau setelah keluar kantor imigrasi tersebut. Hampir tidak ada seorangpun berjalan dengan santai, sambil ngobrol apalagi membeli minuman atau makanan. Suasana serupa juga hampir kami rasakan di checkpoint imigrasi Malaysia.

Di hari berikutnya, tepatnya tanggal 1 Desember 2017 dini hari, kami tiba di hotel yang berada di tengah kota Negara Johor, Malaysia. Walau singkat, istirahat kami lumayan bisa menghimpun lagi tenaga yang sempat terkuras oleh jadwal padat di Singapura. Kali ini kami sudah tidak lagi bersama Mr. Ayub yang menemani kami selama di Singapura. Sebagai gantinya, kami disambut seorang pemandu dari Malaysia, Cik Layla, yang akan mendampingi kami selama 2 hari kedepan di sini.

Tepat pukul 8 pagi kami langsung bertolak ke Negara Selangor via darat. Sebelumnya, Kami membayangkan perjalan ke Selangor menggunakan bus pasti sangat melelahkan dan membosankan karena harus menempuh jarak hampir 300 km via tol yang menghubungkan setiap negara bagian. Prasangka kami salah, tol yang kami lalui sangat lancar dan baik sehingga bus bisa berjalan dengan cepat tanpa ada hambatan. Sepanjang kanan dan kiri jalan tol tersebut, mata kami dimanjakan dengan hamparan hijau perkebunan kelapa sawit yang sangat luas sembari berhenti di rest area setiap 2 jam perjalanan.

Di depan Sekolah Menengah Kebangsaan Victoria

Sekilas tentang Sistem Pendidikan Malaysia

Yang berbeda dari perjalanan panjang ini adalah kami mendapatkan banyak informasi tentang pendidikan Malaysia dari Cik Layla yang nota bene dia juga praktisi pendidikan di negaranya. Sebelum bicara banyak tentang pendidikan, Cik Layla, memberikan introduction kepada kami tentang negara Malaysia; mulai dari sistem pemerintahan, keanekaragaman budaya, nasionalisme, tatanan masyarakat sampai pasang surut dunia pendidikan di negaranya.

Dunia pendidikan di Malaysia juga selalu dinamis seperti halnya di Indonesia. Perubahan kurikulum dan kebijakan tambal sulam juga beberapa kali dilakukan. Hal itu tentu saja untuk menjawab kebutuhan masa depan akan daya saing global karena malaysia juga termasuk negara yang menjadi pasar utama dalam perdagangan bebas; CAFTA, AFTA, MEA,  dll.

Jenjang pendidikan di Malaysia tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Hanya waktu tahun pelajaran di sana disesuaikan dengan berawal dan berakhirnya tahun masehi. Mereka memulai tahun pelajaran  baru di awal Bulan Januari dan mengakhirinya di pertengahan Bulan Oktober. Bulan November - Desember adalah waktu cuti sekolah. Selain diisi dengan liburan, kebanyakan sekolah di sana menyelenggarakan semacam summer camp seperti halnya sekolah-sekolah di negara barat untuk mendekatkan anak-anak dengan dunia nyata dan melatih soft skill mereka.

Jenjang pendidikan  prasekolah atau tadika menekankan pada penanaman karakter dan kecakapan hidup. Anak-anak TK di sana sama sekali tidak diajarkan materi calistung, karena hal itu bisa mempersempit ruang perkembangan afektif dan motorik siswa yang mulai tumbuh.

Sekita usia 7 - 12 tahun, anak-anak di Malaysia wajib mengikuti pedidikan sekolah rendah (red: SD) selama 6 tahun. Di jenjang ini mata pelajaran berhitung dan membaca mulai diperkenalkan. kemudian pelajaran sejarah, Bahasa Melayu dan Inggris adalah mapel wajib yang harus dipelajari oleh setiap siswa, disamping beberapa pelajaran seperti sains, matematika, bahasa mandarin dll. Kerajaan Malaysia saat ini sangat concerned dalam perbaikan nilai kerohanian dan karakter siswa. Maka dalam Ujian Penilaian Sekolah Rendah (UPSR) atau kalau di Indonesia UN, diujikan materi kerohanian selain materi-materi wajib lainnya.

Sekolah menengah di Malaysia terbagi dua; Sekolah menengah rendah (SMP) selama 3 tahun dan sekolah menengah tinggi (SMA) selama 2 tahun. Setelah selesai 2 tahun di SMA siswa boleh mengambil program pra-universiti atau vokasional. Di program pra-universiti, siswa harus mengikuti pelatihan bahasa inggris dan harus lulus ujian Tesol. Bagi yang vokasional akan mendapatkan materi keahlian untuk mendapatkan gelar diploma. Gelar tersebut sudah cukup untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian mereka.

Bagi yang melanjutkan pengajian tinggi (PT), pemerintah menyediakan banyak beasiswa dan loan (pinjaman) pendidikan tinggi dan bisa dicicil ketika sudah mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Setelah lulus mereka mendapat Bachelor Degree, tahap berikutnya Master Degree dan Philosophy Doctor (Ph.D) untuk jenjang yang paling tinggi.

Perbedaan yang paling prinsip dengan di Indonesia adalah masa SMA di sana ditempuh selama 2 tahun dan 1 satu tahun setelahnya adalah program persiapan masuk universitas atau program keahlian (vokasional).

Tidak terasa sepanjang perjalanan kami melalui tol tersebut sepertinya sudah mulai dekat dengan tujuan. Terlihat satu dua bangunan mulai muncul di tengah-tengah perkebunan sawit di sepanjang jalan. Gedung-gedung pencakar langit sudah menengok dari kejauhan. Dan itulah akhir dari perjalanan 5 jam dari Johor ke Selangor.

Nasionalism

At a glance, pemandangan Selangor tidak jauh berbeda dengan Jakarta. Tidak seperti di Singapura yang sangat jarang kita temui sepeda motor atau mobil tua berseliweran di jalan raya. Di sana kami temui motor dan mobil keluaran tahun 90an masih banyak dipakai. Perkampungan sederhana di pinggiran kota, hunian sempit di bantaran sungai, rumah petak khas melayu, bahkan beberapa kios yang sedikit memakan badan jalan mebuat kami tidak banyak membedakannya dengan Indonesia. Sepanjang perjalanan di Negara Selangor, mata kami melihat keluar dari balik jendela bus. Beberapa hal yang membaut kami berdecak kagum adalah mobil nasional Malaysia, Proton, dengan berbagai tipe tampak lebih dominan daripada mobil-mobil impor lainnya. Bahkan, bendera Malaysia banyak terpasang di serambi-serambi rumah dan pertokoan meskipun bukan bulan kemerdekaan.

Cik Layla menambahkan, Malaysia punya motto yang berbunyai Satu Malaysia yang mengobarkan semangat Malaysia menjadi satu kesatuan yang utuh dan visioner meskipun di sana terdapat banyak raja-raja kecil di masing-masing daerah. Semua sudah pada porsinya masing-masing dan masyarakat tahu bagaimana menempatkan raja-raja dan perdana menteri mereka sesuai dengan semestinya.

Untuk memperkuat rasa nasionalisme dan wawasan kebangsaan, di sana banyak lagu-lagu patriotik yang harus dinyanyikan oleh setiap siswa dan warga Malaysia apapun ras mereka. Lagu patriotik tersebut terus digubah dan diaransemen ulang sesuai dengan perkembangan jenis musik seperti Pop Melayu, Dangdut, bahkan Rock sesuai dengan selera anak-anak muda.

Batu Cave
Tibalah kami di destinasi berikutnya yaitu Batu Cave, sebuah tebing kapur yang merupakan pusat peribadatan umat Hindu di sana. Di depan kuil berdiri sebuah patung besar berwarna emas, Dewa Murugan, yang katanya sebagai patung terbesar di dunia. Untuk masuk ke dalam kuil-kuil gua kita harus menapaki ribuan anak tangga. Tapi kami tidak banyak memakan waktu di tempat ini, kami hanya sightseeing dari kejauhan sambil mengabadikan persinggahan ini.

Menuju Genting Highlands
Waktu Malaysia sudah menunjukkan pukul 16.00, tapi matahari masih terasa menyengat. Selanjutnya adalah perjalan menuju destinasi yang kami tunggu-tunggu, Genting Highlands yang berlokasi di perbatasan Negara bagian Selangor dengan Pahang. Untuk mencapainya kami harus siap dengan perjalanan berkelok-kelok menyusuri pegunungan Titiwangsa hingga sampai kepuncaknya dengan ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Benak kami mulai bertanya-tanya melihat gedung-gedung tinggi nan megah yang dibangun di pegunangan dengan ketinggian seperti itu, seberapa lama membangunnya dan habis dana berapa.
Tidak halnya seperti di puncak gunung, di sana kami merasakan suasana seperti di tengah kota, hanya bedanya udaranya sangat dingin di sini. Bagunan megah dengan sarana yang canggih memanjakan perjalanan kami kali ini, pemandangan hampir sama kami rasakan di bandara Changi, Singapura.
Sebelum naik Skyway kita harus beli tiket terlebih dahulu
Resort yang dibangun oleh Lim Goh Tong, mulai tahun 1960 menyediakan beberapa fasilitas kelas dunia seperti First World Hotel yang menjadi hotel ke-2 terbesar di dunia, beberapa fasilitas entertainment, bahkan di bagian paling atas terdapat satu-satunya kasino yang legal di Malaysia.
Untuk menghubungkan resort satu dengan yang lainnya, disedikan fasilitas Skyway atau gondola yang merupakan tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara. Dari titik start kami dibawa ke wahana hiburan, belanja dan kuliner dengan menggunakan skyway tersebut pulang dan pergi.
Kepulangan kami dari genting highway dibersami dengan cuaca yang cukup berkabut. Walupun demikian perjalanan tetap lancar karena luasnya jalan dan penerangan yang baik disepanjang kelokan.
Skyway atau Gondola

Dengan latar belakang Pagoda

Tiba di KL
Pemandangan megapolitan sudah mulai menghiasi cakrawala kami di depan, samping kanan dan kiri. Bus memutari bibir kota sebelum masuk ke Ibu Kota Negara Malaysia, Kuala Lumpur. Setelah makan malam kami langsung menuju sebuah landmark yang menjadi ikon kota KL sekaligus Malaysia, Menara Kembar Petronas. Kata Cik Layla, konon dua menara kembar ini dibangun dengan menggunakan jasa pengembang yang berbeda untuk setiap towernya. Sengaja mendatangkan kontraktor dari dua negara yang sudah sangat masyhur di asia dalam hal konstruksi, Jepang dan Korea untuk membandingkan performa diantara keduanya. Setelah berjalan beberapa saat, setiap jasa tersebut menunjukkan performa yang berbeda. Jepang membuat progress yang lebih cepat dan Korea lebih lambat. Akantetapi tampaknya perspektif lain yang membuat pemodal lebih cenderung menilai hasil kerja korea lebih baik, yaitu cara instalasi lift di kedua bangunan tersebut. Kombinasi di antara keduanya adalah kerja cepat dan cerdas untuk menghasilkan maha karya yang sangat ikonik dan membuat setiap orang ingin mengabadikan kenangan bersamanya di Malaysia.
Setelah puas dengan beragam pose berfoto-foto bersama si kembar, kami putuskan untuk mengakhiri perjalan kami hari ini dan bergegas menuju hotel karena waktu sudah berada di ujung pertengahan malam.

Petronas Twin-Towers


Bersambung ke part 3.....

Selasa, 28 November 2017

Brad

Ada seorang polisi lalu lintas, sebut saja Brad, setiap pagi dan siang bertugas menyebrangkan rombongan siswa yang berangkat dan pulang belajar di sekolah. Sesekali dia mengajak anak-anak itu ngobrol. Pembicaraan mereka terlihat asyik, menarik dan sepertinya bermakna bagi anak-anak. Beberapa kolega polisi selalu menggoda Brad untuk jadi guru saja, mereka bilang dia sangat cocok bekerja dengan anak-anak dan anak-anakpun juga senang ketika bertemu dengannya. Hari berganti hari selalu dan selalu begitu, sampai pada akhirnya dia rela melepaskan statusnya sebagai seorang opsir polisi.

Dia memulai pekerjaan mengajarnya di sebuah sekolah dasar. Kebetulan di tahun pertamanya, dia diamanahi sebagai guru kelas 5 sampai beberapa tahun. Karena keputusan menjadi guru adalah bagian dari perenungan dan tekadnya yang bulat, tentunya pekerjaan itu dia lakukan dengan sepenuh hati.

Brad sangat dicintai murid-muridnya. Karena mengajarnya dengan sepenuh hati, murid-muridnya pun belajar juga dengan sepenuh hati pula. Mereka berangkat sekolah dengan senang hati, pulang dengan berat hati.Semakin lama menekuni profesi  semakin membuat hatinya melekat pada pendidikan.

Menimbang kebutuhan akan stok guru profesional di kotanya, sebuah universitas ternama memutuskan untuk membuka fakultas pedagogik. Pimpinan universitas  menunjuk Brad sebagai Dekan di fakultas itu karena rekam jejak sebagai guru yang bisa dikatakan paling berhasil di kotanya. Enam tahun berhasil membangun institusi pencetak guru di kotanya, akhirnya Brad memutuskan resign untuk kembali sebagai guru sekolah dasar dimana dulu ia mengawali karir mengajarnya.

Sejak saat itu, Brad kembali ke flat sederhananya dari rumah dinas yang cukup mewah dan tanpa sopir pribadi. Kembali mengawali harinya dengan jalan kaki ke sekolah, sesekali bebarengan dengan anak-anak di jalan sambil bercanda dan berbagi makanan, disambut dengan lambaian tangan, membenarkan tali sepatu dan lipatan baju murid-muridnya dan setiap detik dalam hidupnya membersamai manusia-manusia masa depan, anak-anak. Momen-momen Indah itu tidak akan ditemui dalam pekerjaan selain guru.

Saat ditanya dalam sebuah talkshow, Ia dengan bangga mengatakan, "tidak ada yang lebih Indah dari pada menjadi seorang guru".
.
.
Cerita sederhana yang harus semakin menguatkan kita pada pekerjaan mulia ini.

Arif Hidayat

Jumat, 24 November 2017

Soto Daging Kerbau dan Diplomasi Para Wali

Selain dikenal karena rokok kreteknya, Kudus juga terkenal dengan kuliner khasnya. Bagi yang pernah ke Kudus pasti tidak melewatkan kuliner khas kota wali ini, masakan daging kerbo (red: kerbau). 

Hari ini setelah beberapa tahun tidak singgah di sini, datang pagi saya langsung menuju pusat kuliner nomor. wahid di Kudus, Taman Bojana Pujasera. Di tengah bangunan yang berkios-kios itu, kita bisa menemukan beberapa los kios yang menjual menu istimewa berupa soto dan pindang daging kerbau. Kami langsung singgah dan memesan beberapa mangkok soto di kios Bapak Ramidjan. 

Sekilas tidak ada yang beda dengan soto pada umumnya, tapi racikan menggunakan daging kerbau memang terasa spesial bagi kami.

Mengetahui kami sebagai pendatang, penjual melayani sambil bercerita tentang asal usul kenapa daging kerbau lebih menjadi primadona dibanding dengan daging sapi atau yang lainnya. 

Bak seorang sejarawan, dia bercerita saat salah satu wali sanga, Maulana Ja'far Shadiq a.k.a Sunan Kudus, datang di daerah ini untuk mendakwahkan islam. Melihat kondisi masyarakat yang masih kental dengan mistisisme dan ritual hindu, Sunan Kudus tidak secara vis a vis mempertentangkan agama Islam yang ingin beliau dakwahkan dengan kepercayaan mayoritas masyarakat. Akan tetapi, sang wali menempuh beberapa pendekatan atau diplomasi sehingga ajakan-ajakan beliau bisa diterima secara gradual oleh orang sekitar, sehingga muncul sebuah pendekatan dengan istilah akulturasi kebudayaan pada waktu itu. 

Akulturasi sendiri bermakna mencampurkan dua budaya atau lebih (red. Islam dan Hindu). Dua contoh yang sangat nampak adalah mepertahankan arsitektur hindu dalam pembuatan masjid dan tidak menyembelih sapi sebagai hewan yang dianggap suci menurut kepercayaan masyarakat setempat pada waktu itu. 

Hasil pendekatan dan konsep diplomasi para wali tersebut sangat nampak keberhasilannya. Satu demi satu masyarakat waktu itu masuk Islam dan bahkan sekarang Kudus adalah kota santri dengan penduduk mayoritas muslim. Sehingga, hingga saat ini Masjid Menara Kudus dan masakan daging kerbau begitu ikonik di kota ini.


Rabu, 25 Oktober 2017

Belajar dari Jepang

Rabu, 25 Oktober 2017, sekolah kami kedatangan rombongan dari Jepang. Mereka adalah pengusaha di bidang konstruksi yang sedang merekrut beberapa tenaga ahli Indonesia untuk bekerja di Negaranya. Rombongan yang dipimpin oleh Vice President dari sebuah perusahaan konstruksi tersebut datang ke tempat kami untuk berbagi pengalaman dan inspirasi terutama mengenai ke unggul and keunggulan negaranya.  Siswa-siswa pun antusias bertanya dan sangat senang mendengarkan cerita langsung dari warga Negara Jepang. Dibalik kunjungan itu, kami mengamati dan mencari informasi terhadap tamu-tamu kita tersebut. Disini kami membuat catatan hasil pengatan kami terhadap tamu-tamu Jepang tersebut;
1. Datang 10 menit sebelum waktu yang dijanjikan.
2. Selalu mengucapkan 'terima kasih' (ありがとう)  setiap saat dilayani.
3. Selalu mengawali percakapan dengan kata-kata yang apresiatif atau memuji.
4. Sangat memperhatikan lawan bicara.
5. Posisi duduk sangat sopan, kaki tertangkup dan kedua tangan diletakkan di atas lutut.
6. Bicara simple, tidak bertele-tele, straight to the point.
7. Tidak mau dijamu berlebihan.
8. Datang dan pergi diawali dengan menundukkan bahu.
9. Ketika akan pulang, jendela mobil dibuka dan melambaikan tangan berulang-ulang sampai mobil berjalan menjauh.
10. Ucapan terakhir sebelum pergi, "kami sangat senang di sini, melihat siswa sehat dan bersemangat, kami ingin lagi ke sini suatu saat nanti."
Belajar yang sejati bukan hanya membuka lembar-demi-lembar buku, membaca dan kemudian menghafalkannya. Tapi hari itu, kami secara langsung belajar bagaimana orang-orang Jepang bertutur, bertindak dan berperilaku sehingga Jepang menjadi Negara yang seperti sekarang ini.
🏯🏯🏯🏯🏯🏯🏯🏯🏯

Inilah Pekerjaan Yang akan Hilang Akibat "Disruption"

Oleh: Rhenald Kasali

Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah. Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda. Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016). Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, *hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan.* Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”

Otot Diganti Robot
Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift. Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan. Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.

Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api. Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).
Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.

Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.
Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan2 yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.

Bahkan diramalkan *profesi dosen pun akan hilang*, karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia.
*Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang*. Kita tentu perlu berpikir ulang pekerjaan2 yang kita tekuni hari ini.

Pekerjaan-pekerjaan Baru
Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.
Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin. Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya. "Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya. "Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middleman seperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.

Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.
Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. *Tak mau susah, tak ada masa depan*,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional. Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.

Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh. Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.

Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.
Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit. Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.

Jangan Tangisi Masa Lalu
Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi. Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.

Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online. Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.

Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek. Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.

Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup. *Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri* dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).

http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/18/060000426/inilah-pekerjaan-yang-akan-hilang-akibat-disruption.

Senin, 14 Agustus 2017

KEKELIRUAN YANG TERABADIKAN

Oleh: KH Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta (alm)

Jamaah haji Indonesia yang pulang ke Tanah Air, bila mereka ditanya apakah Anda ingin kembali lagi ke Mekah, hampir seluruhnya menjawab, ”Ingin.” Hanya segelintir yang menjawab, “Saya ingin beribadah haji sekali saja, seperti Nabi SAW.”

Jawaban itu menunjukkan antusiasme umat Islam Indonesia beribadah haji. Sekilas, itu juga menunjukkan nilai positif. Karena beribadah haji berkali-kali dianggap sebagai barometer ketakwaan dan ketebalan kantong. Tapi, dari kacamata agama, itu tidak selamanya positif.

Kendati ibadah haji telah ada sejak masa Nabi Ibrahim, bagi umat Islam, ia baru diwajibkan pada tahun 6 H. Walau begitu, Nabi SAW dan para sahabat belum dapat menjalankan ibadah haji karena saat itu Mekah masih dikuasai kaum musyrik. Setelah Nabi SAW menguasai Mekah (Fath Makkah) pada 12 Ramadan 8 H, sejak itu beliau berkesempatan beribadah haji.

Namun Nabi SAW tidak beribadah haji pada 8 H itu. Juga tidak pada 9 H. Pada 10 H, Nabi SAW baru menjalankan ibadah haji. Tiga bulan kemudian, Nabi SAW wafat. Karenanya, ibadah haji beliau disebut haji wida’ (haji perpisahan). Itu artinya, Nabi SAW berkesempatan beribadah haji tiga kali, namun beliau menjalaninya hanya sekali. Nabi SAW juga berkesempatan umrah ribuan kali, namun beliau hanya melakukan umrah sunah tiga kali dan umrah wajib bersama haji sekali. Mengapa?

Sekiranya haji dan atau umrah berkali-kali itu baik, tentu Nabi SAW lebih dahulu mengerjakannya, karena salah satu peran Nabi SAW adalah memberi uswah (teladan) bagi umatnya. Selama tiga kali Ramadan, Nabi SAW juga tidak pernah mondar-mandir menggiring jamaah umrah dari Madinah ke Mekah.

Dalam Islam, ada dua kategori ibadah: ibadah qashirah (ibadah individual) yang manfaatnya hanya dirasakan pelakunya dan ibadah muta’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya dirasakan pelakunya dan orang lain. Ibadah haji dan umrah termasuk ibadah qashirah. Karenanya, ketika pada saat bersamaan terdapat ibadah qashirah dan muta’addiyah, Nabi SAW tidak mengerjakan ibadah qashirah, melainkan memilih ibadah muta’addiyah.

Menyantuni anak yatim, yang termasuk ibadah muta’addiyah, misalnya, oleh Nabi SAW, penyantunnya dijanjikan surga, malah kelak hidup berdampingan dengan beliau. Sementara untuk haji mabrur, Nabi SAW hanya menjanjikan surga, tanpa janji berdampingan bersama beliau. Ini bukti, ibadah sosial lebih utama ketimbang ibadah individual.

Di Madinah, banyak ”mahasiswa” belajar pada Nabi SAW. Mereka tinggal di shuffah Masjid Nabawi. Jumlahnya ratusan. Mereka yang disebut ahl al-shuffah itu adalah mahasiswa Nabi SAW yang tidak memiliki apa-apa kecuali dirinya sendiri, seperti Abu Hurairah. Bersama para sahabat, Nabi SAW menanggung makan mereka. Ibadah muta’addiyah seperti ini yang diteladankan beliau, bukan pergi haji berkali-kali atau menggiring jamaah umrah tiap bulan.

Karenanya, para ulama dari kalangan Tabiin seperti Muhammad bin Sirin, Ibrahim al-Nakha’i, dan alik bin Anas berpendapat, beribadah umrah setahun dua kali hukumnya makruh (tidak disukai), karena Nabi SAW dan ulama salaf tidak pernah melakukannya.

Dalam hadis qudsi riwayat Imam Muslim ditegaskan, Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka’bah. Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta’addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual).

Jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.

Ketika banyak anak yatim telantar, puluhan ribu orang menjadi tunawisma akibat bencana alam, banyak balita busung lapar, banyak rumah Allah roboh, banyak orang terkena pemutusan hubungan kerja, banyak orang makan nasi aking, dan banyak rumah yatim dan bangunan pesantren terbengkalai, lalu kita pergi haji kedua atau ketiga kalinya, maka kita patut bertanya pada diri sendiri, apakah haji kita itu karena melaksanakan perintah Allah?

Ayat mana yang menyuruh kita melaksanakan haji berkali-kali, sementara kewajiban agama masih segudang di depan kita? Apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan.

Sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan, setan hanya menyuruh kita berbuat kejahatan atau setan tidak pernah menyuruh beribadah. Mereka tidak tahu bahwa sahabat Abu Hurairah pernah disuruh setan untuk membaca ayat kursi setiap malam. Ibadah yang dimotivasi rayuan setan bukan lagi ibadah, melainkan maksiat.

Jam terbang iblis dalam menggoda manusia sudah sangat lama. Ia tahu betul apa kesukaan manusia. Iblis tidak akan menyuruh orang yang suka beribadah untuk minum khamr. Tapi Iblis menyuruhnya, antara lain, beribadah haji berkali-kali.

Ketika manusia beribadah haji karena mengikuti rayuan iblis melalui bisikan hawa nafsunya, maka saat itu tipologi haji pengabdi setan telah melekat padanya. Wa Allah a’lam.

Sabtu, 06 Mei 2017

Rapor TK

Setiap pulang ke rumah kelahiran selalu saja membawa pulang beberapa kenangan dan pelajaran. Kenangan yang ini nggak tahu buruk, lucu atau apa. Setelah membolak-balik setumpuk berkas, saya dapati sebuah kertas berukuran kuarto kumal merah muda terlipat menjadi beberapa bagian. Melihat dengan seksama sambil sedikit senyum kecut dan geleng-geleng kepala. Itu rapot taman kanak-kanak (tk) saya sekitar 25 tahun yang lalu.

Yang jadi fokus saya adalah nilai yang ditandai dengan huruf K (kurang) dan C (cukup) untuk tiga caturwulan, yaitu kemampuan berbahasa. Yang jadi pertanyaan bukan nilai atau kemampuan saya waktu itu, tapi langsung saya bandingkan dengan test bakat yang pernah saya ikuti. Sekitar 2 tahun yang lalu saya diminta mengikuti test bakat dan potensi melalui 'finger prints' STIFin. Hasilnya, kemampuan bahasa dan sosial saya dinilai paling menonjol oleh test tersebut dibanding kemampuan yang lain. 

Intinya, kita kadang mendapati anak-anak kita tidak bisa meraih sesuatu yang orang tua inginkan. Karena mungkin memang belum waktunya atau bukan menjadi 'passion'nya untuk diraih saat itu. Tapi karena hidup ini dinamis dan tidak selalu harus linier, maka sabar dan telaten mencari potensi anak sejak kecil itu perlu tanpa harus membanding-bandingkan dengan anak seusianya.

(Nasihat untuk diri sendiri yang sedang membesarkan dua anak laki-laki)

Selasa, 02 Mei 2017

Keluarga

Apa seharusnya spanduk-spanduk peringatan Hardiknas dipasang di depan rumah-rumah setiap warga Indonesia? bukan hanya di depan lembaga pendidikan formal (sekolah) saja.
Apa seharusnya yang diundang untuk mengikuti upacara Hardiknas bukan hanya kepala sekolah atau guru sekolah saja? tapi juga setiap lelaki kepala keluarga dan al ummu madrasatul ula.

Kenapa?
Keluarga adalah institusi pendidikan 'paling sakral' di dunia. Untuk mendirikannya harus ada perjanjian agung atau mitsaqan ghalidza antar umat manusia.

Dari sanalah anak mengenal kata, dari mulut kedua orangtua mereka mengumpulkan glossary.
Dari sanalah anak mengenal perilaku, dari tindak-tanduk kedua orangtua mereka merekam referensi.
Dari sanalah, mereka mengenal nilai, dari komitmen yang dibangun dan dilaksanakan bersama.

Dari situlah anak-anak kita tumbuh dengan keteladanan, perlakuan, kebiasaan dan ujaran-ujaran.

#selamathardiknas
#refleksidiri

Minggu, 23 April 2017

Matinya Singa Tanpa Tabayyun

Alkisah tentang seorang petani yang menemukan anak singa yang ditinggal mati induknya. Lantaran iba, petani itu memungut dan merawatnya sepenuh hati. Layaknya anak sendiri. Tidak dapat dilukiskan ikatan kedua makhluk Allah itu. Jiwa mereka seakan bersatu. Sang singa pun telah menganggap petani itu sebagai orang tuanya.

Waktu merangkak cepat. Anak singa itu pun telah dewasa. Di waktu bersamaan, sang petani mendapat karunia besar. Istrinya melahirkan seorang bayi lelaki mungil dan lucu.

Seluruh anggota keluarga begitu bahagia. Tak terkecuali sang singa. Gerak-gerik dan pancaran sinar matanya menyiratkan kebahagiaan luar biasa. Maka mulai saat itu, sang singa mendapat tugas baru. Menjaga “adik”nya kala sang petani dan istrinya berangkat ke ladang.

Suatu hari, saat petani miskin itu bekerja didalam ladang dan istrinya mencari kayu bakar di hutan, tiba-tiba terdengar jeritan bayi mereka dari dalam pondok. Sang petani terlonjak kaget. Firasatnya memburuk. Secepat kitat ia menyambar goloknya lalu bergegas menuju sumber jeritan tadi. “Apa yang terjadi? Dimana singa itu?”, batin sang petani.

Setibanya di halaman pondok, ia tidak mendegar suara apapun. Senyap. Hanya suara nafasnya menderu saling memburu. Hatinya galau. Ketakutan mulai merayapi pembuluh darahnya. Dan pada saat yang sama sang singa keluar dari pondok. Mulut, taring, dan cakarnya belepotan darah.

Seperti biasa, setiap sang petani pulang singa itu segera mendekat. Menggerak-gerakkan ekornya lalu mengelus manja di kaki “ayah”nya. “Jangan-jangan…, ia telah memangsa bayiku..!!”, jerit batin sang petani.

Menyaksikan hal ini, sang petani kalap. Darahnya seakan berkumpul di ubun-ubun. Sambil berteriak ia mengayunkan goloknya ke arah sang singa. “Makhluk terkutuk, tidak tahu balas budi kau…”.

Singa itu tidak berusaha menghindar. Apalagi lari menjauh. Bahkan tatapannya memelas memohon agar “ayah”nya tidak melakukan hal bodoh itu. Namun seluruhnya sudah terlambat. Dalam sekejap singa itu roboh berlumuran darah. Kepalanya sobek akibat sabetan golok sang petani. Menggelepar. Lalu mati seketika.

Sang petani segera menghambur diri menuju pondok miliknya. Tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu. Samar-samar ia menangkap celoteh dan tawa bayinya. Hatinya mulai ragu. Ia menengok ke belakang. Di sana sang singa telah terkapar mati.
Gemetar ia mendorong pintu. Sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan. Sekujur tubuhnya dingin. Lututnya goyah.

Pandangan matanya kabur. Ternyata, bayinya masih hidup. Di samping pembaringan bayi itu tergeletak bangkai seekor ular besar.
“Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan??!! celaka diriku, celaka dirikuu…”. Ia berbalik dan lari ke arah singa yang telah kaku itu. Dipeluknya tubuh sang singa. Menangis dan meratap sembari mengutuki dirinya.

Hingga istrinya kembali dari hutan, sang petani masih duduk memeluk jasad singa malang itu. Air matanya telah kering meninggalkan perih di kelopak mata. Penyesalan meruangi hatinya. Namun apa mau dikata. Ibarat nasi telah menjadi bubur. Semua sudah terlambat.

Saudaraku, begitu pentingnya tabayyun itu. Keputusan tanpa proses tabayyun –klarifikasi- dipastikan melahirkan penyesalan. Yah, penyesalan abadi sepanjang hidup. Karenanya kita menimpakan keburukan atas diri orang lain. Padahal mungkin saja mereka berlepas diri darinya.

Makanya, Allah Ta’ala tegas menyuruh agar selalu mengedepankan tabayyun. Dan hikmahnya jelas, “…agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al-Hujurat : 6).

Menulis ulang cerita ini emosi saya kembali teraduk-aduk. Bagaimana jika petani itu adalah diriku. Bagaimana menjalani sisa-sisa hidup di bawah bayang-bayang rasa bersalah yang menghimpit. Terlebih pada orang yang telah berjasa dalam hidupku.

Sungguh, andai ada satu permintaan, sudah tentu sang petani akan memohon supaya waktu memutar kembali. Namun begitulah. Penyesalan itu, selamanya pasti datang terlambat.

*Berpikir Jernih*
*Berhati Bersih*

Sabtu, 22 April 2017

Remaja dan Potensi Penyimpangannya

‌Nar
koba, pornografi dan kekerasan sangat rentan terjadi di kalangan remaja. Hal itu karena mereka punya sifat penasaran, suka berkelompok (geng), dan otak yang baru berkembang atau belum matang. Rasa penasaran pada hal-hal baru jika tidak diarahkan akan menjerumuskan mereka dalam hal-hal negatif. Begitupun tipologi suka berkelompok. Mereka kebanyakan berkelompok karena faktor kesamaan minat kesenangan sehingga mereka akan mencoba hal-hal baru yang mungkin saja bisa menjerumuskan mereka dalam perbuatan yang sia-sia bahkan merugikan. Otak remaja yang masih dalam tahap perkembangan, terutama otak tengah, membuat mereka belum bisa membuat belum bisa mengendalikan emosi, menilai sesuatu dengan baik,  memutuskan dengan tepat, mempertimbangkan dengan matang tingkat kewaspadaan masih rendah. Sehingga, apa yang dianggapnya kesenangan hari ini tidak dipikirkan resiko yang akan timbul di kemudian hari. Apalagi, pesatnya perkembangan teknologi informasi semakin mempermudah akses remaja terhadap segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan. Oleh karenanya, masa remaja adalah masa penting yang harus senantiasa diperhatikan. Orang tua,  sekolah dan masyarakat harus memahami krusialnya masa remaja dan sinergi dalam mendampingi tumbuh kembang mereka menjadi generasi yang baik, produktif serta terhindar dari segala bentuk penyimpangan dan penyalahgunaan narkoba.

Selasa, 18 April 2017

Kunjungan dan Apresiasi dari IKSM Solo

Senin, 17 Januari 2017, SMP Islam Al Abidin kedatangan tamu dari Ikatan Kepala Sekolah Muhammadiyah (IKSM) Kota Surakarta. Rombongan yang dipimpin oleh Bapak Drs. Ahmad Sukidi, M.Pd sekaligus Kepala SMP Muhammadiyah 1 Surakarta tersebut ingin berbagi pengalaman dalam pelaksanaan kurikulum di SMP Islam Al Abidin.
Dalam sambutan awal, beliau menyampaikan bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah di Surakarta yang belum ditunjuk pemerintah sebagai pelaksana Kurikulum 2013 akan melaksanakannya secara mandiri, dan kebetulan SMP Islam Al Abidin salah satu sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 secara mandiri sejak tahun 2014. di akhir sambutan awal, beliau meminta kami selaku Kepala SMP Islam Al Abidin untuk menjelaskan latar belakang dan pengalaman terbaik sekolah dalam melaksanakan K13 secara mandiri.
Dalam kesempatan tersebut kami paparkan latar belakang, suka-duka dan kondisi secara umum dari pelaksanaan K13 di sekolah kami. Dan kami paparkan pula profil dan best practice pengelolaan sekolah secara umum.
Di tahun 2013, pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, mengeluarkan kebijakan baru terkait kurikulum. Kurikulum 2006 akan digantikan dengan Kurikulum baru yaitu, Kurikulum 2013. Di tahun pertama pelaksanaan, K13 dicobakan untuk beberapa sekolah saja untuk mengukur berbagai indikator dalam penerapan kurikulum baru. Dan di tahun pelajaran berikutnya, Mendikbud saat itu, Muhammad Nuh atas arahan dari Presiden waktu itu memutuskan melaksanakan K13 di semua sekolah di Indonesia. Di tahun pelajaran 2014/2015 dimulai kurikulum 2013 secara serentak bebarengan dengan pelaksanaan pelatihan bagi guru. setelah beberapa bulan dilaksanakan dan guru sudah mengikuti pelatihan yang cukup banyak memakan waktu. Di akhir tahun pelajaran yang sama, Mendikbud yang baru, Anies Rasyid Baswedan, mengumumkan akan mengevaluasi K13 dan mengintruksikan kepada sekolah-sekolah yang bukan pilot untuk kembali ke Kurikulum 2016 termasuk sekolah kami. Sejak saat itulah, kami menyelenggarakan workshop guru untuk menyikapi kebijakan pemerintah tersebut. Hasil dari workshop guru tersebut, kami memutuskan untuk tetap menggunakan K13 karena ada beberapa pertimbangan sebagai berikut;
1. Kurikulum 2013 mengedepankan kompetensi religious dan tidak memisahkan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan.
2. Kurikulum 2013 memfasilitasi perkembangan karakter dan sikap kirtis siswa.
3. Kurikulum 2013 menggunakan pendektaan scientific, mulai dari mengobservasi, menanya, mengasosiasikan, mencoba, dan mengkomunikasikan dan mencipta. Sehingga pendekatan itu bisa mengakomodasi metode belajar Students Active Learning (SAL).
4. Dalam pembelajaran dan evaluasinya, K13 memberikan porsi yang lebih pada analisa dan problem solving. Sehingga kedepan siswa terbiasa dan bisa mengerjakan soal-soal dengan high order thinking skills (HOTS).
Pada intinya, sekolah sebagai tingkat satuan pendidikan memiliki otonomi dalam menyelenggarakan pendidikan, utamanya dalam menerapkan kurikulum. Dan ketika diyakini K13 lebih baik dari kurikulum sebelumnya, cara yang paling baik adalah diimplementasikan sambil terus berusaha untuk menjadikannya sebuah kurikulum yang ideal.



Value Seorang Guru

Sebotol air mineral dengan merek yang sama dihargai berbeda di tempat yang berbeda. Di toko kelontong mungkin hanya 2.000,- tapi di stadion atau terminal bisa dijual 4.000,- oleh pengasong. Terlebih kalau dijual di hotel bintang lima, bisa berlipat-lipat harganya. Begitupun kopi yang dijual di angkringan harganya jauh di bawah kopi yang dijual di kedai Starbuck.

Analogi ini menunjukkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi nilai diri seseorang. Jika seorang tinggal di lingkungan yang memiliki value tinggi, secara otomatis nilai dirinya ikut terangkat, begitupun sebaliknya.

Sekolah adalah tempat yang memiliki 'value' tinggi karena dari sanalah ditanam tunas-tunas masa depan peradaban. Dengan sebutan mulia tersebut,  diharapkan di sana ada dan akan lahir sosok-sosok yang bernilai diri tinggi. Guru, seperti apapun kondisinya, tetap mendapatkan nilai diri yang baik. Oleh karenanya,  guru itu satu profesi yang dituntut memiliki 4 kompetensi sekaligus dalam menjalankan tugasnya. Maka, guru harus terus belajar dan memperbaiki kesalahan.

#dailyteachersbriefing

Selasa, 11 April 2017

Ping Pong

Di tahun 1971, kejuaraan tenis meja dunia digelar di Jepang. Dua dari beberapa peserta yang datang pada waktu itu adalah dari US dan RRC yang mana ada sentimen perang dingin di antara mereka. Dan sentimen tersebut mereka tunjukkan dengan cara-cara yang negatif.
Salah satu pemain asal US, Glen Cowan tidak nyaman dengan situasi tersebut. Kemudian dia menyengaja mengundang salah satu pemain RRC untuk bertanding sparing, namanya Zhuang Zedong. Beberapa saat setelah bermain bersama, kekaraban keduanya terjalin.
Di kesempatan yang lain, Cowan melihat Zedong yang sedang menaiki bus melambaikan tangan dengan gestur mengajak naik bus yang dia tumpangi. Tanpa berfikir panjang Cowan menaiki bus yang ditumpangi mayoritas pemain RRC tersebut. Saat mereka berdua dengan akrabnya bercakap-cakap, tampak rekan-rekan Zedong tidak suka dan tidak nyaman dengan pemandangan tersebut. Bahkan,  ada seorang yang menarik tangan Zedong sambil menunjukkan gestur ketidaksetujuannya dengan situasi dan perilaku temannya yang akrab dengan pemain US. Setelah Zedong berhasil menjelaskan kepada rekan-rekannya situasi mulai kondusif dan nyaman. Kemudian Zedong mulai mengeluarkan sebuah syal dan memberikannya ke Cowan sebagai tanda persahabatan. Sebagai gantinya, Cowan mengajak Zedong ke hotelnya dan memberikan sebuah kaos bertuliskan 'PEACE'. Sesaat mereka keluar dari lobi hotel, puluhan wartawan tidak melewatkan kejadian langka ini,  seorang warga Negara US berjalan bersama seorang warga Negara RRC dan beberapa mewawancarai dan mengambil foto kebersamaan mereka.
Setelah viral di pemberitaan dunia,  di tahun yang sama tim tenis meja US mendapatkan undangan untuk bermain di RRC dan President US saat itu,  Richard Nixon, melakukan kunjungan bersejarah ke RRC yang juga menandai hubungan baik kedua negara tersebut saat perang dingin.

Dari kisah ini bisa kita simpulkan bahwa olahraga adalah sesuatu yang universal. Dia tidak bisa dimonopoli oleh beberapa negara atau ras saja apalagi kepentingan yang akan mencederai hakikat kita sebagai manusia yang harus saling mengenal dan berinteraksi.

Sabtu, 01 April 2017

Trusted

Rasul Muhammad S.A.W sebelum masuk masa kenabian dijuluki Al Amin, orang yang terpercaya. Bahkan orang-orang di sekitar beliau lebih mempercayakan urusan perniagaan, penggembalaan dan penitipan barang kepada beliau dibanding kepada keluarga mereka sendiri. Bahkan beliau sejak kanak-kanak dikenal sebagai pribadi yang tanpa cacat dalam mengemban tugas dan amanah (zero defect).

Salah satu ikhtiar untuk meneladani hidup Rasulullah adalah dengan mengajarkan anak-anak kita berdagang dengan kejujuran. Orientasinya tidak sekedar untung rugi tapi juga ada nilai 'trusted' dalam diri mereka. Jadi, bukan hanya karena pertimbangan 'product' dan 'brand' saja orang memutuskan membeli, tapi karena 'track record' penjulanya yang terpercaya.

#entreprenueurship
Smpi Al Abidin

Jumat, 31 Maret 2017

Proses dan Kepedihan

Hampir setiap hal baik dihasilkan dari proses yang panjang dan pedih. Bagaimana besi harus rela dilebur dengan suhu yang sangat tinggi untuk menghasilkan berbagai alat yang memudahkan hidup manusia, bagaimana buah kelapa dijatuhkan dari atas,  dikuliti,  dipecah, dicongkel, diparut dan diperas sehingga menghasilkan santan, bagaimana gunung yang indah dan subur itu dulu pernah berkali-kali diselimuti lahar dan awan panas, dan hampir segala hal tidak bisa menolak proses dan 'kepedihan'.

Pendidikan adalah proses yang panjang. Secara formal saja kita dihimbau mengikut 12 tahun. Belum anjuran agama yang menuntut kita belajar dari ayunan sampai liang lahat. Dalam belajar maupun membelajarkan, banyak guru menemui kebosanan, kelelahan, kemalasan dan kekecewaan akan hasil belajar mengajar. Maka kita ingat nasihat Mbah Maemoen Zoebair berikut ini, "Yang paling hebat bagi seorang guru adalah mendidik, dan rekreasi yang paling indah adalah mengajar. Ketika melihat murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, namun hadirkanlah gambaran bahwa diantara satu dari mereka kelak akan menarik tangan kita menuju surga”.

#dailyteachersbriefing

Rabu, 29 Maret 2017

Belajar Dari Buah Kelapa

Ketika menyantap sayur lodeh, tumpang dan rendang apa yang terlintas dalam pikiran kita. Enak,  pasti. Kuliner yang paling akrab di lidah orang-orang kita tersebut memang nikmat. Nikmat karena ada beberapa racikan bahan-bahan di dalamnya,  utamanya santan kelapa.
Kita semua pasti tahu dari mana dan bagaimana asal muasal santan kelapa. Tapi banyak dari kita yang tidak mentadabburi proses tersebut.  Sebelum jadi santan, proses kelapa dari pohon sampai dapur cukup kompleks. Kelapa yang sudah berumur biasanya dipanen dengan menaiki pohonnya dan setelah dipetik dijatuhkan dari ketinggian. Setelah di bawah, kelapa langsung berurusan dengan bendo (semacam sabit besar) dan benda tajam lainnya. Untuk memisahkan serabut dari cangkangnya, kelapa harus dijambak atau dikuliti sampai bersih baru dipukul supaya cangkang terbelah. Cangkang kelapa yang terbelah tersebut akan dicongkel untuk diambil buahnya. Setelah buah kelapa masuk dapur, diparutlah buah itu menjadi serpihan dan dicampur air kemudian diperas untuk mengeluarkan sari patinya yang kemudian menjadi santan.
Itulah buah kelapa, untuk bisa dinikmati kelezatan dan manfaatnya harus rela menjalani porses yang panjang dan menyakitkan.
Diibaratkan manusia, kita sering 'menghakimi' orang yang telah sukses dengan hidupnya, bagus ibadahnya, dalam ilmunya dan banyak pengikutnya setelah kita lihat keadaan dzohirnya tapi jarang kita lihat proses panjang yang membentuknya.
Bagaimana sering kita dengar kisah seorang ulama' yang harus menempuh perjalanan panjang untuk mendapatkan dan menggali ilmu, seorang da'i yang dengan keringat dan air mata merintis ponpes beliau, seorang pengusaha yang pernah mengalami masa-masa paling sulit dalam hidupnya, dan masih banyak lagi kisah-kisah seperti itu di buku-buku shirah dan biografi.
Setiap kegemilangan pasti ada masa lalu yang dijalani dengan 'darah dan air mata'.  Sebuah pepatah Cina mengatakan, kesuksesan itu didapat dari tidur di atas kayu bakar dan memcicipi empedu, yang maksudnya kita harus bisa bersusah-susah dahulu dan merasakan proses perjuangan hidup yang penuh pahit dan getir.

LKS 2017

Solo akan menjadi tuan rumah Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Nasional 2017. Untuk mempersiapkannya,  dilaksanakan Rapat Koordinasi Persiapan Pelaksanaan LKS 2017 pada 29 s.d. 30 Maret 2017 di Hotel Novotel Solo.
Kegiatan yang akan diselenggarakan Bulan Mei mendatang akan memperlombakan 56 bidang lomba kejuruan. Selain itu, ajang ini juga dimaksudkan untuk mempromosikan ke unggul and keunggulan SMK ke khalayak,  khusunya ke sekolah menengah pertama (SMP). Oleh karena itu, SMP di Solo dilibatkan dalam program OSOP dan OSOC. OSOP kependekan dari One School One Province. 34 Sekolah yang ditunjuk akan menjadi tuan rumah atau dikunjungi oleh masing satu provinsi setiap sekolah. Dan OSOC kependekan dari One School One Country. Di lomba yang akan diikuti oleh siswa dari negara-negara Asean untuk kompetensi kejuruan Animasi 3D juga akan mengunjungi beberapa SMP di Solo.
Harapannya, kegiatan ini bisa meningkatkan daya saing bangsa melalui pendidikan kejuruan dan keterampilan serta saling mengenal kebudayaan dan local wisdom dari seluruh penjuru tanah air dan Asia Tenggara.

Selasa, 28 Maret 2017

Mendidik itu memimpin.

'Setiap kita adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas yang kita pimpin'.
Dalam proses pembelajaran, setiap guru adalah pemimpin bagi anak-anak didiknya. Dalam memimpin pembelajaran, setiap guru harus punya semangat 'ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa,  tut wuri handayani'. Guru harus menjadi teladan dalam berperilaku, menjadi partner dalam belajar, dan menjadi motivator di setiap 'ups and downs' semangat siswa dalam belajar.

#dailyteachersbriefing

Senin, 20 Maret 2017

Menjelang UNBK, siswa SMP Isam Al Abidin mengikuti simulasi

Sebanyak 113 siswa kelas 9 SMP Islam Al Abidin mengikuti simulasi terakhir sebelum menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada awal bulan Mei mendatang.
Simulasi ke 3 ini dilaksanakan pada hari senin dan selasa, 20 - 21 Maret 2017 di sekolah setempat dengan mengujikan dua mapel, Bahasa Indonesia dan IPA.
Simulasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan peserta didik dalam menghadapi ujian nasional,  baik dalam mengoperasikan komputer maupun mengerjakan soal. Dengan demikian, saat pelaksanaan UNBK nanti siswa tidak menemui kendala teknis pengoperasian komputer serta dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik karena sudah mendapatkan latihan sebelumnya.
Seperti diketahui,  Smp Islam Al Abidin sudah 2 tahun terakhir ini mengikuti UNBK menggantikan Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP). Dengan diselenggarakan model ujian seperti ini, siswa lebih senang karena teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat dekat dengan aktifitas mereka sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Dari sisi penyelenggaraan, UNBK juga lebih ekonomis dan efisien.

Kamis, 16 Maret 2017

Kajian Bersama Peggy

Mantan artis sekaligus da'i, Peggy Melati Sukma, atau yang akrab dipanggil teh Peggy mengunjungi SMP Islam Al Abidin pada tanggal 13 Februari 2017. Kunjungan beliau sekaligus bersamaan dengan agenda roadshow di berbagai kota di Indonesia untuk menggalang dana kemanusian untuk para pengungsi dan korban perang Suriah dan sekitarnya.
Acara yang dihelat oleh Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ini bertujuan untuk menguatkan karakter siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman. Dalam kesempatan ini, teh Peggy menyampaikan akan pentingnya menjaga marwah kita sebagai umat Islam. Jangan sampai sebagai generasi muslim kita hanya ikut-ikutan budaya atau kebiasaan agama lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam, salah satunya budaya Valentine. Selain itu, sang inspirator hijarah teresebut juga memberikan beberapa tips supaya kita bisa meraih masa depan yang gemilang karena masa depan umat Islam ada ditangan remaja-remaja Islam yang duduk di hadapanya, kata beliau.
Selain memberi asupan ruhaniyah kepada siswa, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melatih empati siswa dengan menyelenggrakan penggalangan dana. Dan Alhamdulillah, dana untuk Syam yang terkumpul dari siswa mencapai 19.860.000 rupiah.


Naluri Seorang Ibu

Di suatu siang, kakak laki-lakiku menelfon dengan nada yang cukup tinggi dan khawatir menanyakan keadaan dan kondisiku. Aku yang sedang mengajar waktu itu kaget,  tak ada angin tak ada hujan ditanyakan kondisi dan kabarku yang sebenarnya kami tidak jarang-jarang amat bertemu. Karena setiap satu atau dua minggu sekali aku menyempatkan ke rumah orangtua.
Setelah mengonfirmasi keadaanku yang baik-baik saja, kakakku dengan nada lega bilang;  yo syukur,  alhamdulillah. Barulah dia mulai memberikan keterangan yang belum cukup membuatku puas.

Malamnya, aku menyengaja pulang ke rumah orangtua hanya untuk meminta keterangan apa yang sebenarnya terjadi langsung dari sumbernya, ibuku. Dengan perasaan sangat lega setelah melihatku baik-baik saja, ibu langsung bercerita kronologi kejadiannya dengan gayanya yang khas,  menggebu-gebu dan runtut.

Begini ceritanya,  di suatu siang, HP bapak berdering beberapa kali, bapak yang sedang tertidur kecapekan selepas pulang dari sawah tak mendengar maklum juga dengan pendengaran beliau yang sudah mulai berkurang. Dering berikutnya masih terus berlanjut bersamaan dengan kepulangan ibu dari tempat kerjanya, Pasar Jungke. Melihat keadaan itu,  buru-buru ibu membangunkan bapak dan setengah gagap bapak mengangakat telfon dan belum selesai dia berkata 'hallo,  assalamu'alaikum' langsung di sahut dengan suara rintihan yang mengaku anak ke-7 nya, aku, sambil bicara, 'pak,  tulung pak,  aku bar nabrak uwong, iki nang kantor polisi'. Bapak yang pendengarannya sudah mulai berkurang itu mulai bingung dan panik walaupun belum begitu jelas maksudnya apa,  tiba-tiba hp disahut ibu dan munculah suara yang lain,  seorang pria dengan suara tegas dan serak mulai pembicaraan;  'hallo, anak ibu sekarang ada di kantor polisi, habis menabrak orang dan orang yang ditabrak meninggal dunia, anak ibu terancam hukuman penjara'. Ibu yang mulai 'shock' sudah tidak tahu harus bicara apa,  dan berlanjutlah suara laki-laki tersebut dengan nada seakan memberi solusi, 'begini saja bu, akan saya bantu, tapi tolong isikan pulsa saya dan rekan saya masing-masing 250 ribu untuk melobi atasan kami, cepat ya! tidak usah bilang siapa-siapa dulu karena ini darurat'. 'Kirim ke nomor ini ya!' setelah mencatat ke dua nomor hp yang diberikan, ibu langsung ke kamar mengambil uang, tanpa mempedulikan bapak yang masih terbengong-bengong beliau langsung ke luar mencari konter hp terdekat untuk mengisikan kedua nomor tersebut. Setelah pengisian berhasil,  ibu menyengaja menelfon balik beberapa kali tapi tidak tersambung.
________
Walau sudah berusia senja, 67 tahun, Ibu saya termasuk perempuan berwawasan luas di lingkungan kami. Jangankan urusan keluarga,  urusan politik sampai pilkada Jakarta saja ibu cukup update. Demikian juga masalah kasus-kasus penipuan melalui telfon atau sms juga pernah dibahasnya. Tapi apa daya, ketika yang menjadi objek penipuan adalah anak yang pernah 9 bulan dikandungnya, logika itu hilang dan yang muncul tinggalah perasaan seorang ibu yang ingin segera menyelamatkan anaknya. Walaupun uang 500 ribu itu cukup berharga, tapi kehilanganya menjadi tak terasa setelah mendapati aku baik-baik saja.

Semoga ibu dan bapak menikmati sisa-sisa usia mereka dengan tenang dan sehat sehingga bisa beribadah dan tetap berkarya.

Selamat hari orang tua, karena setiap hari adalah hari mereka.
الهم اغفرلي ذنوبي ولوالدي وارحمهم كم ر بيا ني صغيرا

*kisah ini terjadi sekitar 3 bulan yang lalu..

Al Abidin Menyapa

Minggu pagi, 26 Februari 2017, ribuan keluarga besar yayasan Al Abidin menyapa pengunjung Car Free Day (CFD) Solo. Siswa dan guru dari TK s.d SMA di bawah Yayasan Al Abidin membawa bunga untuk diberikan kepada setiap pengunjung di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Selain memberikan bunga,  siswa-siswa tersebut juga menyapa ramah dan menanyakan beberapa hal terkait dengan Al Abidin.
Selain menyarakan hari jadi yang ke 15, agenda ini juga bertujuan untuk melatih siswa berkomunikasi dan bersosialisasi, mengenalkan Al Abidin serta mengetahui tingkat popularitas Al Abidin di tengah-tengah masyarakat,  khususnya Solo dan sekitarnya.
Harapannya semakin bertambah usianya, Al Abidin semakin dekat di hati masyarakat dan berkontribusi lebih besar dalam mencerdaskan generasi bangsa.

Sabtu, 04 Maret 2017

Live in Village


Pada tanggal 2 - 5 Maret 2017 sebanyak 224 siswa kelas 7 SMP Islam Al Abidin Surakart mengikuti kegiatan _live in & Philantrophy Program di Dusun Sudimoro,  Desa Sangup, kecamatan Musuk, Boyolali. Tempat paling ujung barat Kabupaten Boyolali ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Merapi.
Di sana siswa selain tinggal di rumah-rumah penduduk dan membantu pekerjaan rumah warga desa yang ditempati, mereka juga melakukan bakti sosial (social service) dengan memberikan paket sembako dan pengobatan gratis kepada warga setempat.
Di kesempatan lain, para siswa juga mengadakan kegiatan perlombaan untuk anak-anak TPA dan mengelar pengajian serta membagikan mushaf Al Quran kepada setiap warga yang beragama Islam.
Kegiatan tahunan untuk kelas 7 tersebut dimaksudkan untuk membekali dan memberi pengalaman siswa dengan banyak hal. Selain melatih kemandirian dan kepedulian,  mereka juga mendapatkan pelajaran bagaimana harus bersikap dan bertutur sopan ala warga desa, bertahan di tempat yang tidak banyak fasilitas dan mensyukuri apa yang sudah mereka punya saat ini.