Jumat, 09 November 2018

Api 10 November

10 November 1945, pekik merdeka berpadu takbir bergaung di antara rongga-rongga langit Kota Surabaya. Jiwa siapa yang tidak terpanggil melihat kebebasan ada di ujung mata. Ya, kebebasan. Mereka berpikir betapa lelah, sengsara dan nestapanya selama ini ketika kaki-kaki asing itu menginjak-injak bumi pertiwi seenaknya. Mereka telah banyak mengambil harta berharga di penggalan surga nusantara ini. 

Pemuda-pemuda bergerak. Dari segala penjuru arah mata angin. Keluar dari desa-desa sunyi. Turun dari gunung-gunung tinggi. Mereka tutup sementara berjilid-jilid kitab agama, keluar dari tempat mereka mengisi ruhani. Keluar demi tegaknya martabat negara ini. 

Berbekal air wudhu yang menempel di kulit,  semangat di dada dan senjata seadanya kalian yakin bahwa inilah jalan usaha untuk mulia. Mau bersatu dengan siapa saja untuk kebaikan bersama. Saling berebut menjadi yang terdepan. Saling membantu meringankan beban saudara di medan laga. Saling mengisi kekosongan, memacah kebuntuan dan menggandeng kawan sejalan. Saling... Saling.. dan...Saling menjadi pemandangan penuh harap akan adanya kemenangan. 

Seorang pemuda naik ke atas mimbar. Dengan tatapan garang, suara pekik lantang dan telunjuk menjulang mengabarkan perlawanan. Bahwa ini saatnya kemerdekaan harus dipertahankan, anak bangsa harus disatukan, dan tujuan bersama harus didahulukan. Tidak ada kata menyerah untuk sebuah kebenaran dan mereka yakin bahwa Allah ada dipihak yang benar. Sehingga DIA memberi kemerdekaan kepada bangsa yang mau berusaha, berdoa dan bersatu padu. 

Maafkan kami pahlawanku. Abu kalian kami warisi di setiap peringatan tetapi api kalian yang dulu pernah membara, berkobar dan membakar kezaliman belum bisa kami ambil sepenuhnya. Kami masih sibuk dengan ke-aku-an yang bersemayam di dada. Semoga Allah menjadikan kami sebagai bangsa pejuang yang bermartabat dan sejahtera. 

#haripahlawan2018 #smpislamalabidin#fulldayandboardingschool

Tidak ada komentar:

Posting Komentar