Rabu, 31 Agustus 2016

'Semu Mentri'

Sebuah pepatah jawa; 'semu mentri, esem bupati, dhupak kuli' menggambarkan kualitas diri ketika berhubungan dengan orang lain dan pelaksanaan terhadap amanah dan tanggung jawab. 
Manusia kualitas kuli harus senantiasa didhupak (red: ditendang) untuk bekerja, berbuat sesuatu atau melakukan kepatuhan terhadap peraturan dan pekerjaan. Level di atasnya adalah bupati, dimana perlu ada gestur seperti eseman (senyuman) terlebih dahulu untuk tahu kesalahnnya apa dan bagaimana harus menuntaskannya. Dan yang paling atas adalah manusia kualitas menteri yang hanya dengan semu (samar) sudah tahu harus berbuat apa, apa yang kurang, dan bagaimana harus mengatasinya. Maka, ketika kita bermimpi menjadi menteri atau selevelnya, mulai sekarang harus berlatih untuk senantiasa mengemban amanah sebaik-baiknya, mengevaluasi diri secara berkala, disiplin dan bertanggung jawab.
Kebiasaan disuruh oleh orang tua lama kelamaan akan membentuk kita sebagai orang yang bermental kuli. Pagi harus dibangunkan, shalat harus disuruh, mandi harus diingatkan, belajar harus ditunggui dan kebiasaan harian lain yang harus menunggu instruksi terlebih dahulu. Mulai sekarang ubah kebiasaan, siapkan jam waker untuk membangunkan kita setiap pagi, tetapkan jadwal harian dan perjuangkan untuk menepatinya. 
Ingat, kita sudah berada di era global yang hampir tanpa sekat, persiapkan diri kalian untuk menjadi kompetitor yang unggul atas umat dan negara-negara yang lain.
Sepenggal pesan untuk siswa level 7, 8 dan 9 dalam briefing pagi ini.





'Para Pendekar'

Bismillah,
Sempat teringat dengan film-film kungfu masa lalu. Ada sebuah film (saya lupa judulnya) menayangkan sebuah episode kehidupan remaja desa di Cina yang dihadapkan dengan beberapa pilihan menyongsong masa dewasanya; pilihan pertama, mereka tetap tinggal di desa mewarisi ternak dan ladang orang tua. Kedua, pergi ke kota berdagang atau menjadi pekerja kasar atau pilihan yang ketiga, pergi mengembara dari gunung satu ke gunung yang lain mencari perguruan silat untuk menempa mental, jiwa dan fisik mereka. Tentu mengambil pilihan ketiga lebih banyak resikonya; ketemu perampok dijadikan budak, bertemu dengan binatang buas, tersesat, kehabisan bekal di perjalanan, belum tentu diterima di perguruan yang dituju dan banyak yang akhirnya menyerah kembali ke desa. Tapi, bagi yang bertahan, mereka akan mendapatkan perguruan silat dan belajar bersungguh-sungguh sehingga mendapatkan gelar pendekar dengan menguasai keahlian dan kecakapan tertentu. Dan mereka akan turun gunung membawa keahlian mereka untuk 'survive" dan berjaya di kehidupan dewasanya.
Malam ini melihat wajah-wajah siswa Boarding Putra Smp Islam Al Abidinyang penuh kecerian dan semangat. Mereka datang dari penjuru daerah, dari yang terdekat Solo Raya sampai yang terjauh Palembang dan Merauke. Semoga kelak mereka akan tumbuh menjadi generasi yang mandiri, kapabel, berkarakter dan tentu saja sholih serta menjadi 'pendekar-pendekar' di bidang mereka masing-masing.





Kirim Surat ke Pak Menteri

Sejak gawai menjadi gaya hidup remaja zaman sekarang, tampaknya pola komunikasi tulisan cukup mengalami distorsi. Tulisan yang merupakan bentuk ekspresi dari ide, gagasan dan penyampain pesan sudah mulai digantikan dengan pola komunikasi tanpa makna, penuh keluh kesah, bahasa lebai dan minim kesan dan pesan kebaikan di dalamnya. 
Tugas kita sebagai pendidik di zaman 'millenials' ini adalah memperbaiki pola komunikasi tersebut. Dengan media apapun, harusnya ide, gagasan, dan pesan disampaikan dengan bahasa yang baik, bermakna dan menepati kaidah-kaidah tertentu. 
______________________

Sejumlah siswa Smp Islam Al Abidin sedang mengirimkan surat kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Bp. Muhajir Effendi, dalam rangka mengikuti sayembara penulisan dengan tema 'membaca dan menulis adalah kunci menguasai dunia'.
Semoga dengan sering diselenggrakannya kegiatan-kegiatan seperti ini, semakin menumbuhkan budaya literasi generasi bangsa Indonesia.

Tirakatan

'Diokeh-okehi sing tirakat le, ben bejo mulyo ndunyo lan akhirat'. Nasihat ibu yang dulu sering diulang-ulang ketika saya akan menghadapi ujian sekolah, masuk PT, tes kerja atau kesempatan yang lain. Dulu belum 'ngeh' dengan apa kata 'tirakat' itu, tapi yang jelas makna tersiratnya adalah beliau menyuruh saya untuk memperbanyak ibadah dan belajar, mengurangi tidur dan main-main, bangun lebih pagi dan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik.
Tentu saya setuju itu adalah syarat jika kita ingin sukses, karena kesuksesan tidak akan diperoleh bagi orang yang bermalas-malasan, tidak mau belajar, bangun siang dan tidak bisa membuat prioritas dalam hidupnya.
Malam ini, kata tirakatan mungkin yang paling familiar. Di malam 17 agustus, hampir setiap kampung di penjuru negeri meggelar hajatan berupa panggung gembira, kumpul-kumpul, 'lek-lekan', karaokean, dll dengan 'embel-embel' 'tirakatan'. Saya tidak ingin mengusik kebiasaan-kebiasaan yang sudah berjalan lama ini, tapi yang jelas kata 'tirakatan' harus ditemukan kembali maknanya, diresapi dan dijadikan ikhtiar bersama menuju kejayaan bangsa Indonesia. Dan, terserah apapun tafsir anda tentang bagaimana harus bertirakat.
________________

Full Day or Half Day

Setelah ramai di media sosial tentang wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru untuk, Muhajir Effendy, melaksanakan sistem 'fullday school' di indonesia, banyak yang langsung menentang, mencemooh dan nyinyir terhadap wacana tersebut, bahkan tidak sedikit yang membandingkan dengan Finlandia sebagai negara dengan sistem dan output pendidikan terbaik (versi mereka), kemarin saya mendapatkan kepastian tentang Finlandia dan sistem pendidikannya langsung dari sumbernya, Mr. Allan Hakan Schneitz, The leader of theDream School Project in Finlad.
Dia menyampaikan di negara, yang hanya berpenduduk 5,5 juta jiwa, peran pendidikan tidak bisa kita berikan hanya kepada sekolah, tapi juga orangtua dan masyarakat. Jadi ketika siswa di sana bersekolah, 5 s.d 6 jam/hari, mereka pulang ke rumah sudah ada 'guru' lain yang menunggu, mereka adalah orang tua, tetangga, televisi/tontonan yang punya peran yang sama dengan sekolah. Bahkan peran masyarakat termasuk yang paling urgen dan beliau mengutip sebuah pepatah afrika 'it takes whole village to raise a child' sehingga masyarakat sadar bahwa untuk membesarkan seorang anak dibutuhkan kolaborasi yang utuh antara pengelola negara, sekolah, orang tua dan masyarakat. 
Dan di akhir ketika ada seorang penanya yang meminta pendapatnya tentang keberadaan sekolah 'fullday' di Indonesia, beliau menjawab dengan bijak bahwa permasalahan bukan pada beberapa lamanya bersekolah tapi efektivitas dalam pendidikan di sekolah. Ketika lama itu efektif dan memberi added value bagi peserta didik itu lebih baik, dan sebaliknya kalo waktu di sekolah singkat dan kita tidak bisa memastikan akan belajar apa mereka setelah di sekolah maka fullday itu mungkin lebih baik'
Singkat kata, kita harus bijak memandang keberadaan fullday maupun non-fullday dari bagaimana kondisi lingkungan masyarakat kita dan kebijakan negara untuk mengelola 'tontonan' yang dijadikan tuntunan sebagai media belajar atau justru sebaliknya.

Siraman motivasi Jum'at

Pagi ini motivator menyampaikan inspirasi yang menggerakkan. Sebelum mulai menyampaikan materi, beliau memberikan bina suasana dan 'ice breaker' terlebih dahulu kemudian beliau mengawali dengan menunjukkan ke siswa bahwa betapa banyak nikmat yang Allah swt berikan kepada kita, maka bersyukur adalah sebuah keharusan. Banyak orang yang kurang beruntung dari kita tapi punya semangat dan prestasi luar biasa apalagi kita yang diberikan banyak kelebihan. Selanjutnya, beliau menyampaikan bahwa kesuksesan berawal dari mimpi. Maka, tanamkanlah impian atau cita-cita karena itu akan memberi enerji yang besar untuk menjalani hari demi hari kehidupan kita. Orang yang punyai impian kuat, kesehariannya pasti bersemangat, berfikir positif, hidupnya teratur/terjadwal, dan senantiasa melakukan kebaikan-kebaikan. Dengan keyakinan, kerja keras, rencana yang matang, dan yang paling penting berdoa maka insyaAllah cita-cita yang kita impikan akan bisa terwujud.
Di akhir materi, beliau mengajak seluruh siswa untuk mengartikulasikan semangat dengan mengajak yel-yel; aku bisa! aku bisa! aku bisa!.
_______________
Terima kasih atas motivasinya Dr. Ita Kusumawati, M. Kes, Direktur Pelayanan Medik RSUD Karanganyar sekaligus orang tua murid level 9.
________________________
Mudah-mudahan siswa lebih bersemangat lagi belajar dan menata masa depan mereka mulai dari sekarang. Karena Mr. Oogway pernah bilang; 'yesterday is a history, tommorow is a mistery and today is a gift'. Syukuri dan manfaatkan hari ini untuk merencanakan dan menata masa depan kalian. Semangat sukses anak-anakku semua.


Mari BerQurban

Q. S. Al-Kautsar: 1 – 2,
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan karunia sangat banyak kepadamu, maka sholatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah kurban (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT)".




Dikejar Deadline

Mereka sudah mengenal;
Tenggat
Lembur
Target

Target adalah sesuatu yang harus kau hadapi. karena hidup ini adalah mengukir prestasi sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. 'khairunnas anfauhum linnas', sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. untuk menjadi bermanfaat kita harus mengukir banyak kebaikan dan prestasi dalam hidup kita, sehingga yang kita hasilkan akan membawa dampak bagi orang lain. Sehingga, hiduplah kalian dengan target-target yang kalian tentukan sendiri sebelum orang lain menentukan target-target kalian. berjuanglah, karena masa depan kalian masih panjang. 
_________
Semoga semangat mereka (Siswa level 8) dalam mempersiapkan Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) 2016 membuahkan hasil manis. 'Hasil InsyaAllah tidak akan menghianati proses'.