Jumat, 23 Mei 2014

Kebahagiaan itu membahagiakan orang lain




Beberapa Lebaran yang lalu memberi banyak hikmah bagi saya. Salah satunya adalah bahwa membuat orang lain bahagia itu adalah level kebahagian tertinggi.
Salah satu tetangga yang usianya kira-kira 7 tahun membawa segepok kembang api untuk dinyalakan di sebuah gang sekitar rumah. Dengan perasaan bangga anak tersebut memilah-milah kembang api yang baru dibeli untuk membuat prioritas yang dinyalakan pertama dan terakhir. Dengan banyak  pertimbangan akhirnya anak tersebut memilih kembang api yang paling besar untuk dinyalakan pertama. Tak lama berselang, beberapa orang mulai berdatangan mengelilingi anak tersebut dengan harapan mendapat hiburan kembang api gratis. dengan langkah tegap anak tersebut mulai membusungkan dada dan mengacungkan kembang api yang digenggam erat sementara bapaknya menyalakan korek dan membakar sumbunya. Tepat di ledakan pertama, anak tersebut sontak menutup dua telinga dengan satu tangannya dan memejamkan mata sambil berteriak “sudah habis belum?” berkali-kali. Orang-orang di sekitarnya yang asyik dengan ledakan-ledaakan kembang api tak menggubris teriakan bocah itu sampai akhirnya tiba dipenghujung ledakan. Setelah selesai bocah tersebut membukan mata dan telinga dan mendapati orang-orang di sekelilingnya bertepuk tangan sambil tersenyum bahagia; dan anak tersebutpun juga ikut bahagia.
Dalam cerita ringan diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa anak yang sebenarnya tidak menikmati apa yang dia beli dan dia pegang menjadi bahagia karena melihat banyak orang di sekelilingnya bahagia menyaksikan kembang api tersebut. Coba bayangkan ketika anak itu menyalakan kembang api di dalam kesendirian tanpa ada orang yang menyaksikan. Pasti dia tidak akan sebahagia ketika ditonton banyak orang.
Kebahagian adalah salah satu kata yang terdapat makna beragam di dalamnya. Setiap orang mengartikan kebahagian dengan cara yang berbeda-beda. Dan kebanyakan dari kita menganggap kebahagian itu adalah di lingkungan  privasi kita; diri kita. Ketika orang sudah terpenuhi hasrat dan keinginannya sebagai individu maka hal itu dianggap sebagai kebahagian. Banyak orang-orang yang terlalu sibuk mengejar kebahagian tersebut sampai-sampai lupa kanan kiri, senggol kanan kiri, sikut kanan kiri, dan akhirnya terjerumus dalam lubang nafsu yang tidak akan ada habisnya.
Dalam kehidupan nyata banyak juga kita temui orang-orang yang kebahagiannya mengandalkan bahagianya orang lain. Ketika orang lain bahagia mereka ikut bahagia dan ketika orang lain menderita meraka ikut “meneteskan air mata”. Maksudnya dari prinsip itu adalah kemanfaatan yang luas bagi orang lain. Ketika kita terbiasa melakukan sesuatu untuk orang lain, hati kita akan peka merasakan kebahagian dan penderitaan orang lain. Hal itu akan mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang membawa manfaat atau kebahagiaan untuk orang lain. Seorang guru merasa sangat bahagia ketika mendapati anak-anak yang didiknya meraih prestasi tertentu melebihi anak-anak itu sendiri berarti guru tersebut telah melakukan hal-hal yang bermanfaat. Seorang dokter merasa sangat bahagia mendapati pasiennya yang berhasil sembuh dari penyakit berarti dokter tersebut telah melakukan banyak hal yang bermanfaat. Seorang direktur bahagia mendapati karyawannya dipromosikan berkat usaha kerasnya berarti karyawan tersebut berarti direktur tersebut sudah membawa manfaat . Dan masih banyak lagi orang-orang yang membahagiakan dirinya dengan cara membahagiakan orang lain.
Contoh yang paling dekat adalah kedua orang tua kita. Orang tua kita telah melahirkan, membesarkan dan memberikan pendidikan bagi kita. Sejak kita kecil mereka selalu mengusahakan kebahagiaan bagi kita; memberikan makan, pendidikan, kasih sayang dan perhatian yang tulus. Ketika kita tumbuh besar orang tua akan senantiasa bahagia menyaksikan buah dari hasil susah payah dan banting tulangnya menjadi orang yang berhasil dan bahagia. Dan itu sudah cukup bagi mereka untuk bahagia.
Setiap kita tidak terlepas dari orang lain. Setiap saat, waktu dan kesempatan kita senantiasa saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, sebagai manusia kita harus memanfaatkan setiap kesempatan yang kita untuk senantiasa berbuat baik, mengasihi dan memperhatikan orang lain serta membawa kemanfaatan yang luas sehingga kita bisa mencapai kebahagian yang hakiki di bumi ini dan insyaAllah nanti akan kekal di akhirat.

by; Arif H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar