Rabu, 30 November 2016

Pendidikan dan Tantangan Global

Pendidikan adalah mesin masa depan. Masa depan bangsa akan sangat dipengaruhi oleh profil pendidikan saat ini.  Ketika guru masuk ke ruang-ruang kelas atau bertemu peserta didik, maka mereka menatap wajah-wajah masa depan yang akan mewarnai pembangunan peradaban. Sehingga orientasi  mengajar harus di arahkan ke depan.  Guru harus sebanyak-banyaknya memberi gambaran masa depan ketika mengajar, menanamkan sikap visioner dan mengajari hal-hal yang bermanfaat untuk survive di masa depan peserta didik.
Dunia saat ini sudah mulai hampir tanpa sekat.  Arus informasi dan komunikasi sudah sangat terbuka dan mudah di akses oleh siapa dan kapan saja.  Sehingga ini adalah sebuah keharusan jika pendidikan kita diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik bersaingan dalam percaturan global kelak.  Kita sudah tahu apa itu CAFTA yang merupakan singkatan dari China-Asean Free Trade Area yang sudah disepakati sejak tahun 2002, dalam pelaksanaan perjanjian ini,  china nampak sangat digdaya dalam menguasai arus barang dan impor sehingga produk-produk China tidak hanya membanjiri pasar Indonesia tapi menjadi Tsunami atau gelombang besar yang menyapu segala penjuru negeri. Kemudian di akhir tahun 2015 kemarin,  Indonesia bersama Negara-Negara Asia Tenggara memulai MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Konsekuensi perjanjian ini kita sebagai bagian dari Asean akan bersaing dengan Negara asean lainnya dalam arus keluar masuk barang dan tenaga terampil terdidik antar negara-negara Asia Tenggara. 
Oleh karena itu,  sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal harus sanggup menjawab tantangan-tantangan tersebut dengan memberikan asupan pendidikan yang relevan untuk masa depan peserta didik. Dalam hal ini sekolah harus mempersiapkan generasi yang terampil, berwawasan luas dan berkarakter.
Keterampilan
Terampil bisa diasosiasikan dengan siswa tidak hanya tahu apa,  tapi harus bisa apa.  Kecakapan atau keahlian Abad 21 atau sering dikenal sebagai 21st century skill adalah sebagai berikut;
1.Komunikasi, ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik. Komunikasi bisa berbentuk tulisan atau lisan serta langsung atau tidak langsung.  Sehingga disini juga diperlukan penguasaan bahasa dan kultur masyarakat dunia. Dan hal itu bisa dilaksanakan dengan menyiapkan siswa mahir berbahasa asing (Inggris, Mandarin atau Arab) serta mengetahui kultur peradaban modern.
2.Kolaborasi, manusia sebagai mahluk sosial harus bisa berbaur, bekerjasama, berkontribusi dan mengambil peran nyata dalam kemajuan bangsa. Sehingga sekolah perlu membuatkan ruang bagi siswa untuk berkolaborasi di dalam kegiatan belajar mengajar.  Mengajarkan siswa untuk belajar kelompok, mendorong untuk berkontribusi di dalamnya, memberdayakan siswa dalam setiap kesempatan,  serta memberikan ruang bagi siswa untuk berdiskusi dan saling memberi peran.
3.Critical thinking, negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economics Cooperation Development (OECD) menggunakan pendekatan High Order Thinking Skills (HOTS)  dalam pembelajaran. Pendekatan ini untuk melatih daya nalar kritis peserta didik dalam setiap mata pajaran. Sehingga siswa tidak hanya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pengetahuan hafalan tapi juga mampu menganalisa dan mengelaborasi pengetahuan itu sendiri.
4.ICT,  di era digital ini anak-anak usia sekolah adalah digital native atau generasi yang sejak lahir sudah terpapar dengan perangkat-perangkat digital. Sehingga, pembelajaran di sekolah harus bisa mengarah pada pemanfaatan dan pengembangan IT untuk kemanfaatan.
Wawasan Luas
Siswa yang berpandangan luas akan senantiasa ingin maju,  mempelajari hal-hal baru dan visioner.  Sehingga asupan-asupan informasi harus diberikan sejak Dini.  Kegiatan-kegiatan yang mendukung untuk itu adalah membudayakan gemar membaca dan aktivitas literasi di sekolah. Dengan membaca siswa akan mendapat banyak referensi pengetahuan,  skills,  dan motivasinya yang bermanfaat.
Karakter dan Mental
Thomas J. Stanley, Ph.D pernah merilis sebuah survei tentang faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang.  dari seratus faktor indikator kesuksesan,  survei tersebut menempatkan karakter dan mental seperti kejujuran,  kedisiplinan,  kerja keras, mempunyai semangat/passion dan kompetitif di urutan teratas.  Itu artinya mempersiapkan generasi yang kuat tidak hanya menyiapkan pengetahuan dan skill,  tapi yang juga lebih utama adalah karakter dan mental peserta didik menghadapi persaingan global.
Sudah saatnya pemerintah,  orang tua,  sekolah dan masyarakat sebagai stakeholders utama dalam mempersiapkan generasi bangsa berfikir dan bertindak serius jika tidak mau bonus demografi yang kita punya kedepan malahan menjadi beban.

*ringkasan diskusi interaktif di produa RRI FM Solo,  dengan tema pendidikan dan tantangan global. Senin, 28 November 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar