Rabu, 07 Desember 2016

Asean, antara AFF dan MEA

Setelah pencabutan sanksi FIFA tentang larangan bertanding di kancah Internasional,  ini kali pertama Timnas Indonesia tampil di kompetisi resmi level Asia Tenggara,  AFF Cup. Penampilan timnas di babak kualifikasi nampaknya kurang menggigit dan atmosphere di tanah air adem-adem saja.  Namun setelah berhasil lolos dengan dramatis ke semifinal,  timnas langsung menjadi buah bibir.  Bahkan dukungan dari pejabat-pejabat dan rakyat Indonesia terus mengalir.  Dan Presiden RI,  Joko Widodo,  tidak ketinggalan untuk menyaksikan langsung laga leg pertama semifinal antara Indonesia vs Vietnam yang waktu itu dimenangkan timnas 2-1. Perjalanan masih sangat berat,  timnas harus melakoni laga tandang di Hanoi, Vietnam yang di atas kertas Vietnam lebih diuntungkan dalam laga malam ini. 
Pertandingan Piala AFF memang laga yang paling prestisius bagi negara-negara di Asia Tenggara.  Indonesia nampak belum bisa berbicara banyak dalam kompetisi ini. Bahkan melekat predikat 'the runner up' karena sering gagal memenangi laga final kontra Thailand, Singapura bahkan Malaysia. Dan perkembangan persepakbolaan di Negara Asia Tenggara dibarengi juga pertumbuhan ekonomi di kawasan itu. Vietnam misalnya,  Negara yang pernah mengalami perang saudara yang cukup panjang itu telah menjadi 'the emerging country' di kawasan ini,  baik sepakbola maupun perekonomiannya.  Negara yang dahulu selalu berada di bawah Indonesia sekarang menujukkan kemajuan yang cukup pesat dalam pembangunan perekonomian,  baik sektor industri maupun pariwisata. Bahkan produk-produk 'kw' buatan Vietnam bisa kita temukan di seluruh pelosok negeri. Sehingga,  fokus kita jangan dipersempit sekedar memenangkan AFF saja,  tapi juga memenangkan percaturan pasar global minimal di Asia Tenggara.
MEA memberikan peluang negara-negara kecil di  kawasan ini melakukan ekspansi di sektor perdagangan dan layanan publik seperti pendidikan dan kesehatan. Indonesia secara demografis dan geografis adalah daya pikat bagi produsen-produsen mancanegara untuk mengembangkan dan menjual produk-produknya. Tidak hanya barang-barang impor saja, MEA memberi peluang juga bagi tenaga terampil dan terdidik dari negara-negara anggota Asean meniti karir di Indonesia. Bagaimana jadinya kalau suatu saat nanti bangsa kita, tepatnya anak dan cucu kita menjadi orang asing di negeri sendiri.
Saatnya membangun kesadaran bangsa kita untuk menyadari bahwa persaingan sesungguhnya negara-negara Asean tidak di lapangan hijau tapi di lahan-lahan perekonomian. Selain harus produktif bangsa kita harus mulai belajar menanamkan sikap rasa memiliki dan bangga terhadap karya dan produk buatan anak-anak negeri. Mari saatnya bangkit untuk manunaikan amanah kemerdekaan yang dicita-citakan the founding fathers kita yaitu menjadi negara yang merdeka,  berdaulat,  adil dan makmur dengan bekerja keras,  belajar dan menjadi manusia yang produktif,  bukan konsumtif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar