YOU RAISED ME UP SO I CAN
STAND ON A MOUNTAIN
(Catatan
Singkat Ekspedisi Guru Putra SMPI Al Abidin
ke Puncak Gunung Merbabu, 24/6/13)
A
Short Note of Teachers’ Journey to the top of the mountain
(Mount
Merbabu, 24/6/13)
12.00
WIB –
Beberapa
anggota tim ekspedisi sudah berkumpul di SMP I Al Abidin dengan membawa tas
ransel yang sarat dengan muatan logistik. Rombongan melakukan briefing serta
ricek logistik individu ataupun kelompok yang akan dibawa dalam ekspedisi.
Setelah lengkap, tim yang beranggotakan 12 orang tersebut memutuskan untuk
berangkat ke Selo, Boyolali dengan menggunakan sepeda motor. Tim saling
beriringan menyusuri jalan Solo – Boyolali – Selo yang ditempuh selama kira-kira
2 jam.
Some
team members had gathered at SMP Islam Al Abidin wearing full-loaded bags. Team
conducted a brief meeting to make sure the
15.30
WIB –
Alhamdulillah,
tim sudah sampai di base camp pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu, Selo
yang dikelola oleh Pak Parman. Ditempat tersebut beberapa anggota tim
menyempatkan diri untuk menyandarkan raga, meregangkan otot-otot, melengkapi
perbekalan dan yang jelas mengisi perut sebelum pendakian. Menjelang senja, tim
melakukan briefing yang dipandu oleh pemimpin rombongan, Kabul Tri Raharjo dan
dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh Abdul Hamid. Setelah InsyaAllah siap
jasmani dan ruhani, tim memulai pendakian.
17.05
WIB –
Di
perjalanan awal ekpediasi tim disambut dengan tulisan “SELAMAT DATANG DI TAMAN
NASIONAL GUNUNG MERBABU”. Tim menyusuri jalan setapak ditengah rimbunnya hutan.
Tak lama berselang malam hari sudah datang. Seluruh anggota tim mengeluarkan senter untuk menuntun langkah di
gelapnya hutan. Kewaspadaanpun harus senantiasa dipegang, pasalnya jalan
terjal, licin dan jurang di kanan kiri siap menjerembabkan kaki. Kaki terus
berayun beriring-iringan menyusuru jalan yang lama-lama menjadi lebih terjal.
And finally, tim sudah tiba di Pos pertama.
18.30
WIB –
Tim
tiba di sebuah tanah yang lumayan lapang untuk mengistirahatkan badan dengan
papan tiang bertuliskan POS 1 atau yang lebih dikenal Dok Malang. Hal itu
sedikit melegakan usaha yang telah ditempuh tim. Setelah sejenak menikmati
sedikit bekal berupa makan-makanan ringan, tim memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan ke Pos berikutnya. Medan perjalanan ke pos berikutnya tidak begitu
berbeda dengan pos 1. Tim masih bergulat dengan hutan lebat dan jurang di
kanan-kiri. Yang beda adalah tim disambut hujan yang memaksa angota tim untuk
berhenti dan mengenakan jas hujan masing-masing. Automatically, the tract is more difficult than before. Karena
hujan cukup membasahi tanah sehingga track menjadi lebih licin dari sebelumnya.
Seluruh anggota tim harus senatiasa waspada dengan acaman terpeleset sampai tergeludung.
Hanya dengan insiden-insiden kecil yang dialami tim, akhirnya tim berhasil
mencapai Pos 2, atau yang dikenal sebagai Kali Mati.
20.10
WIB
Tim
sudah menginjak Pos 2 (Kali Mati). Di pos ini tim memutuskan untuk istirahat
sekaligus makan malam. Bekal keperluan memasak sudah ready. Satu tungku dan panci di kerumuni oleh 4 sampai 5 anggota
tim yang mendadak beracting seperti chef professional dengan menu hidangan
istimewa “mie godog tanpa kuah”. Setelah
masakan ‘disepakati’ sudah matang dan ready
to serve seluruh anggota tim menyerbu sajian tanpa ampun. Sambil
meraba-raba perut yang sudah kenyang, tim memutuskan untuk melanjutkan
perjalanan.
09.20
WIB –
Udara
semakin menggigit serta jalan semakin terjal. Tapi beratnya medan terbayar
dengan keadaan cuaca yang SubhanAllah terang benderang. Setelah sekian jam
ditemani hujan, akhirnya tim bisa berjalan sambil kepala mendongak ke atas
menatap bulan sempurna dan bintang berkilauan yang membentuk rasinya
masing-masing. Cakrawala kami semakin luas setelah kita dibawa keluar hutan
menuju hamparan sabana yang menyelimuti bukit-bukit. Terlihat dengan jelas
pemandangan kota-kota di sekitar gunung yang hanya menyisakan pandangan ribuan
lampu-lampu kota yang bertebaran. Malam nampaknya semakin larut. Beberapa
anggota tim ada yang terlihat letih dan mengantuk. Dan akhirnya tibalah tim di
POS 3.
12.30
WIB –
POS
3 yang didominasi ilalang dan pohon-pohon kecil menjadi pilihan utama bagi tim
untuk mengistirahatkan badan dan mata yang nampaknya tidak bisa dipaksakan. Seluruh
anggota tim dengan refleknya masing-masing langsung menggeletakkan badan dan
menutup mata sambil menahan dinginnya terpaan angin yang semakin lama semakin
berhembus kencang. Di bawah pepohonan edelweiss
tim beristirahat sampai jam tiga. Angin semakin kencang dan malam sudah
mencapai titik dinginnya.
03.00
WIB –
Seluruh
anggota tim bangun dan mau tidak mau harus melanjutkan the noble journey to the top of the mountain. Walaupun beberapa
anggota tim sudah terlihat letih dan payau tapi the show must go on. Tim melanjutkan perjalanan dengan menyusuri
gunung-gunung yang diselimuti oleh hamparan sabana. Tibalah tim di salah satu landmark yang bernama Batu Tulis.
Prasasti yang hanya berdiameter kira-kira ½ x ½ meter tersebut menjadi salah
satu tanda bahwa tim tinggal menyisakan 2 sabana dan 2 gunung lagi untuk sampai
ke puncak.
04.15
WIB –
Sabana
2 dan 3 sudah terlewati, kini giliran tim berhadapan mata dengan terjalnya
Gunung Kenong. Dengan ekspektasi tinggi, seluruh anggota tim melawan dingin
dengan terus berjalan dan memanjat setiap jengkal tanah yang semakin menerjal. Beberapa
anggota tim bahkan tepeleset sampai tergelincir beberapa langkah ke belakang.
Barisan mulai memudar tatkala ada beberapa anggota tim yang harus sering
menghentikan langkah untuk menghimpun lagi sisa-sisa tenaga. Beberapa ada yang terus melangkah sembari
membakar semangat anggota tim yang lainnya untuk bisa menyusul langkahnya. Dan gema
adzan shubuh sayup-sayup terdengar menyambut gunung berikutnya, gunung terakhir
menuju puncak.
05.14
WIB –
Semburat
merah kekuningan mulai menggoda mata setiap anggota tim. Tim memutuskan untuk
berhenti sejenak sekedar menikmati indahnya anak fajar. Gugus terjal di hadapan
mata sejenak terabaikan oleh anggota tim. Kesempatan langka bisa bertemu dengan
natural view idaman para pendaki, yaitu
sunrise. Yang dinanti tak kunjung
menampakkan dirinya, tim memtuskan untuk menggedong kembali ransel-ransel yang
sejenak terlepas dari punggung. Gunung Kukusan menjadi gunung yang mengakhiri
fatamorgana puncak. Setiap anggota tim sibuk dengan langkahnya masing-masing
sehingga baris yang sudah merapat terpaksa pudar lebih jauh lagi. Lagi-lagi
beberapa anggota tim tertinggal lebih jauh dan beberapa yang lain terus
berjalan untuk membuktikan rasa penasaran menggapai puncak. Dengan
teriakan-teriakan yang berapi-api anggota tim yang ada didepan terus saja
berteriak menghibur, “puncak sudah dekat”, kepada anggota tim yang lain.
Langkah-langkah gontai yang sedikit dipaksakan tersebut tidak berujung pada
kesia-siaan. Gunung terakhir menuju puncak, Gunung Kukusan, berhasil
ditaklukkan. Dan selangkah lagi tim menggapai puncak Gunung Merbabu.
06.12
–
Waktu
yang tepat untuk menikmati bekal sebelum beberapa langkah menuju puncak.
Langkah tim tertahan untuk sekedar menikmati bekal makan dan minum sambil
mengawasi surya fajar menyingsing pelan. Beberapa anggota tim mengeluarkan
bekal dan yang lain menunggu santunan. Rasa penasaran kembali mengusik setiap
anggota tim. Untuk mempercepat dan memperingan perjalanan, beberapa anggota tim
memutuskan untuk meninggalkan tas dan peralatan lain di tempat itu. Setelah
berdiskusi ringan, tim memutuskan untuk memulai langkah menuju puncak. Dengan
tambahan energy dan motivasi setiap anggota tim menjadi trengginas dalam
menapaki setiap gundukan terjal berbatu. Salah satu anggota tim berhasil meraih
pole position dan berteriak “Allahu Akbar, Sampai Puncak” dan disusul satu demi
satu anggota tim. Mission is accomplished___We are the real climbers__ Puncak
Kenteng Songo, Gunung Merbabu.
07.32
–
Eh,
ternyata belum selesai. Selain ingin berpredikat sebagai the real climbers, setiap anggota tim berhajat mengabadikan
capainnya melalui lensa camdig. Disana kami bisa menampilkan beberapa pilihan
gaya dan beberapa natural background seperti
Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung ungaran, Gunung Slamet, Dataran Tinggi Dieng
sampai Gunung Kembar Sindoro-Sumbing. Dengan menikmati panorama yang
menakjubkan di sekeliling puncak segala rasa yang campur aduk selama di perjalanan
menjadi sedikit terobati. Sesi pemotretan terus berlanjut baik secara individu
maupun kelompok sampai diputuskan untuk mengakhiri euphoria di puncak Kenteng
Songo. Keputusan untuk turun gurun ternyata belum bisa dicapai oleh tim secara
aklamasi. Masih ada beberapa anggota yang berat melepas eksotisme puncak. Tapi,
tim harus segera bergegas turun sebelum matahari semakin menyengat.
07.
15 WIB –
Walaupun
jauh lebih cepat dari perjalanan naik, turun gunung memerlukan kewaspadaan
tingkat tinggi. Bagaimana tidak, jalan curam nan licin yang dilalui lebih berpotensi
mencelakakan tim jika tidak hati-hati. Tim mulai berbaris rapi menuruni setiap
lekukan tanah. Belum melangkah jauh beberapa sudah ada yang terpeleset,
terperosok atau bahkan tergelundung. Dengan jalur yang relatif sama dengan
jalur naik, gunung demi gunung dilewati, sabana demi sabana dilalui, hutan demi
hutan dilintasi. Dan finally, tim berhasil mencapai base camp pendakian di
waktu matahari tepat di atas ubun-ubun kepala.
11.
30 WIB –
Tubuh
lunglai dan gontai menjadi pemandangan lumrah sesampainya tim di basecamp.
Beberapa anggota tim ada yang langsung memasrahkan badan pada tikar yang ditata
rapi. sebagian yang lain memilih untuk menyerbu kamar mandi untuk membersihkan
wajah lusuh dan badan kotor yang menempel sejak diperjalanan berangkat kemarin.
Setelah selesai dengan kegiatan masing-masing, seluruh anggota tim berkumpul,
bercengkrama kemudian menyantap makan siang dan dilanjutkan packing.
14.
30 WIB –
Perjalanan
menuju Solo______
---To be continued---
by Arif H