Minggu, 30 Oktober 2016

Merakyat

Ada cuplikan obrolan menarik sekaligus menggelikan di sebuah warung HIK.
A : pilkada Jakarta piye dhe?
B : nek Ahok,  Anis karo Agus Yudhoyono (red: penantang petahana) kuwi uwonge ora kethok merakyat. Nek merakyat yo koyo pak jokowi kae, wonge sederhana.

Sembari mengikuti diskusi saya berfikir.  Lha,  merakyat itu apa tho?  Kok selalu identik dengan pak jokowi. Apa merakyat itu cuman 'physical appereance' saja seperti berpenampilan sederhana,  sering blusukan,  berasal dari masyarakat kelas bawah atau merakyat itu membuat dan melaksanakan kebijakan yang pro-rakyat (masyarakat kelas menengah ke bawah).

Bagaimana dengan Anis dari keluarga terpandang di Jogja,  berpenampilan menarik, artikulasi bahasa jelas dan terstruktur, dan akademisi yang sukses. Apakah bisa memenuhi syarat 'merakyat' yng dimaksud di atas?

Dan AHY  yang muda,  ganteng,  suami artis,  anak Presiden ke-5, berpendidikan tinggi di Amerika dan mantan perwira TNI.  Apakah juga bisa disebut 'merakyat'?

Serta Ahok keturunan TiongHoa,  yang selama ini dipandang sebagai etnis menengah ke atas dan penguasa sektor ekonomi dan bisnis.

Tapi yang jelas kata merakyat harus dihadirkan maknanya kembali dan bukan hasil dari polesan media tapi memang bentuk keberpihakan kepada 'wong cilik' seperti petani,  nelayan,  pekerja/buruh,  pedagang tradisional,  pekerja sektor non-formal,  dan semua rakyat yang harus dilindungi hak-haknya. Karena merekalah yang sejak jaman hindia-belanda menjadi masyarakat mayoritas yang dikesampingkan hak-haknya.

#bukanpolitis



Tidak ada komentar:

Posting Komentar