Minggu, 25 Mei 2014

Leadership…?


Ketika berbicara soal kepemimpinan, kemungkinan kita langsung merujuk pada sosok figur pemimpin yang mempunyai posisi tertentu dalam suatu komunitas atau organisasi, misalnya lurah, camat, bupati, ketua partai, kepala sekolah, dsb. Tidak ada yang salah dengan rujukan terebut tapi itu belum menyentuh substansi dari kepemimpinan itu sendiri.


Secara sederhana pemimpin yang sustantif bisa didefinisikan sebagai seorang yang terus menerus membuktikan bahwa ia mampu mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain, lebih dari kemampuan mereka (orang itu) mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan adalah konsep yang merangkum berbagai segi dan interaksi pengaruh antara pemimpin dengan pengikut dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam studi kepemimpinan terdapat dua pendekatan untuk menjelaskan proses kelahiran pemimpin yang sangat dominan. Pendekatan yang pertama adalah personality traits approach dan yang kedua adalah situational interactional approach. Pendekatan pertama berangkat dari asumsi tentang adanya sifat dan bakat kepribadian tertentu yang dimiliki oleh seseorang baik sebagai bawaan kelahiran maupun sebagai hasil dari pengalaman sendiri, yang kemudian membentuk kapasitas kepemimpinannya. Pendekatan kedua menekankan pada situasi lingkungan, di dalam mana berlangsung interaksi sosial, politik, ekonomi dan budaya sebagai factor determinan bagi lahirnya seorang pemimpin. Pendekatan ini berangkat dari asumsi bahwa seorang pemimpin lahir sebagai produk dari situasi lingkungan yang secara kebetulan mempertemukan dua gejala: kualitas kepribadian seseorang dan tuntutan situasi yang membutuhkan pemimpin dengan kualitas yang sama.
Glenn D. Piage dalam bukunya, Political leadership, menjelaskan faktor-faktor penting yang menentukan kepemimpinan seorang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Kepribadian. Karena pemimpin adalah sosok pribadi tertentu, maka kepribadian harus dipahami sebagai seluruh karakteristik yang menggambarkan jati diri seseorang. Dalam hal ini bukan perbedaan atau persamaan karakteristik yang dimiliki seorang pemimpin dengan karakteristik yang dimiliki orang lain yang perlu dilihat. Akan tetapi kontribusi apa yang diberikan oleh faktor kepribadian terhadap penampilan dan perilaku kepemimpinan seseorang.
2.    Peranan. Seseorang dapat diakui sebagai pemimpin karena kemampuannya  membawakan peranan-peranan tertenu yang diharapkan oleh pihak lain.
3.    Organisasi. Ini meyangkut sistem interaksi yag bersifat interpersonal,baik langsung maupun tidak langsung, melalui mana seseorang berhubungan dengan masyarakat. Disini, pemimpin harus ditempatkan dalam konteks organisasi dimana interaksi dengan pengikutnya berlangsung dan apa saja yang dirasakan oleh para pengikutnya dalam interaksi dengan seorang pemimpin.
4.    Tugas. Ini berkenaan dengan penghayatan seorang pemimpin tentang tugas apa yang ia merasa terpanggil untuk memikulnya. Dan itu akan berdampak pada keputusan apa yang harus dibuat, masalah apa yang harus dipecahkan, dan tidakan apa yang harus diambil.
5.    Nilai-nilai. Adanya cita-cita tentang bentuk hubungan yang akan dibangun dan cara-cara apa yang digunakan untuk mencapainya, akan mencerminkan nilai-nilai yang menjadi landasan berpijak dari perilaku sang pemimpin.
6.    Lingkungan. Ini mencakup ciri-ciri lingkungan fisik, teknologi, ekonomi, dan sosial budaya yang berpengaruh terhadap perilaku kepemimpinan seseorang.
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa kepemimpinan bukanlah hasil dari penciptaan orang lain (pangkat, jabatan, penghargaan) akantetapi itu  merupakan hasil dari proses perubahan karakter kepribadian atau transformasi internal dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya serta berani mengambil peranan didalamnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang.
Sulit kiranya mencari contoh seorang figur pemimpin konvensional yang ada disekitar kita, Seorang pemimpin yang kekharismatikannya datang dari dalam dirinya karena apa yang telah dia perbuat untuk dirinya dan orang lain. Akantetapi figur itu akan kita temukan pada diri kita apabila mulai dari sekarang kita memiliki keinginan untuk melakukan perubahan karakter (character change), mempunyai visi yang jelas (clear vision), dan terus meningkatkan kompetensi (competence) baik dalam bidang yang kita geluti saat ini maupun dalam bidang lain. Selain itu, seorang pemimin sejati harus mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu dan mempunyai perilaku yang berbudi bawa leksana (konsekuen dalam tidakan dan ucapan), karena dengan ini kita akan cenderung bersikap cermat dan berhati-hati sebelum diri kita menyampaikan ucapan atau memutuskan suatu masalah yang menuntut kita bertanggung jawab atas apa yang kita putuskan, serta menjadi tepa tuladha (sosok teladan) bagi siapa saja. Ayo kita bisa! Bukankah kita diciptakan oleh Allah SWT sebagai Kalifatul fil ardh.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar